.
.
.Yoongi berlari sepanjang lorong rumah sakit menuju ruang rawat sang adik. Ia langsung berangkat kemari setelah mendapat panggilan dari Seokjin tentang Jimin yang kembali masuk tempat menyeramkan ini. Ia bahkan lupa untuk menyimpan file pekerjaannya yang baru di ruang studio kesayangannya karena terlalu panik.
Di ruang rawat Jimin, Seokjin tengah menatap adiknya yang sudah kembali terlelap. Ia tersenyum hangat melihat Jimin yang kini sudah tidur dengan lebih nyaman. Tak lama, telinganya dapat mendengar derap langkah mendekat diikuti oleh suara pintu yang terbuka.
Di sana, seorang pria pendek dengan kulit mulusnya terengah-engah mencoba untuk melangkah memasuki ruangan itu. Matanya mendadak membulat melihat dua orang tengah berbagi tempat tidur di sebuah ranjang rumah sakit yang sempit.
"Hyung! Bagaimana Taehyung bisa berada di sana?" tanyanya masih terkejut pada Seokjin yang terlihat santai saja melihat Taehyung tidur di sebelah Jimin. "Anak itu harus dibangunkan!"
Saat Yoongi hendak melangkah maju, Seokjin seketika menjegal lengannya untuk berhenti, "Biarkan saja, mereka teman lama. Ayo lebih baik ke ruanganku."
Tak disangka pria yang terkenal bebal itu menurut pada sang kakak. Kini mereka dengan santainya tengah menikmati kopi panas yang baru diseduh Seokjin. Dokter muda itu sebenarnya tidak ada jadwal untuk jaga malam hari ini, ia tinggal hanya untuk menemani Jimin.
"Jadi, Taehyung sudah tahu?"
Seokjin mengangguk sebelum membuka suaranya. "Tak disangka takdir mempertemukan kembali mereka dalam keadaan seperti ini. Walaupun Jimin tidak ingat siapa Taehyung, tapi aku yakin tubuhnya mengenali sahabat kecilnya itu. Lihat saja bagaimana nyamannya mereka bersama."
Seokjin terkekeh mengingat kejadian tadi sore ketika Taehyung membawa Jimin kembali ke kamar di punggungnya. Sejak itu Taehyung enggan untuk meninggalkan sisi Jimin, begitupun sebaliknya. Jimin bahkan merengek agar Taehyung tidur di sebelahnya. Alasannya karena ia tidak tega membiarkan sang sahabat tertidur dengan tidak nyaman di kursi.
"Lalu bagaimana keadaan Jimin?"
"Aku masih harus memeriksanya lagi. Tapi kurasa bulan depan Jimin sudah harus memulai chemotheraphynya."
Mata Seokjin terlihat menerawang. Ia kembali menyesali perbuatannya pada Jimin. "Jika saja selama ini aku fokus pada penyembuhan Jimin."
.
.
.Taehyung merasa terganggu dalam tidur nyamannya karena seseorang tengah bermain dengan pipinya. Dengan enggan dirinya pun membuka mata. Rasa kesal yang sempat hinggap langsung lenyap ketika mendapati Jimin tengah menekan-nekan pipinya dengan telunjuk yang pendek itu.
"Pagi, Tae," sapanya dengan suara pelan.
"Ini jam berapa, Chim? Kenapa kau sudah bangun pagi sekali?"
"Kau harus sekolah, Tae! Pulanglah dulu dan bersiap-siap dari rumah!" ujar Jimin kini dengan posisi setengah bangun.
"Aku tak akan masuk," jawabnya malas, lalu kembali menutup mata.
"Tidak boleh! Kau harus masuk sekolah! Aku pasti akan membolos hari ini. Jika kau ikut membolos, lalu siapa yang akan menemani Jungkook? Dia pasti curiga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Family
Fanfiction"I will stay, for you." ~Repost from FFN Republished Start: 03062020 End: -