25. Keteguhan

4.4K 517 16
                                    

Pertarungan semakin sengit di kala para serigala hitam mulai melemah. Iblis hitam sangat licik, ia mengumpan beribu serigala untuk menguras tenaga Ervin dan yang lainnya. Bulan purnama tinggal menghitung hari dari malam yang kian datang. Ervin kualahan, tubuhnya yang di penuhi luka mulai mengering, namun hal itu pula yang menyebabkan energinya terkuras habis. Ervin menatap ke langit berharap saat purnama tiba Naya telah siap.

"Aku mengandalkanmu, Queen."

Arhies yang melihat keh=gundahan Tuannya mendekat. Ia membungkuk hormat. Kondisi Arhies tidak jauh berbeda dari sang Tuang. Ia penuh luka, darah masih terlihat jelas di sekujur tubuhnya. 

"Tuan, apakah anda mempercayai Putri?"

Ervin menoleh menatap Arhies dalam.

Bukan tanpa sebab Arhies bertanya. Sejak tadi ia melihat kegundahan di mata Tuannya. Ia tahu, jika Ervin takut terjadi sesuatu dengan Naya di bulan purnama nanti.

"Apa maksudmu?" Ervin berseru tenang namun tidak menghilangkan rasa tidak suka dari pertanyaannya. Ia menatap Arhies tajam.

"Maafkan hamba, Tuan. Hanya saja, sejak tadi anda terlihat ragu dengan datangnya malam purnama nanti. Jika memang anda mempercayai Putri, saya yakin ia akan berusaha lebih keras untuk membantu kita dari jauh. Hilangkan keraguan yang ada di dalam hati, niscaya keberuntungan akan memihak kita."

Ervin tertegun.

Ucapan Arhies mengingatkannya akan perpisahan yang terjadi beberapa waktu sebelum mereka menginjakkan kaki di tempat ini.

"Tuan, jika kau percaya kepada hamba ...," Naya menatap Ervin dalam dan mengelus pipi lembut itu pelan. " ... hamba akan berusaha membantu. Namun, jika Tuan tidak pernah mempercayai kemampuan hamba, hamba tidak dapat membantu, Tuan."

Ervin tersenyum mengingat ucapan Naya di benaknya. Ia mengangguk pasti ke arah Arhies membuat pemuda itu menghela napasnya kasar.

"Walau waktu telah berlalu banyak, pada akhirnya dia masih memiliki sifat yang sama denganmu."

Arhies menatap dalam Tuannya. Ia mengangguk dan tersenyum tulus. Ervin menepuk pundak Arhies dan berlalu dari pengawal sekaligus sahabatnya itu.

"Yah, pada akhirnya meski raga mereka berbeda pada kenyatannya Putri masih memiliki darah yang sama denganku. Darah yang di wariskan turun temurun di kuil suci." Arhies bergumam pelan.

Masalalu yang sangat kejam membuat arhies terpaksa meninggalkan kuil suci. Hanya Ervin yang tahu akan dirinya.

Naya dan Azzurri tengah terlelap di kala malam mulai menunjukkan dirinya. Naya terlihat khawatir, ia menggulingkan badan ke kanan dan ke kiri. Ia seolah tidak mendapat ketenangan di malam ini. Naya bangun dna berjalan mendekat ke arah jendela yang masih terbuka.

"Perasaan apa ini? kenapa aku merindukannya?"

Naya menatap rembulan yang bersinar terang. Mata tajamnya seolah menantang bulan kala itu.

"Aku menunggumu, akan aku pastikan kau tidak akan bisa mengambil sedikit pun kekuatan dariku."

Naya bergumam seraya menatap rembulan yang kini mengejeknya.

***

Pagi telah tiba, Naya dan Azzurri menyiapkan diri untuk berlatih kembali. Hanya dalam beberapa hari kekuatan mereka telah meningkat drastis. Azzurri yang mampu mengayunkan pedang dengan gemulai dan Naya yang dapat menguasai kekuatan yang ada di dirinya.

"Bagus! Teruslah berlatih dan kalian akan siap untuk ikut perang!"

Naya mengangguk, tekatnya kian kuat. Ia berharap dengan ketukanan yang kini ia lakukan dapat membantu Ervin dn yang lainnya.

Tuan Alardo menatap Naya yang kini tengah berlatih, ada rasa tidak suka melihat cucu semata wayangnya memiliki kekuatan yang tidak mampu di tanggung tubuh mungilnya. Jika boleh memilih, ia lebih senng jika Naya hidup layaknya wanita lain di luar sana tanpa perlu mengkhawatirkan kelangsungan kerajaan mereka.

Naya terlalu berharga untuk musnah.

***

Ervin dan yang lainnya menyerbu istana megah yang terlihat tua di kelilingi bunga-bunga beracun di sekitarnya. Mereka mampu membuat para serigala hitam bertekuk lutut berkat kekuatan raja serigala putih.

Kreet.

Bunyi pintu besar di depan Ervin membuat aura dingin keluar begitu saja. Mereka semua terdiam menatap kegelapan di depannya. Ervin meneguk slivanya dan memegang erat pedangnya. Ada rasa takut yang terbesit namun secepatnya ia hilangkan. Ia tidak boleh terlihat lemah ataupun takut jika ingin memenangkan pertempuran ini.

Wushhh.

Sreeet. Craashh!

Beribu anak panah melesat begitu saja membuat para prajurit yang tersisa mati begitu saja. Ervin, Arhies, Tayrl, Yasa serta Tuan Deka mulai membuat lingkaran kecil menghadap ke sepenjuru arah anak panah yang datang.

"Sial! Apa lagi ini?" Tayrl berseru marah. Para serigala yang membantu mereka hanya dapat melewati gerbng istana. Mereka tidak mampu menginjakkan kaki di istana hitam ini.

Ervin mengedarkan matanya melihat satu anak panah melesat ke arahnya. Dengan secepat kilat, ia mengayunkan pedangnya dn menebas anak panah itu hingga menjadi debu.

"Waspadalah, kita masih harus berjalan ke dalam!"

Ervin berseru lantang.

"Hahaha!"

Suara tertawa yang mengerikn terdengar menggema di tempat itu. Mereka berlima mencari asal suara seraya tetap waspada.

"Keluarlah! Jangan seperti pengecut!" Ervin berjalan maju seraya mengibaskan pedangnya membuat barang-barang yang berada di sekitar mereka terhempas begitu saja.

"Hahah, belum saatnya!"

Ervin menghentikan langkahnya. Ia menegang. Suara ini, suara yang sangat ia kenal. Sudah sangat lama ia tidak mendengar suara itu.

"Paman?" cicit Ervin tidak percaya.

Tuan Deka merasakan angin yang berhembus kencang, ia membelalakkan matanya tidak percaya. "Tidak!"

Semua mata menatap Tuan Deka yang berteriak tidak mengerti.

"Sial! Iblis Hitam membuat bulan purnama datang lebih cepat. Ini berbahaya!"

"Apa yang anda katakan, Tuan? Bukankah bulan purnama seharusnya terjadi besok?"

Tuan Deka mengangguk, "Ya, sebelum iblis itu memanipulasi langit dengan mendatangkan bulan purnama secepat ini. Sial!"

Ervin membuang napasnya kasar. Ia bingung. Jika bulan purnama datang, maka Naya dalam bahaya.

Ervin berlari ingin keluar dari istana itu, namun lengannya di tarik oleh Tayrl. Ia menggeleng tidk mengizinkan Ervin pergi.

"Aku harus berada di sisi Naya. Dia akan kesakitan, iblis itu benar-benar berengsek!"

Tayrl tetap menggeleng.

Ervin mendelik kesal dan mengibas lengannya kasar, "Apa yang kau inginkan?!" teriak Ervin murka seraya mencengkram kerah Tayrl.

"Bodoh! Sedikit lagi kita bertemu dengan Iblis Hitam. Bukankah kau mengembang amanat untuk menyelamatkan kerajaan? Apa kau pikir Naya akan selemah itu?!"

"Tapi bagaimana dengan Naya?"

Tayrl menghela napasnya kasar, "Percayalah dia mampu mengatasi semuanya! Ingat posisimu, ERVIN!!"

Ervin terhenyak. Ucapan Tayrl benar-benar menohoknya.

"Kau benar, Naya pasti kuat!"

***

Devil Beside Me [END] [REUPLOAD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang