Chapter 11

8.5K 798 147
                                    

.
.
.

Jimin melirik ke arah Jungkook yang berjalan bersama dirinya dan Taehyung saat pulang. Adiknya itu tampak murung beberapa hari ini. Jimin bahkan dapat mendengar helaan berat Jungkook setiap lima menit sekali.

"Kau kenapa, Kook?" tanya Jimin memberanikan diri. 

"Hah ..."Jungkook kembali menghela napas, membuat Jimin juga ikut-ikutan melakukannya.

Taehyung sendiri melirik keduanya dengan heran, tak dapat membaca situasi yang terjadi karena sedari tadi kedua telinganya disumpal dengan earphone yang terhubung ke ponselnya.

"Tak ada apa-apa, hyung," ujar Jungkook lemas pada akhirnya.

Keheningan kembali terjadi di antara mereka. Jimin enggan menanyakan lebih jauh pada Jungkook. Ia berpikir mungkin Jungkook butuh waktu, ia pasti akan bercerita jika sudah siap.

"Hyung, moodku sedang buruk. Boleh minta beli ice cream?" ujar Jungkook, yang kemudian menghentikan langkahnya.

Jimin lantas tersenyum manis pada Jungkook, hatinya sedikit lega mengetahui sang adik setidaknya memiliki pelarian untuk 'mood' jeleknya itu.

"Seseorang berkata ice cream?"

.
.
.

"Hyung." panggil Jimin pada Yoongi yang tengah menemaninya malam itu.

"Hmm?" jawabnya sambil tak melepaskan pandangan matanya dari iPad di tangannya.

"Jungkook terlihat murung beberapa hari ini."

"Apa terjadi sesuatu di sekolah?"

"Kurasa tidak. Aku dan Taehyung tak mendengar apa pun darinya."

Yoongi melepaskan pandangannya pada iPad untuk menatap adiknya yang kini terlihat murung itu. Ia pun mengangkat tangannya untuk kemudian mengelus kepala adiknya pelan, salah satu kegiatan favorite-nya.

"Tenang saja. Jungkook itu masih belajar dewasa. Wajar jika moodnya berubah setiap saat. Nanti juga ia kan kembali seperti biasa lagi," ujarnya pelan agar Jimin tidak lagi khawatir.

"Humm ... semoga saja."

.
.
.

Nyatanya tidak. Sudah lewat satu minggu dan Jungkook masih saja murung, bahkan lebih parah. Siang itu Jimin hendak menjemput Jungkook ke kelasnya untuk makan siang. Tetapi baru saja sampai di depan pintu kelasnya, Jimin mendengar ribut-ribut dari dalam kelas.

"Sudah kubilang bukan aku yang melakukannya!" teriak Jungkook tepat di hadapan temannya.

"Kalau bukan kau siapa lagi, Kim Jungkook?!" sang teman balik membentaknya.

"Ya mana aku tahu!"

"Mengaku saja kalau kau mencurinya!" tiba-tiba saja temannya itu mendorong bahu Jungkook yang tentu saja membuat pemuda itu semakin tersulut emosi.

"Kubilang bukan aku yang melakukannya, sialan!" Jungkook mengangkat kepalan tangannya, bersiap memukul wajah teman yang membuatnya emosi tersebut. 

FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang