Bab 015 - Sang Kucing Penjaga II

30 10 27
                                    

Di jendela kamarku, aku bisa melihat sosoknya, sosok itu memandangku dengan mata kuning miliknya yang menyala di gelapnya malam. Sosok berwarna hitam mungil itu, entah mengapa seperti memancarkan aura misterius di sekelilingnya.

Dia pun melompat dari jendela tersebut. Dengan tubuh mungilnya itu, kau bisa mendengarkan suara halus dari kakinya yang mendarat di lantai. Lalu tanpa menunggu basa-basi dia berjalan menuju ke arahku dengan menggunakan keempat kaki mungilnya.

Kedua telinganya yang berbentuk segitiga dengan salah satu ujung telinganya yang mengarah keatas, dan ekornya yang melengkak-lengkok ke kanan dan ke kiri saat dia berjalan, mungkin akan membuat beberapa dari kalian akan terpikat dengan kucing yang sedang berjalan di dalam kamarku ini. Iya, kucing,.. Bagaimanapun kau melihatnya, darimanapun sudut saat kau melihatnya, yang kau bisa lihat saat ini tidak lain adalah kucing.

Setelahnya sampai di hadapanku. Dia langsung membenahi lekuk tubuhnya dengan menurunkan bagian belakang tubuhnya sembari melengkungkan ekornya secara horisontal. Tidak lupa juga dia untuk menegapkan kedua kaki depan miliknya. Mungkin inilah cara dia memberikan hormat kepada seseorang yang dia hormati.

"Chole datang menghadap Master."

Dengan nada agak tinggi miliknya, kucing tersebut mengatakan hal itu padaku. Yup, kucing yang berada dihadapanku ini berbicara padaku. Nah, dari tadi memang seolah-olah aku menyebutkan bahwa dia adalah kucing. Tapi kenyataannya dia bukanlah kucing, melainkan eksistensi yang menyerupai kucing.

"Chole, kau pasti tahu mengapa aku memanggilmu kesini,..."

"Tentu saja, Master,..."

"Biar aku dengar apa alasanmu,.."

"Tadi siang, saya ingin memastikan sesuatu."

"Memastikan sesuatu? Seberapa penting itu menurutmu? Hingga kau berani pergi meninggalkan tugasmu?"

Ya, tadi siang saat aku menjemput Arina, aku menjumpai bahwa Chole tidak ada di dalam bayangan milik Arina.

Ah, hampir saja aku lupa, Chole adalah sebuah eksistensi yang aku tugaskan untuk tinggal di dalam bayangan Arina. Tentu saja tujuannya untuk melindungi Arina, apalagi coba kalau bukan karena itu. Kalian tahu sendirikan seberapa abnormal-nya keadaan pulau ini,..

"Kemungkinan besar sesuatu yang akan membuat sekolah Arina diliburkan oleh pemerintah selama satu sampai dua hari,.."

"Hoho,.. Biarkan aku mendengar penjelasanmu."

"Besok, kemungkinan pada jam 11 siang, distorsi ruang akan terjadi di sekolah itu."

"Distorsi ruang?"

"Iya Master, distorsi ruang tipe teleportasi akan terjadi."

Distorsi ruang, kejadian yang terjadi saat koordinat dari dua tempat tersambung. Kejadian semacam ini bisa terjadi secara alami maupun secara magis. Saat distorsi ruang terjadi secara alami, maka akan ada keadaan darurat setingkat bencana alam di kedua tempat yang saling terhubung tersebut. Nah, selama kau tinggal di pulau ini, kau tidak perlu untuk khawatir akan terjadinya bencana ini,..

Tapi, itu beda lagi dengan teleportasi. Teleportasi adalah distorsi ruang yang disebabkan oleh aktivitas magis dengan tujuan untuk memindahkan sesuatu dari suatu tempat ke tempat lain secara instan. Ini bukanlah hal alami, melainkan adanya campur tangan,.. Jadi tentu saja pulau ini bisa menjadi target dari distorsi ruang yang semacam ini.

"Hm,.. Seberapa besar kapasitasnya?"

"Dari perhitunganku tadi siang, kurasa distorsi ruang tipe teleportasi yang akan terjadi besok hanya akan berkapasitas satu orang."

"Hmm? Satu orang? Waktu penghubungan memakan waktu hampir 24 jam dan kamu bilang hanya berkapasitas satu orang? Apa kau yakin?"

"Saya yakin akan hal tersebut Master."

"Kalau kamu memang yakin, berarti memang kemungkinan itu akan terjadi,.. Tapi, kenapa dia sampai membutuhkan waktu sebanyak itu? Bukankah Etoma bisa melakukan teleportasi ke berbagai sudut dunia dengan hanya persiapan selama beberapa detik?"

Yup, bukankah Etoma bisa melakukan itu?

"Nah, kurasa tidak masalah kalau begitu. Biarkan saja pemerintah melakukan tugasnya. Waktu persiapan selama itu hanya untuk satu orang, bukankah itu berarti si calon penyelundup sangatlah lemah?"

"Baik Master."

Setelahnya aku mendengar jawaban dari dirinya, aku menggenggam gelas berisi air putih yang tadi aku ambil dari dapur sebelum kembali ke kamar.

Hmm? Sudah berapa lama tadi aku bermain game? Bukankah tadi yang aku ambil adalah air es? Oh, iya,.. Kalau aku tidak salah, aku pernah mendengar kalimat ini 'Orang sering lupa waktu saat main game'. Ternyata kalimat itu memang ada benarnya.

Kulihat lagi gelas yang ada di genggamanku,..

Nah, ini juga tidak masalah,.. Aku malas kembali ke dapur.

Ku minum air putih itu beberapa tegukan, aku berdiri dan mulai berjalan ke arah dimana jendela kamarku berada.

Dengan harapan bisa melihat langit secara lebih luas, aku pun menyandarkan tubuh depanku ke jendela,...

Kutatap langit malam yang sunyi, meskipun yang ada di bawah langit tersebut adalah ramainya aktivitas malam,..

Kuteguk sekali lagi air putih dari gelas yang aku bawa, dan aku pun mengatakan kalimat ini pada sunyinya langit malam.

"Hei, apa menurutmu tujuanku ada di dunia ini? Dunia yang hancur seperti ini?"

Aku terkadang takjub saat melihat artikel-artikel kuno, dimana artikel yang muncul pada awal abad 20. Dimana dunia masih belum merasakan real global warming apalagi purple sun phenomena.

Di dunia semacam itu, dimanapun tempat yang kau kunjungi, kau bisa melihat arti dari kata 'kedamaian' yang sesungguhnya, atau setidaknya itulah menurut pendapatku.

Aku ingin hidup di zaman semacam itu,.. Dunia saat itu dimana teknologi belum begitu maju, tidak adanya superpower, dan tidak adanya eksistensi yang orang-orang sekarang sebut dengan 'monster'.

Aku, benar-benar ingin terlahir di zaman itu,...

Mungkin, perasaanku saat ini bisa dibilang sebagai 'iri'. Iri akan pendahulu-pendahulu yang hidup di zaman damai. Iri dengan eksistensi purba yang sudah punah ditelan oleh kuasanya waktu.

Mungkin, orang-orang zaman itu akan menganggap abad dimana aku hidup sekarang ini adalah dunia fantasi, dan kebanyakan dari mereka mungkin juga mempunyai keinginan hidup di abad ini. Tapi, jika saja mereka bisa merasakan zaman ini, aku pikir mereka akan menjerit dan menangis agar mereka kembali ke zaman asal mereka.

Aku, apa yang kupunyai saat ini adalah sesuatu absurd, dimana kau tidak bisa menyebut ini adalah teknologi maupun magis. Apa yang dunia ini ingin aku lakukan dengan kekuatanku ini?

"Apa tujuanku dilahirkan di zaman ini?"

"..."

Tentu saja tidak ada jawaban. Bodohnya diriku berharap sebuah jawaban dari sunyinya langit malam.

Saat aku membalikkan tubuhku, aku bisa melihat dimana Chole melihatku sembari memberikan tatapan penuh arti dengan mata kuning menyala miliknya itu.

Oh iya, aku belum menyuruh dirinya untuk kembali ke tugasnya,..

"Chole, kau bisa kembali ke tugasmu,.."

"...Ya, Master."

Seketika itu juga, aku bisa melihat dirinya lenyap tanpa menyisakan satupun sesuatu yang bisa menandakan bahwa dia pernah berada di sini.

______________________________________________

Author Note:
Haaah... Seriusan susah sekali membuat kalimat efisien. Apalagi saat sedang tidak berada di depan laptop...

GETAR-GETAR GAK GUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang