Bab 021 - Orang Ketiga II

24 0 0
                                    


"Ahaha, maafkan aku. Tapi jika kau tidak mau menjawab pertanyaanku juga tidak apa-apa kok."

Hoooh, tidak kusangka dia akan menyerah semudah ini.

Tapi baguslah, dengan begini aku tidak perlu mengatakan kepada Naila bahwa aku kurang tidur malam hanya karena bermain game. Karena aku yakin jawaban seperti itu sungguhlah tidak berbobot untuk dikeluarkan dari mulut.

"Oh iya Al, sepulang sekolah nanti, apa kau ada waktu?"

"Hm,..? Kenapa emang?"

"Ah, enggak,.. Ada sebuah barang yang ingin aku beli di swalayan, jadi jika kamu tidak keberatan,..."

Aaah, pergi ke swalayan hanya seorang diri memang sungguhlah tidak nyaman, aku paham maksudmu. Di tempat keramaian seperti swalayan, berjalan seorang diri membuat hati merasa kurang pada tempatnya.

"Oke, hari ini juga aku tidak perlu untuk menjemput adikku dari sekolah. Jadi tidaklah masalah bagiku."

"Yey, terima kasih Al."

"Iya, sama-sam-"

Eh, tapi tunggu dulu,... Hanya kita berdua? Bukannya ini adalah yang banyak orang sebut dengan kencan?

Kencan,... Atau dengan kata lain date!!

Eh, Serius??

Oh, wow,... Kencan pertama dalam hidupku, dan tidak kusangka partner-ku adalah seseorang yang baru saja aku kenal kemarin,...

Bahaya,.. Ap-Apa sekarang ini aku jadi anak populer?

Seiring dengan pemikiranku di atas, tidak kusadari bahwa diriku saat ini merasakan kebahagiaan yang cukup besar.

"....? Al,...?"

"Oh iya Nailla, sama-sama."

Saat inilah, saat pertama kalinya jadwal kencan dalam hidupku diputuskan.

Masa SMA!!! Masa muda penuh warna!!!

***

Bel yang menadakan berakhirnya jam lima sekaligus dimulainya jam istirahat kedua akhirnya berbunyi.

Aku pun melihat naila berdiri dan menghampiriku saat ini juga?

"Al, mau makan dimana?"

Bisa kulihat sebuah kotak berukuran sedang yang dipegangnya dengan tangan kanan sembari dia mengucapkan hal tersebut.

Ah, kotak bekal mungkin?

"Rencanaku hanya makan di kelas sih."

"Hooo,...."

Setelah mengeluarkan suara tidak jelas tersebut, dia pun kembali duduk pada kursi miliknya dan dengan tanpa basa-basi membuka kotak bekal yang tadi sempat berada di tangan kanannya.

"Kamu makan disini juga?"

"Apa boleh buatkan, tidak ada yang menemaniku makan di luar."

"Ugh,.."

Sindiran? Ya, aku sangatlah yakin bahwa kalimat yang keluar dari mulutnya tadi adalah kata-kata sindiran.

"O-Ohh,.. Kurasa aku juga harus mengeluarkan kotak bekalku juga."

Iya, tanpa kalian protes pun aku sudah tahu bahwa kata-kata yang keluar dari mulutku tadi sepertinya sangatlah dipaksakan.

Saat kubuka kotak bekal milikku, aku pun terkejut akan adanya beberapa benda yang kubenci. Terlalu kubenci untuk kumasukkan ke dalam mulutku sekalipun akhir dunia sudah ada di depan mata.

GETAR-GETAR GAK GUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang