***
Gerakan kecil di jemari Naya membuat Ervin bergegas mendekat. Ia menatap wajah Naya meneliti. Gerakan kelopak mata yang pelan membuat Ervin bernapas lega. Naya telah sadarkan diri. Matanya kini terbuka lebar meski tatapan kosong dan bingung terlihat jelas di wajah cantiknya.
"Akhirnya!" gumaman Ervin masih dapat di dengar Naya. Ia mengerutkan keningnya berusaha berujar namun, kelu di bibirnya masih terasa. "Pelan-pelan saja, aku tahu banyak hal yang ingin kau tanyakan. Apa kau haus?"
Naya menganggukkan kepalanya pelan. Ervin tersenyum seraya mengambil air di sampingnya. Perlahan ia mengangkat kepala Naya. Air yang ia sodorkan mulai di teguk perlahan. Setelah selesai, Ervin kembali menurunkan kepala Naya dan menatapnya cemas.
"Apakah masih sakit?" Naya menggeleng, ia menatap lengannya yang kini telah sembuh. Tidak ada perban ataupun luka di sana. Ini sungguh hebat. Ia pulih dengan cepat.
"Ki-kita berada di mana, Tuan?" Naya berujar lemas. Tenaganya masih terkuras akibat bulan purnama yang datang semalam. Terlebih lagi luka akibat panah hitam itu masih terasa meski lukanya telah menghilang.
"Kita berada di kuil suci Emerland," Naya mendelik, ia berusaha bangun. Ervin segera membantunya dan menyandarkan Naya di kepala ranjang.
"Kuil suci? Bagaimana bisa aku masuk ke dalam kuil ini? Bukankah manusia biasa sepertiku tidak boleh menginjakkan kakinya di dalam kuil ini? Apa Tuan memaksa para penjaga?"
Ervin membulatkan matanya tidak percaya. Pertanyaan beruntun yang Naya lontarkan membuatnya bingung. Tidak bisakah ia bertanya satu persatu? Meski wajahnya terasa lucu namun hal itu membuat jantung Ervin tidak sehat. Ingin rasanya ia mengecup bibir mungil itu gemas.
Kreet.
Bunyi pintu yang terbuka membuat keduanya menoleh menatap siapa yang datang. Arhies rupanya. Ia berdiri di ambang pintu seraya memberikan hormatnya.
"Maaf, Yang Mulia. Tuan Deka dan Tuan Alardo memaksa masuk untuk bertemu anda dan Putri Naya."
Ervin kesal namun pada akhirnya ia mengangguk mengerti dan membiarkan Tuan Deka dan Alardo memasuki kamar dengan wajah cemasnya. Mereka menatap Naya lega. Tuan Deka tersenyum menatap cucunya yang kini berada tepat di hadapan mereka.
"Naya," panggil Tuan Deka seraya mendekat ke arah ranjang. Naya hanya diam dan terlihat bingung.
"Anda siapa?" Naya masih betah menatap keduanya menelisik. Pertanyaan yang keluar membuat Tuan Deka berhenti melangkah. Ia menatap Ervin dan Tuan Alardo bergantian meminta persetujuan mereka.
Ervin menggenggam tangan Naya, mengalihkan fokus gadis itu. "Naya sebelum kau mengenal mereka. Izinkan aku bertanya terlebih dahulu. Apa kau siap mendengar semuanya?"
Naya mengedipkan matanya bingung, "Siap untuk apa, Tuan?"
"Mendengar tentang asal-usulmu dan siapa kau sebenarnya. Apa kau siap? Jika iya, aku akan membiarkan mereka berdua bercerita. Jika tidak, aku akan mengusir mereka sekarang juga!"
"Ck," Tuan Alardo mendecak kesal dengan ucapan Ervin. Ervin hanya meliriknya sinis seolah mengejek.
"Asal usulku?" Naya berpikir. Dahulu sang nenek pernah berkata kepadanya, suatu saat ia akan mengetahui kebenaran akan dirinya. Mungkin ini saat yang ia tunggu selama ini. Mendapat penjelasan dari kehidupannya selama ini.
Naya mengangguk yakin ke arah Ervin. Tuan Deka dan Alardo bernapas lega, mereka mendekat ke arah Naya dan duduk di bangku yang tidak jauh dari ranjang Naya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Devil Beside Me [END] [REUPLOAD]
FantasyKehidupan yang tidak pernah baik membuat Naya memutuskan terjun ke dalam jurang yang sangat gelap dan menjijikan. Terlebih ada seorang laki-laki yang ingin melecehkannya kala itu membuat Naya memantapkan pilihannya untuk terjun dan mengakhiri semuan...