Bab 007 - Kupu-kupu adalah Targetnya III

69 18 28
                                    

Tepat di depanku adalah dua orang teman sekelas yang baru saja aku kenal tadi pagi. Mereka masih mengenakan seragam sekolah yang berarti menandakan mereka belum pulang ke rumah sampai sore ini. Mungkin mereka benar-benar menikmati jalan-jalan keliling kota.

Satu dari mereka masih dengan aura tenangnya, dan yang satu dengan aura cerah cerianya... Nah, mungkin pertemanan mereka memang tidak akan bertahan lama...

Oh iya, Aku pikir aku melupakan sesuatu selain dua orang di depanku ini. Sesuatu yang kurasa pasti selalu membuat masalah denganku... Ah, Sekarang aku ingat, Ryan!. Aku tidak melihat wajah Ryan di antara mereka... Berada dimana dia?...

Nah, terserahlah...

"Hm, Kenapa kalian berada di taman ini? Bukankah kalian pergi jalan-jalan di kota, jika aku tadi tidak salah dengar?"
"Ah, Tadi kita sudah jalan-jalan kok, tapi kau tahu... Kita tidak mempunyai tujuan saat jalan-jalan jadi ya,.."
"Kita datang ke taman kota."
"Ahh,.. Kupikir bukankah kau tadi yang mengajak dia jalan-jalan?"
"Tentu saja! Tetapi, yang tadi paling termotivasi adalah si Ryan! Dia bilang mau kesinilah, kesanalah. Pada saat sedang asik-asiknya, eh dia dapat telepon dari seseorang, lalu tiba-tiba dia bilang ingin pergi dahulu karena ada urusan. Jadi aku tanya ke Vera dia mau kemana, tapi-"
"Aku hanya ingin tempat yang santai."
"Kau dengar sendirikan? Dia hanya ingin ke tempat yang bisa untuk santai. Jadi kita datang kesini..."
Begitu kah, nah Vera memang terlihat sudah enggan dari awal jadi ya... Hm,.. Mungkin dia adalah tipe anak rumahan..

"Oh iya, Dia adikmu atau pacarmukah Al?"
"Eh seriusan? Jika aku lihat-lihat sih memang mereka mempunyai aura kemalasan yang sama, jadi kalau dia bukan adiknya pastilah dia pacarnya, Good job untuk menyadarkanku akan hal itu Vera!"
Dua orang ini benar-benar,.. Nah, walaupun aku berpikir bahwa mereka tidak salah saat menilai Nina. Jika kau melihat Nina untuk pertamakalinya, kau pasti juga akan menilai bahwa dia adalah seorang perempuan yang tidak tertarik dengan keadaan di sekitarnya...

"Ah bukan, dia ini tetanggaku, dan yang disana itu adalah adikku..."
"Hmm? Anak perempuan manis dan ceria disana itu?"
"Bohong bukanlah hal yang baik..."
"Ka-Kalian berdua ini memang benar-benar akrab kelihatannya."
Apa yang membuat mereka menilaiku se-negatif itu coba... Bukankah kalian hanya mengenalku hari ini? Kalian tidak boleh menilai seseorang tanpa mengetahui orang itu sebenarnya.. Tidak pernahkah kalian mendengar kata-kata 'Jangan melihat buku dari sampulnya'?...

"Al, kau benar-benar mendapatkan teman yang baik, aku bisa tenang sekarang..."
"Ka-Kau, Apa kau tadi itu mengejekku?"
"No no no,.. Aku bicara tanpa makna kiasan."
Jadi kau tahu makna kiasannya? Nina, kata-kata yang kau keluarkan terkadang membuat diriku merasa tidak nyaman...

Nah, meskipun begitu, dia ini sebenarnya gadis yang baik. Dia hanya tidak bisa berbicara dengan normal..

"Ah, hampir saja aku lupa. Tetanggaku ini bernama Nina."
"Oh, senang berkenalan denganmu. Panggil saja aku Naila."
"...Vera."
"Salam kenal juga kalian berdua. Terimakasih sudah menjadi teman Aldi."
Hmm? Apa kau baru saja mengeluarkan kalimat seperti ibu-ibu yang khawatir akan hubungan sosial anaknya? Nah, pasti hanyalah perasaanku saja.

Setelah memperkenalkan Nina pada mereka berdua, aku bisa mendengar suara langkah kecil di belakangku. Oh, Arina lari ke arahku dengan kaki kecilnya...

Ah, Dia tiba-tiba terjatuh, tersandung batu kecilkah mungkin? Ku lihat matanya yang mulai berkelinangan air mata, pasti sakit ya rasanya?

Aku pun datang menghampiri dirinya,..

"Apa kau tidak apa-apa Arina?"
Nah, Kau bisa melihat air mata yang hampir menetes dari matanya, jadi tidak mungkin tidak apa-apa tapi,..

"Tidak apa, Aku tidak sakit sedikitpun!"
"...Anak baik."
Ku elus kepalanya dan kuberikan dia senyuman hangat... Dia pun membalasnya dengan senyuman manis miliknya sembari mengusap air matanya yang mulai berlinang...

Nina pun menghampiri kita setelah melihat Arina yang mulai tenang.

"Arina, aku mau pulang dahulu, ini sudah mulai gelap."
"Okay, yuk kita pulang juga kak."
"Oh, Aldi sedang sibuk sekarang, jadi Arina pulang dulu denganku yuk?"
"Begitukah kak?"
"Eh, kenapa? Aku juga ingin pulang lho..."
"Lihatlah, kau sedang ada tamukan?"
"Ah, Kalau begitu tolong ya..."
"Santai sajalah, aku akan mengantar dia sampai ke rumah dengan selamat kok. Aku juga akan bilang pada tante kalau kamu sedang bermain dengan teman barumu dulu, jadi seriusan santailah."
Nah, Naila dan Vera memang baru saja sampai sini, jadi agak tidak nyaman kalau aku langsung pulang meninggalkan mereka berdua begitu saja... Apa boleh buat kah...

"Aku pulang dulu ya kak!!"
"Ah, hati-hati ya,.."
Mereka berdua pun langsung berjalan pergi,.. Nah, kupikir tidak apa-apa jika Nina yang mengantarnya ke rumah. Nino juga bisa langsung melapor ke polisi sekitar jika terjadi apa-apa dengan mereka,... Yup, tidak masalah...

Setelah sosok mereka berdua menghilang dari pandangan, aku pun kembali ke arah meja dimana Naila dan Vera berada.

"Hoho,.. Vera, apa yang kau pikirkan?"
"Aku melihat sosok keluarga bahagia."
"Sama sepertiku,.. Hei Al, apa kau yakin dia itu bukanlah pacarmu?"
"Hah? Aku dan Dia? Jangan bercanda,..."
"Begitukah?, sayang sekali kalau begitu,.. Aku pikir aku akan mendapatkan gosip bagus di awal hariku masuk SMA,.."
Perempuan memang benar-benar suka nge-gosipkah ternyata.

"Haaaah, tapi kau tahu, taman ini benar-benar nyaman,..."
"... Oi, jangan seketika berlagak jadi nenek-nenek lanjut usia kau,..."
"So tired, aku ingin istirahat disini dahulu."
Jalan-jalan macam apa yang kalian lakukan selama tiga jam terakhir sampai membuat diri kalian se-capek itu?...

"Malam hampir tiba lho,... Apa kalian yakin tidak cepat-cepat pulang?"
"Bisakah kau membiarkan kita istirahat disini sebentar? Aku juga sudah laporan ke orang rumah bahwa aku akan pulang agak terlambat hari ini,..."
"Aku tinggal di apartemen sendiri, jadi aku bisa pulang kapan saja,...
Hmm, mungkin Naila menghubungi rumahnya saat sedang jalan-jalan tadi siang... Tapi yang membuatku penasaran adalah Vera, dia tinggal sendiri?

"Kau tinggal di apartemen sendiri Ver?"
"Iya, tinggal sendiri,..."
"Jika dilihat-lihat kau memang lumayan mahir sih menggunakan bahasa Indonesia, jadi sepertinya memang tidak akan ada masalah sekalipun kau menghadapi situasi darurat,.."
"Oh iya benar juga! Kau berlatih bahasa Indonesia sejak kapan Ver?"
Naila, jadi kau tidak mempertanyakan masalah itu sejak tadi di sekolah? Bukankah kalian berdua lumayan akrab? Atau jangan-jangan,.. Kau sudah lupa jika Vera orang Itali?

"Aku sudah sepuluh tahun belajar bahasa Indonesia,.."
"Oooh, pantas saja bicaramu lumayan lancar,... Itu sampai membuatku lupa bahwa kau orang Itali!"
Ini anak benar-benar lupa fakta nomer satu tentang Vera ternyata, seriusan tidak apa-apakah anak ini,...

Hmm,... Setelah diberitakannya keadaan pulau Atlantaris kepada dunia, pemerintah dunia mulai memandang Indonesia sebagai salah satu negara vital. Itulah mengapa banyak negara di berbagai belahan dunia ini yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa yang patut dipelajari setelah bahasa Inggris.

Lampu tamanpun mulai hidup, yang menandakan hari sudah gelap...

______________________________________________

Author Note
Hmm.... Akhir-akhir ini makin banyak aja viewer ku... Makasih ya udah baca novel ini... Buat kamu yang ngelike terimakasih banyak^^

Plus jika kamu pengen tahu kelanjutan Sak Guncanging, follow aja akun wattpadku... biar nanti kalau ada update kamu bakal langsung tahu...

Sekian dariku... sampai jumpa di bab berikutnya^^

GETAR-GETAR GAK GUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang