Bab 009 - Untukmu, Nona Muda II

41 18 6
                                    

"Ahahaha,.. Aku tidaklah sekejam itu terhadap teman yang baru saja aku kenal  pagi tadi Al."
"Seriusan, bilanglah dari awal. Aku berasa jadi orang aneh yang dari tadi khawatir akan nasib dompet milikku."
"Pantas dari tadi saat kau memakan nasi gorengnya kurang semangat."
"Dikarenakan siapa coba Ver?"
Ahaha, mereka berdua lumayan asik diajak bercanda, andai saja aku juga bisa bercandaria serperti ini saat di rumah.

Pertamakalinya aku berkenalan dengan Vera yang duduk berada di depan bangkuku, aku merasa dia adalah seorang pendiam. Jika kau melihat seorang perempuan SMA yang tingginya sekitar 140cm dan berkacamata, secara sekilas bukankah dia seperti anak kutu buku? Apalagi saat kau mendengar cara bicaranya yang seperti orang agak gugup, jadi apa boleh buatkan kalau kau menyimpulkan bahwa dia seorang pendiam? Akan tetapi setelah seharian ini aku jalan-jalan dengan dirinya, aku merasa bahwa dia itu sebenarnya adalah seseorang yang mudah untuk diajak bergaul. Hanya saja, dia tidak terbiasa mengawali sebuah percakapan, mungkin itulah yang menjadikan dia agak gugup.

Saat kuajak untuk jalan-jalanpun, Vera selalu setuju denganku. Kupikir mungkin pertemananku dengan dia akan bertahan lama. Nah, walaupun mungkin dia juga akan mulai menjaga jarak dariku jika dia tahu bagaimana keadaan keluargaku. Jadi mungkin saat ini aku harus merahasiakannya dahulu.

Meskipun tadi siang sedikit disayangkan sih, gara-gara Ryan tiba-tiba pergi meninggalkan aku dan Vera begitu saja. Tapi jika suatu saat kita akan pergi jalan-jalan lagi, akan aku pastikan untuk mengajak Aldi.

Entah kenapa aku merasa bahwa cara berpikirnya orang ini agak lucu dan sepertinya juga dia sering bersikap toleran kepada orang lain. Bukankah orang yang semacam itu biasanya adalah tipe-tipe orang populer? Namun kenapa aku merasa tidak melihat teman-teman kelas mendekati dirinya ya?

Selain Vera, Ryan dan diriku, aku tidak melihat ada orang yang mengajaknya bicara di kelas,.. Nah mungkin dia juga berbicara pada anak lain, hanya saat dia berbicara dengan anak lain itu aku tidak melihatnya. Yup, pasti seperti itu,...

"Jadi setelah kita turun di halte berikutnya kita jalan kaki ke utara beberapa menit untuk sampai ke apartemenmu Ver?"
"Iya."
"Hm,.. Kalau begitu aku bisa saja sih mengantar kau pulang. Naila, bagaimana denganmu? Kau mau langsung ke timur atau ikut dulu mengantar Vera?"
Hah, tiba-tiba namaku dipanggil oleh Aldi. Tentu saja aku yang sedang mengamati bangunan-bangunan dari jendela bus trans ini jadi agak kaget.

"Ah, iya!"
"Hm, jadi kau mau ikut mengantar Vera jugakah? Apa kau yakin Naila?"
"Tentu saja aku yakin. Bukankah mengantar teman pulang kerumah adalah hal yang wajar?"
Waduh bahaya, kenapa coba aku menjawabnya seperti itu! Waktu malamku hampir habis, bagaimana ini? Mereka pasti akan tiba-tiba muncul untuk menjemputku, meskipun aku sedang berjalan dengan teman-temanku. Tapi aku tidak mungkin untuk menarik kembali kata-kataku yang tadi. Apalagi ini untuk mengantar teman pulang, kalau kutarik bisa hancur nanti pertemananku dengan mereka!

Arrggh! Jadi keingat mengapa aku dijauhi oleh teman-temanku dulu waktu SMP, dimana jemputan rumah tiba-tiba saja datang menghampiriku saat aku sedang bermain bersama dengan teman-temanku. Tapi sepertinya kali ini aman. Hari ini yang menjemput diriku adalah Rosa dan Sukma. Yup, jika mereka berdua pastinya tidak akan ada masalah sekalipun mereka tiba-tiba muncul.

Seturunnya kita dari bus trans, kitapun mulai melangkahkan kaki keutara dimana apartemen Vera berada.

"Kalau aku tidak salah ingat, bukannya tempat ini adalah salah satu wilayah apartemen mewah yang ada di Atlantaris Pusat?"
"Hm, Iya juga sepertinya. Apartemenmu di daerah sini Ver?"
"Iya,.. Daerah sini,..."
Vera menjawab pertanyaanku sembari menganggukan kepalanya,..

Daerah sini termasuk daerah tempat tinggal para elite, setidaknya hanya para pejabat tinggilah yang mampu menyewa apartemen di daerah ini.

Setelahnya kita berjalan beberapa saat, Vera tiba-tiba saja berhenti dan menghadap ke arah kita berdua dan berkata,

"Cukup disini saja, biar aku masuk sendiri."
Yup, tepat di depanku adalah gedung apartemen mewah yang setidaknya mempunyai 100 lantai yang menjulang tinggi ke atas,... The heck, mungkinkah dia anak seorang duta besar sebuah negara?

"Apa boleh buat kalau begitu. Lain kali ajak aku masuk ke ruanganmu ya Ver."
"Okay."
"Sampai jumpa besok lagi Ver,.."
Aldipun tidak lupa untuk mengucapkan salamnya juga pada Vera.

Setelahnya kita melihat Vera masuk ke dalam, akupun secara sepontan melihat ke arah jam tanganku. Apa yang kulihat adalah pikul 9 lebih 55 menit. Perjalanan kaki dari sini ke halte adalah 10 menit, yang artinya,...

"Naila, yuk kita kembali ke halte bus tadi."
Disaat otakku sedang dalam proses berpikir untuk bagaimana menyelasaikan masalah yang akan datang dalam lima menit di depan, aku bisa mendengar suara Aldi dari sampingku.

Saat itupun juga proses otakku berakhir dan aku mendapat kesimpulan 'Aku akan berpura-pura menjadi adiknya Rosa dan Sukma.'. Yup, aku yakin mereka berdua pasti akan paham maksudku.

"Iya, ini sudah mulai larut, sebaiknya kita segera ke halte."
Setelahnya aku menjawabnya, entah kenapa aura di antara kita menjadi awkward.

"Oh iya Naila, kau tidak suka pedaskah?"
"Hah?"
Tiba-tiba saja Aldi mengajukan pertanyaan yang sama sekali tidak aku duga,.. Dia juga mencari cara untuk menghilangkan aura awkward ini rupanya.

"Hm,. Aku pikir kau merasa tidak nyaman berhubung perutmu sakit karena makan nasi goreng tadi,..."
"Hmmm?"
"Ah, sejak mulai naik bus tadi kamu mulai banyak melamun masalahnya."
"Oh,.. Iya, aku tidak terbiasa makan pedas."
AARGGGHHH,.. Aku tidak menyangka aku akan bohong kepada teman baruku secepat ini!!!

Maaf Aldi, tapi jika dengan kau menganggap aku tidak suka pedas adalah hal yang membuatmu tidak menanyaiku lebih dalam. Maka aku akan membiarkan kesalahpahaman ini berlanjut!

"Begitukah, kalau begitu maaf ya Naila,..."
"Hah? Kenapa kau minta maaf?"
Sekarang apalagi! Tidak puaskah dirimu membuatku terpaksa berbohong padamu!! Tapi pastinya tidak mungkin aku mengekspresikan kemarahanku,.. Senyum, senyumlah,.....

"Bukankah kau dan Vera tadi memesan nasi goreng pedas karena awalnya aku pesan nasi goreng pedas? Ingat tidak? Tadi kalian langsung bilang 'sama sepertimu Al' saat memesan nasi gorengnya."
"Ooh, Iya juga,..."
"Hmm,... Mungkin besok aku harus meminta maaf juga kepada Vera."
Seriusan ini anak, kau terlalu memikirkan hal-hal sepele Aldi!

Yup, sekarang aku yakin Aldi pastilah anak populer, dia terlalu peduli dengan sekitar. Anak yang semacam ini biasanya disegani di manapun dia berada. Nah, aku yakin besok aku bisa melihat dia dikelilingi anak-anak kelas.

Jam tangankupun menunjukkan bahwa sekarang ini tepat pukul sepuluh. Seketika itupun juga aku dan Aldi bisa melihat dua sosok bayangan orang berada di depan kita.

"Cih, preman malamkah,... Naila, kurasa malam ini kita lumayan kurang beruntung,..."
"Eh?"
Beberapa saat setelah aku mendengar kata-kata dari Aldi, akupun mulai bisa melihat dua sosok tersebut.

Seketika itu jugapun hatiku berteriak dengan keras.

APA YANG KALIAN BERDUA LAKUKAN DISINI!!!

______________________________________________

Author Note:
Gimana? Terkejutkah kalian saat mengetahui perspektif di bab ini bukan berasal dari Aldi? Ahahaha

Maaf, tapi aku tidak akan pernah untuk ingin menjelaskan perspektif dari siapa yang aku ambil. Tapi setidaknya saat ganti perspektif, pasti akan ku kasih tanda batas, entah itu berupa bab lain, maupun garis "***". Jadi santailah, karena aku tidak akan mengganti perspektif tanpa memberi tanda batasan.

Well, jangan lupa untuk klik "vote" dan tinggalkan komentar di bawah ya^^

Plus, klik "Follow" di akunku jika kau tertarik pada update-update terbaru dariku.

Salam SGID dan sampai jumpa lagi pada besok selasa.^^

GETAR-GETAR GAK GUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang