Chapter 10

11.7K 862 125
                                    

.
.
.

Kalian, gaada yang mau comment gitu? :(

.

.

.

"Ayah, mereka sudah bersama kembali. Mereka akan bahagia bersama. Sekarang, aku sudah bisa bersama kalian, kan?"

"Tidak, Jim. Ini belum saatnya. Kau tidak mau kan hubungan mereka yang baru saja membaik kembali hancur? Bertahanlah untuk mereka, Jim. Kau akan tahu saatnya untukmu melepaskan ..."

.
.

Jungkook masih ingat kejadian kemarin sore di mana ia melihat sosok yang kini terbaring di hadapannya itu tiba-tiba saja terjatuh seakan ada angin besar yang menghempaskan tubuhnya. Ia masih ingat darah yang mengalir tanpa henti dari hidung sosok lemah itu. Bahkan raungan putus asa Seokjin masing terngiang jelas di telinganya.

Di hari pertama musim semi, Jungkook mengetahui fakta yang kembali meremas hati kecilnya yang sudah berkali-kali disakiti oleh kenyataan hidup. Jungkook mengangkat kedua tangannya yang bergetar untuk ia bawa menggenggam tangan yang terbebas dari jarum infus. Ia genggam tangan lemah itu erat seraya terus merapalkan doa dengan kepala tertunduk.

"Hyung, bangunlah ... Kau tidak akan meninggalkanku seperti yang lain kan? Aku takut," lirihnya dengan suara tercekat.

Di tempat yang sama, seorang pemuda—Seokjin—tengah memperhatikan sang adik yang masih memejamkan matanya. Ia masih tak percaya ketika jantung adiknya berhenti berdetak untuk beberapa saat sampai akhirnya kembali. Seokjin tidak pernah merasa sepanik itu ketika menangani seorang pasien, dan hal itu sedikit membuatnya ragu jika ia memang bisa membantu sang adik untuk sembuh.

"Mengapa ketika semuanya sudah membaik kau sempat memilih untuk pergi, Jim?"

.
.

Ditemani oleh cahaya jingga yang masuk dari jendela kamar, sepasang mata yang ditunggu oleh orang-orang yang enggan meninggalkannya itu akhirnya terbuka dengan perlahan. Satu hari sudah ia tertidur tenang, dan kini matanya menyesuaikan cahaya untuk akhirnya menemukan saudara-saudaranya yang berkumpul mengelilinginya. Memandangnya dengan intens untuk memastikan kedua mata itu tidak tertutup kembali.

Seokjin akhirnya melangkah lebih dekat untuk memeriksa. "Hai, Jim. Bagaimana perasaanmu?" tanyanya pelan yang terdengar masih samar di telinga Jimin.

Melihat keadaan adiknya yang masih sedikit tidak fokus, Seokjin berbalik untuk menghadap adik-adiknya yang lain, mencoba memasang wajah setenang mungkin. "Kalian tunggulah di luar. Aku harus melakukan beberapa prosedur pemeriksaan."

Untungnya mereka semua mengerti, walaupun Hoseok harus sedikit menarik Jungkook yang ingin tinggal. Kerumunan pemuda itu akhirnya digantikan oleh Seokjin dan dua suster yang memeriksa keadaan Jimin.

"Hyung ..." bisikan Jimin bahkan terdengar sangat lemah di telinga Seokjin.

"Ada apa, Jim?" ia menjawab dengan lembut seraya tangan mengusap surai merah mudanya.

"Berapa lama aku tidur?"

"Hanya satu hari, tapi kau berhasil membuatku jantungan. Jangan pergi lagi, oke?"

FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang