Chapter 9

10K 839 52
                                    

.
.
.

Suasana rumah keluarga Kim menghangat sepanjang minggu ini. Dengan Jungkook yang tak lagi berpikiran negatif terhadap Jimin, membuat ketujuh saudara itu hidup akur. Walaupun pada kenyataannya Jungkook masih saja ketus terhadap sang kakak.

Namun masih ada sesuatu yang terselip di hati Jimin. Keinginannya untuk duduk sarapan bersama dengan ke-enam saudaranya yang lain—seperti keinginan sang ayah—belum juga terlaksana. Ia masih saja belum berhasil membujuk semua saudaranya, apalagi Yoongi yang tidak bisa bangun pagi dan juga Seokjin dan Namjoon yang sangat sibuk sedari pagi.

Seperti pagi ini, hanya ada Hoseok, Taehyung, dan Seokjin yang menemaninya sarapan, padahal ini hari Minggu. Seokjin tumben sekali bisa menemaninya sarapan, sedangkan saudara mereka yang lain lebih memilih untuk bergelung di dalam selimut di kamar mereka yang nyaman.

"Jim, apa kau mau sereal?" tanya Seokjin pada Jimin yang hanya mengaduk-aduk sup nya tanpa minat.

Mendengar hal itu, kedua pasang mata lainnya ikut memandangi Jimin yang kini terlihat salah tingkah.

"Ahh tidak usah, hyung. Aku hanya sedang tidak begitu selera," ujar Jimin seraya menjauhkan mangkuk sup di hadapannya.

"Apa kau mau mencari es krim denganku setelah mandi, Jim? Jalan-jalan bukan hal yang buruk hari ini," Taehyung tiba-tiba berucap dengan sangat cepat.

"Udara masih terlalu dingin untuk es krim, Tae," ingat Hoseok pada adiknya yang terlihat tidak peduli itu.

"Tidak ada yang salah dengan memakan es krim saat udara dingin," kilahnya dengan mulut yang dipenuhi oleh sereal.

"Ya, jika kau ingin lidahmu membeku dan kau tidak bisa bicara selama seminggu. Well, aku tidak keberatan, setidaknya aku tidak akan mendengarmu mengoceh."

"Hey, itu kasar! Jin hyung apa kau dengar apa yang Hoseok hyung katakan?"

"Kau yakin tak apa, Jim? Mau berbagi sesuatu?" Seokjin tak menghiraukan pertengkaran Hoseok dan Taehyung, ia kembali menatap Jimin dengan intense.

"Ya ... aku hanya berpikir, mengapa begitu susah mengumpulkan kita semua untuk sarapan bersama," akhirnya ia berkata jujur tentang apa yang mengganggu pikirannya, dengan sedikit berharap kejujurannya akan merubah sesuatu.

Seokjin menghela napas mendengar jawaban Jimin. Ia menyesali dirinya yang terkadang memang terlalu sibuk sehingga melewatkan sarapan yang begitu penting sebagai sebuah rutinitas keluarga. Memang sudah lama sekali sejak terakhir kali mereka duduk bersama untuk sarapan, ia bahkan lupa obrolan-obrolan konyol di pagi hari.

"Bagaimana kalau kita pergi bersama bulan depan?" tiba-tiba saja sebuah ide muncul di kepala Seokjin. "Kau ingat? Rumah musim panas kita, kurasa tak ada salahnya untuk datang menyambut musim semi." 

Seketika cengiran di wajah Hoseok dan Taehyung muncul—tanda mereka menyukai ide tersebut. Mungkin Seokjin bisa membuat keluarganya kembali bersama setelah perjalanan itu.

.
.

"Wahhh, Yoongi hyung! Rambutmu keren sekali!" Taehyung bersorak ria ketika Yoongi memasuki kamarnya yang tengah diisi oleh dirinya, Jimin, Hoseok, dan Jungkook di sudut kamar—yang tak ingin terlalu terlibat dengan keributan tapi tak ingin sendiri di kamar.

FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang