Chapter 5

8.7K 896 29
                                    

.

.

.

Tepat ketika Seokjin hendak menyantap makan siangnya, suara pintu dibuka terdengar sangat keras di ruangannya. Yoongi datang dengan menatap mata sang kakak nyalang, tak peduli jika ia adalah kakak tertuanya.

"Di mana Jimin?" tanyanya berusaha meredam emosi dan kepanikan menjadi satu.

"Dia pulang." ujar Seokjin setenang mungkin tanpa melihat wajah Yoongi.

"Pulang? Dia tak ada di rumah, hyung," tangannya mulai mengepal, merasa kesal dengan tingkah sang kakak yang abai.

Seokjin menghela napas, berusaha memutar otak pintarnya untuk meredam emosi Yoongi yang pasti akan memuncak setelah ini. Ia menaruh sumpitnya kembali, menghiraukan makanan yang mulai mendingin.

"Katakan di mana Jimin!" akhirnya Yoongi meninggikan suaranya, muak akan hening yang Seokjin ciptakan.

"Dia pulang, ke tempatnya berasal."

Untuk beberapa detik, Yoongi terpaku dengan ucapan sang kakak yang terdengar begitu datar. Ia tak paham lagi mengapa Seokjin bisa setega itu. Maka, tanpa sadar Yoongi melangkahkan kakinya ke balik meja menuju Seokjin yang masih terduduk di kursi kebanggaannya itu. Tangannya tanpa ada rasa sopan santun lagi menarik kemeja warna biru milik sang kakak.

"Kau mengusirnya?!" teriaknya tepat di hadapan sang kakak dengan mata yang terlihat memerah karena emosi.

"Tenanglah! Ia pulang ke panti asuhan, tempat yang memang seharusnya. Toh ayah sudah pergi, dan ia bukan tanggung jawab kita lagi," lagi-lagi, tanpa sadar Seokjin mengatakan hal yang kejam.

"Kau gila, hyung?! Kau yang benar-benar tahu kondisi Jimin dengan tega mengusirnya?!"

"Aku tidak mengusirnya, Yoon!" Seokjin yang juga tersulut emosi kini berdiri dan menyentakan tangan Yoongi dari kemejanya.

"Lalu?! Ia tak mungkin pulang jika kau tidak mengusirnya!"

"Ada apa ini? Di mana Jimin?" Hoseok masuk dengan panik ketika melihat kedua kakaknya tengah bersitegang satu sama lain.

"Kau tanyakan saja pada bajingan ini!" Yoongi akhirnya melangkah pergi, meninggalkan Hoseok yang tidak mengerti dengan apa yang terjadi dan Seokjin yang tidak tahu harus berbuat apa.

"Seokjin hyung?" Hoseok memanggilnya meminta penjelasan.

"Jimin sudah pulang, Hoseok-ah ..." lirihnya ketika rasa bersalah itu kembali ke permukaan.

Respon yang Hoseok berikan ternyata tak jauh beda dari Yoongi. Tetapi ia lebih memilih menyimpan amarahnya dan hanya berbalik untuk meninggalkan Seokjin sendiri.

"Mengapa kau begitu kejam terhadapnya, hyung?" ujarnya pelan sebelum benar-benar pergi dari ruangan itu.

Sedangkan Seokjin kembali duduk di kursinya. Sebuah perasaan asing kembali hadir di relung hati yang paling dalam. Ia memilih untuk mengabaikan hal itu dan keluar dari ruangannya yang nyaman, meninggalkan makanan yang kini benar-benar telah mendingin.

.
.
.

"Hyung ... Yoongi hyung!!" Hoseok berusaha mengejar Yoongi yang sudah jauh berjalan di depannya. "Yoongi hyung!"

Hingga akhirnya ia bisa menarik lengan sang kakak yang lebih pendek darinya itu sebelum masuk ke dalam mobil.

"Aku tak punya waktu, Hoseok! Aku harus menemukan Jimin!" jawab Yoongi sedikit membentak pada adik yang menatapnya khawatir.

FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang