Chapter 7

10.1K 873 85
                                    

.
.

Mata itu akhirnya terbuka saat guncangan tak lagi dirasakan oleh tubuhnya. Ia akhirnya sadar jika mobil sudah berhenti, kembali ke halaman rumah yang ia tinggalkan lebih dari seminggu. Jantungnya tiba-tiba saja berdetak lebih cepat karena rasa bersalah yang kembali dirasakan membuatnya meremas selimut yang sejak tadi membungkus tubuh kecilnya itu.

"Oh, Jimin kau sudah bangun?" tanya Hoseok ketika hendak mengambil beberapa barang yang tertinggal di mobil.

"Iya, hyung. Di mana yang lain?" tanyanya ketika sadar bahwa hanya dirinya yang ada di dalam mobil.

"Mereka baru selesai memasukkan semua barang ke rumah. Tadinya aku akan membangunkanmu, tetapi ternyata kau sudah bangun duluan. Yasudah, ayo masuk!" Hoseok berjalan memutar, kemudian membuka pintu di sebelah Jimin. Ia menarik tangan Jimin karena adiknya tak kunjung turun.

"Jimin-ah," panggil Hoseok lembut membuat sosok tersebut mengangkat kepalanya untuk menatap sang kakak, "tenanglah. Semua akan baik-baik saja."

Nada lembut serta menenangkan milik Hoseok membuat Jimin tersenyum. Keberanian itu akhirnya kembali muncul dari dalam dirinya. Maka, ketika Hoseok menarik lengannya untuk berjalan masuk, Jimin tak lagi menahan langkahnya.

.
.
.

"Hyung! Kalian ke mana saj—" Jungkook yang berlari menuju pintu utama ketika mendengar suara ribut-ribut kakaknya tiba-tiba saja berhenti ketika mendapati Jimin berada di sana. Tangannya mengepal erat menatap kedua mata yang meliriknya takut itu tajam.

Tak lama Taehyung pun datang dan ikut memperhatikan seseorang yang ditatap Jungkook bingung. Perasaan lega menghinggapi dirinya, tetapi suasana yang tercipta tak memungkinkan ia untuk  bersorak gembira.

"Kenapa dia kembali, hyung?" tanya Jungkook dengan nada rendah penuh penekanan.

"Kook, kami bisa menjelaskannya," jawab Seokjin dengan pelan, berharap sang adik paling kecilnya akan mengerti.

"Aku membencinya!" teriak Jungkook dengan keras sebelum akhirnya berlari menuju kamarnya.

Taehyung yang juga terkejut di sampingnya terlihat bingung harus melakukan apa. Ia pun akhirnya memutuskan untuk mengikuti langkah sang adik.

"Biar aku yang bicara padanya," ujarnya sebelum melangkah pergi. 

Sedangkan Jimin mematung di tempat seraya menggenggam tangan Hoseok erat. Ia seharusnya tahu hal ini akan terjadi. Jungkook tak mungkin memaafkannya begitu saja.

"Jim, kau baik-baik saja?" Seokjin berbalik untuk menatapnya seraya meletakan tangannya di kedua bahu Jimin untuk sekadar memastikan. "Aku akan bicara padanya, kau tenang saja, ya?"

Kedua mata Jimin menatap balik netra sang kakak. "Hyung, itu ... bisakah kau tidak mengatakannya pada Jungkook?" cicitnya pelan.

"Jim!" Yoongi yang sejak tadi diam akhirnya membuka suara. Ia masih saja merasa sangat khawatir dengan keadaan Jimin walaupun kini mereka telah menemukannya. Apalagi dengan respon Jungkook tadi, Yoongi takut Jimin akan pergi lagi.

"Aku tahu ini tidak akan mudah. Tapi, biarkan aku melakukannya dengan caraku sendiri," ujarnya mantap dengan senyum tipis yang terpatri di bibirnya.

FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang