Semilir angin malam masih begitu kencang membawa suasana semakin mencekam. Ketiga pemuda di depan Naya masih saling menatap dalam diam. Mereka enggan menyudahi ketegangan malam itu. Hawa dingin yang menusuk ke jantung semakin membuat Naya merasa sesak. Sesak berhadapan dengan situasi yang belum pernah ia alami sebelumnya. Ingin rasanya ia menjerit menghentikan semuanya. Namun, apa daya mulutnya serasa kelu tulangnya terasa kaku dan keberaniannya mulai menciut.
"Haruskah mereka bertarung, tidak bisakah mereka hanya berdiskusi saja?" cicit Naya seraya mengepal tangannya dan mencoba merengkuh tubuhnya sendiri. Dingin yang begitu menusuk seolah ingin menghancurkan seluruh tulangnya.
"Apa aku harus memaafkanmu atau aku harus membunuhmu?" pertanyaan Ervin membuat Pangeran Werewolf tersenyum sinis semakin membuat Arhies mengeraskan kepalan tangannya.
"Kau tidak perlu mengarang untuk membuatku takut. Putra Mahkota Ervin masih berada di dasar jurang yang menjijikan. Aku belum mendengar ia sudah bebas. Ah, dia memang bodoh untuk apa dia membunuh Dewi Pelindung jika pada akhirnya membutuhkannya."
"LANCANG!" Arhies berteriak kesal. Ia sudah tidak mampu menahan amarahnya lagi. Angin kencang berupa belati dengan cahaya putih terang melesat menuju Pangeran Werewolf.
Terlambat. Gerakan Arhies yang begitu cepat membuat sang Pangeran tidak siap. Serangan itu tepat mengenainya, beruntung ia masih sempat menyilangkan tangan berusaha menghalau ledakan yang dapat menghancurkan dirinya.
Duar!
Brak!
Pangeran Werewolf terpental jauh beberapa meter. Sudut bibirnya terluka mengeluarkan darah segar. Ia meringis namun sebisa mungkin tetap menampilkan senyum sinisnya. Arhies bersiap melancarkan serangannya. Ia mengumpulkan tenaga di telapak tangannya dan berjalan mendekat ke arah Pangeran Werewolf.
"Cukup Arhies! Biar aku yang menghadapinya, sudah lama aku tidak membunuh makhluk sepertinya." Ervin tersenyum sinis ia merenggangkan badannya dan melangkah pelan menuju Pangeran Warewolf. Pedang yang berada di tangannya berubah warna menjadi merah. Arhies hanya bisa mengikuti perintah Tuannya dan mundur mendekat ke arah Naya.
"Mari kita selesaikan ini segera!"
Ervin melesat, mengibaskan pedangnya. Petir di langit menggelegar kencang menandakan kemarahan Ervin yang memuncak. Pangeran Werewolf mengeluarkan taring dan juga kuku hitamnya. Ia juga melesat menuju Ervin berusaha melawannya.
Sreet. Craat. Duaaar!
Ledakan kembali terdengar, Ervin memundurkan langkahnya dan menatap lawan di depan remeh. Pangeran Werewolf berdiri kaku di tempatnya. Ia menatap bengis ke arah Ervin tidak mampu bergerak.
"Uhuk," darah keluar dari mulut Pangeran Werewolf. Ia perlahan menatap ke arah perutnya yang tergores pedang dalam. Ervin melukainya hanya dalam satu serangan, tenaganya seolah terkuras. Tubuhnya melemah, darah tidak henti keluar dari sudut bibir sang Pangeran.
"Tamat riwayatmu!" Ervin mengayunkan pedangnya dan bersiap menghabisi Pangeran Werewolf.
"Berhenti!"
Teriakan itu membuat ayunan pedang Ervin terhenti. Ia menatap ke asal suara. Dua orang berbeda jenis berlari mendekat ke arah Pangeran Werewolf.
Bruk.
Pangeran Werewolf ambruk ke dalam dekapan seorang wanita tua yang mendekat ke arahnya. Ia menatap wanita itu kesadarannya telah berada di atas ambang kemampuannya, "I-ibu," ucapnya kelu.
"Maafkan anak hamba, Yang Mulia Putra Mahkota Ervin. Dia tidak mengenali anda, mohon ampuni dia, Yang Mulia!" pinta seorang laki-laki tua seraya bersujud di bawah kaki Ervin. Ervin menurunkan pedangnya dan mengibaskan tangannya. Pedang yang berada di genggamannya perlahan hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil Beside Me [END] [REUPLOAD]
FantasiaKehidupan yang tidak pernah baik membuat Naya memutuskan terjun ke dalam jurang yang sangat gelap dan menjijikan. Terlebih ada seorang laki-laki yang ingin melecehkannya kala itu membuat Naya memantapkan pilihannya untuk terjun dan mengakhiri semuan...