Chapter 15

8.5K 791 134
                                    

.

.

.


"Biarkan aku mencoba ice cream-mu, Kook! Pelit sekali!" Taehyung berusaha merebut ice cream yang berada di tangan Jungkook tapi tidak berhasil karena anak itu menjauh dan berlindung di belakang Jimin.

"Kau punya sendiri, hyung!"

"Jiiimmm!" protes Taehyung kala Jimin menghalangi dirinya untuk menggapai Jungkook.

Jimin yang berada di tengah-tengah hanya bisa tertawa dengan kelakuan kedua saudaranya, sebuah tawa yang terdengar sangat renyah di telinga.

"Kalau begitu kau harus coba ini, Kook! Aku bersumpah ini enak sekali!" ujar Taehyung seraya mencelupkan french fries nya ke dalam ice cream vanilla miliknya, lalu kemudian ia sodorkan ke hadapan Jungkook.

"Ewh! Tidak mau! Kau aneh sekali, hyung!"

"Jimin berhenti tertawa dan bantu aku!"

Perang kedua saudara itu masih saja berlangsung dengan Jimin sebagai pihak penengah yang hanya bisa tertawa. Sampai kemudian, suara derit pintu yang terbuka mengalihkan atensi ketiganya. Di dekat pintu sana, sang kakak sudah siap dengan sebuah kursi roda.

"Sudah siap, Jim?" tanya Seokjin tenang.

Jimin mengangguk pelan, sedikit takut dengan chemo keduanya kali ini. Taehyung yang mengerti akan keadaan saudaranya menepuk kepalan tangan di hadapannya itu, serta membisikan kalimat penenang.

"Tenanglah! Aku dan Jungkook akan menunggumu."

"Hyung ..." terdengar nada merajuk dari bibir pucat Jimin.

"Kenapa, Jim?"

"Bisa bawa Jungkook dan Taehyung bersama?" cicitnya pelan. Entah mengapa Jimin menjadi sangat takut hari ini. Selain itu, tidak ada kakak-kakaknya yang lain. Jika ada, mungkin mereka semua akan meminta untuk ikut masuk.

"Hmm ..." Seokjin terlihat berpikir keras, sedangkan Jungkook dan Taehyung menatapnya dengan penuh harap. Jimin sendiri tidak terlalu berharap banyak, ia hanya akan menurut seperti biasanya.

"Baiklah, untuk kali ini kalian kuizinkan. Tapi, jangan bilang kakak-kakakmu yang lain, oke? Bisa habis aku dihajar mereka bertiga."

Senyum bahagia akhirnya terbit di bibir ketiga bocah yang masih saja berhimpitan di ranjang rumah sakit yang sempit itu.

.
.
.

Jungkook tidak ingat sudah berapa kali ia menyeka bulir keringat yang muncul di sekitar wajah Jimin dengan jantung yang berdebar kencang. Ia hanya terlalu terkejut dan tidak familier dengan ruangan tempat terapi Jimin berlangsung. Apalagi melihat sang kakak yang terlihat menahan sakit dengan sebuah selang yang tertancap di dadanya.

"Jimin hyung ..." tanpa sadar bibir Jungkook melirihkan nama sang kakak yang tengah memejamkan mata karena lelah yang mulai melanda.

Mendengar suara lirih sang adik kesayangannya, Jimin pun membuka kedua manik sayunya itu untuk kemudian tersenyum menenangkan. "Aku baik, terima kasih sudah menemaniku." Jimin kemudian melirik ke arah Taehyung yang berada di sisi satunya. Saudaranya itu tengah memainkan rambutnya pelan dengan raut wajah yang tidak terbaca.

"Kau juga, Tae ..."

.
.
.

"Jimin! Lihat apa yang aku bawa!" Hoseok tiba-tiba masuk ke kamar Jimin dengan teriakannya yang sungguh berisik, membuat beberapa orang yang berada di ruangan itu mendelik kesal karena terkejut oleh kelakuannya.

FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang