14. Hambatan
"Jadi dia pengawalmu, Tuan?" Ervin mengangguk, masih di desa Aurora mereka berada. Ervin masih menunggu Arhies menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu sebelum mereka pergi. "Kapan kita pergi dari tempat ini?" tanya Naya lagi.
Ervin mendengus kesal, ia menatap Naya yang terus bertanya dan berceloteh sejak tadi, gadis ini tidak dapat diam. Ada banyak rasa khawatir yang mulai menyerang Naya. Jujur saja, kembali ke tempat ini membuatnya takut. Terlebih laki-laki yang sempat ingin mencelakainya masih berada di desa itu.
Beberapa waktu lalu setelah kemunculan Arhies, Naya meminta mengujungi suatu tempat. Tempat ia mencurahkan semua rasa yang dirasakannya selama ini, tempat neneknya di makamkan. Ervin yang melihat betapa sendunya wajah Naya kala itu semakin menguatkan hati untuk melindungi Naya. Gadis yang terlihat tegar namun rapuh. Bagaimana pun Naya seorang Dewi Pelindung yang masih tertidur di dalam sana. Ervin belum berniat membangunkan sang Dewi karena memerlukan kesiapan dari berbagai pihak, tidak terkecuali kesiapan mental Naya sendiri.
"Setelah ini kita akan ke tempat yang mungkin membuatmu terkejut nantinya. " Ervin menatap Naya yang terdiam dalam lamunannya. Naya yang merasa dinperhatikan menatap Ervin bingung. "Berhentilah memasang wajah seperti itu, kau semakin terlihat menggemaskan!"
Deg. Naya terpaku dengan ucapan Ervin. Pipinya memerah menahan malu. Ervin yang menyadari itu hanya bisa tersenyum semakin lebar. Ia mengacak rambut Naya gemas membuat sang empunya mengerucutkan bibirnya kesal.
"Maaf saya mengganggu anda, Tuan!" Arhies datang entah dari mana. Ia sudah berada di depan Ervin dan Naya. Hal itu sontak membuat Naya terkejut dan menatap pemuda itu aneh. "Saya telah melaksanakan tugas yang anda perintahkan." lapornya.
Ervin menggangguk. Mereka harus segera pergi dari tempat ini sebelum malam datang. Sangat berbahaya untuk Naya melewati hutan di tengah malam. Mungkin jika hanya berdua dengan Arhies, Ervin tidak perlu khawatir. Kini keadaannya berbeda, ia membawa Naya ikut serta dalam perjalanannya.
Ervin, Naya, dan Arhies telah sampai di depan kuda yang akan mereka naiki. Naya menatap kuda hitam di samping kuda putih yang sebelumnya ia naiki. Pasti pemuda bernama Arhies yang akan menungganginya pikir Naya. Naya mengingat betapa kakunya pemuda itu saat memperkenalkan diri kepadanya.
Flashback
"Naya, dia pengawal pribadiku. Namanya Arhies Emerland. Dia bagian dari Emerland juga."
Arhies menatap Naya terpaku. Saat kedua matanya bertemu dengan mata teduh Naya, Arhies menyadari sesuatu. Ia bergegas menundukkan badannya memberi normat kepada Naya.
"Maafkan kelancangan saya, Dewi!"
Naya mengernyitkan keningnya seraya menatap Arhies dan Ervin bergantian. Naya menggedikkan dagunya ke arah Ervin seolah bertanya apa yang Arhies lakukan. Ervin menggedikkan bahunya acuh membuat Naya mencebikkan bibirnya kesal.
"Apa yang kau lakukan Tuan? Berdirilah, aku tidak suka melihat seseorang memberiku hormat seperti itu. Rasanya ... aneh."
Arhies terkejut. Ia menatap Naya yang terlihat kikuk. Ervin yang berada di sebelahnya memberikan isyarat kepada Arhies melewati matanya. Arhies mengerti dan mulai menormalkan badannya kembali. Ia berjalan ke arah Ervin melewati Naya yang masih menampilkan wajah bingungnya.
Ervin memberikan tugas kepada Arhies dan meminta pemuda itu mengurus semuanya dalam waktu singkat. Bukan perkara sulit untuk Arhies. Melenyapkan satu desa dalam beberapa detik bukanlah hal sulit apalagi hanya melenyapkan beberapa iblis lemah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Devil Beside Me [END] [REUPLOAD]
FantasyKehidupan yang tidak pernah baik membuat Naya memutuskan terjun ke dalam jurang yang sangat gelap dan menjijikan. Terlebih ada seorang laki-laki yang ingin melecehkannya kala itu membuat Naya memantapkan pilihannya untuk terjun dan mengakhiri semuan...