Chapter 20 - End

9.3K 737 290
                                    

.
.
.


Dua hari yang lalu, Jimin akhirnya membuka matanya setelah tertidur hampir seminggu lamanya. Semuanya bernapas lega, menyambut Jimin kembali.

"Jim, kau setuju kan?" tanya Seokjin kembali perihal kepergiannya ke Amerika. Jimin sudah membaik, dan ia rasa ini waktu yang tepat untuk bertanya.

Jimin melirik ragu ke arah Taehyung yang berada di sampingnya. Jimin ingat jelas wajah penuh emosi saat pertama kali Seokjin membicarakan hal yang sama. Namun kali ini, Taehyung hanya tersenyum padanya dan mengangguk perlahan, seperti memberinya izin untuk pergi. Ia pun kembali menatap Seokjin yang masih menunggu jawabannya.

"Berapa lama, hyung?" tanya Jimin ragu. Ia sebenarnya enggan untuk pergi, tapi memikirkan keluarganya, Jimin juga ingin kembali berusaha.

"Satu atau dua tahun, mungkin?" jawab Seokjin sedikit ragu.

Terlalu lama, dan Jimin segera menekuk wajahnya karena itu. Taehyung yang menyadari hal itu segera mengusap pipi tirus saudaranya itu pelan, berusaha menenangkan. "Hei, tak apa. Kita masih bisa video call, Jim. Seokjin hyung juga berjanji ketika aku dan Jungkook libur sekolah, kami akan pergi mengunjungimu di sana."

"Jika tidak diizinkan, kami akan kabur saja untuk menemuimu!" tambah Jungkook yang menimbulkan tawa di ruangan itu.

"Dengar, Jim. Mereka sudah menunggumu. Kau dipastikan akan mendapat tindakan langsung sesampainya di sana. Jangan pikirkan apa pun, oke? Hanya fokus pada kesembuhanmu agar kau bisa saja pulang lebih cepat. Bagaimana?"

Jimin kembali menatap binar mata yang sudah kembali cerah itu. Ia tengah meyakinkan diri sendiri bahwa semua usaha sang kakak tidak akan percuma. Jimin masih ingin berusaha bersama.

"B-baiklah, hyung," ucapnya final.

.
.
.

Semua persiapan keberangkatan Jimin dilakukan dengan sangat cepat. Seokjin hanya takut jika sang adik tak bisa lagi menunggu. Selama itu pun, ia selalu menjaga keadaan Jimin tetap stabil untuk menghadapi perjalanan jauh.

Tidak banyak pula yang bisa Jimin lakukan selama beberapa hari itu. Ia hanya duduk di ranjang rumah sakit yang masih ditempatinya, juga melakukan cek, dan sisanya menghabiskan waktu bersama saudaranya untuk sekedar mengobrol atau menonton film. Sampai pada akhirnya ia pulang ke rumah, tak ada satu hal pun yang bisa ia kerjakan selain duduk dan berbaring di tempat tidur. Semua saudaranya kembali menjadi over protective kepadanya. Ia memaklumi hal itu, karena sebentar lagi dirinya akan pergi jauh.

"Kerjakan tugasmu dengan benar, Tae!" ejek Hoseok dari sisi Jimin yang tengah berbaring dengan Jungkook di sisi lainnya.

"Hyung, aku bersumpah pelajaran ini adalah yang tersulit. Biarkan aku beristirahat sebentar!" rajuk Taehyung yang tengah terduduk di atas karpet jauh dari jangkauan Jimin, karena dilarang oleh sang kakak.

"Selesaikan dulu baru kau bisa naik."

"Hyuuung ..." Taehyung mulai merengek dan bergulingan di karpet, yang tentu saja membuat Hoseok dan Jungkook terkikik geli.

"Biarkan saja dia, hyung," ujar Jimin yang juga sebenarnya terkekeh pelan.

"Jimin yang terbaik!" sedetik kemudian Taehyung langsung bangkit dan menubrukan dirinya di atas kasur untuk memeluk Jimin.

"Ash ..." ringis Jimin pelan karena tubrukan itu.

"Pelan-pelan, hyung!" teriak Jungkook panik dan Hoseok yang langsung menjitaknya pelan.

FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang