Chapter 19

7.5K 741 130
                                    

.

.

Ehe /ketawa jail dulu/ *ditimpuk warga*

.

.


Siang itu seisi rumah keluarga Kim kembali dibuat panik. Jimin terjatuh di kamar mandi dan kepalanya mengeluarkan darah karena terkena ujung wastafel saat ia terjatuh. Jimin, yang sudah tidak sadarkan diri, segera diangkat oleh Namjoon menuju mobil yang sudah tersedia. Hanya ada dirinya siang itu dan kejadian tersebut membuatnya sangat panik.

Lagi-lagi, lorong putih yang terasa dingin itu menemani kelima saudara yang masih terserang panik paska kejadian tadi. Namjoon sendiri merasa lega ia memilih untuk tinggal di rumah dan menemukan Jimin secepatnya. Jika tidak, ia tidak tahu apa yang terjadi pada adik manisnya itu.

Yoongi terlihat sudah terduduk di lantai dengan tangan yang mengacak rambutnya kasar. Lagi-lagi ia harus dikejutkan dengan kejadian serupa. Dirinya kembali kacau. Ia sampai berpikir untuk memasang CCTV di setiap bagian kamar Jimin. 

Taehyung dan Jungkook segera dijemput oleh Hoseok dari sekolah. Mereka sudah berjanji untuk tetap bersama jika terjadi sesuatu lagi pada Jimin. Sebabnya, mereka meninggalkan semua kegiatan untuk kembali berkumpul di tempat mengerikan ini.

Suara pintu yang terbuka mengalihkan atensi mereka semua. Seokjin keluar dengan helaan napas berat, tanpa memandang saudara-saudaranya.

"Bagaimana, hyung?" tanya Namjoon mendahului.

"Untuk sekarang ia baik-baik saja," jawabnya berusaha tenang. Mendengar hal itu, raut khawatir di wajah kelima anak Kim itu berkurang. Kini mereka melirik Seokjin untuk memberikan izin masuk dan menjaga Jimin.

"Tae, Kook, masuklah! Tolong jaga Jimin untuk beberapa saat," pinta Seokjin pada Taehyung dan Jungkook yang segera mengangguk patuh dan masuk ke dalam ruang rawat Jimin. "Kalian, ada yang harus aku diskusikan di ruanganku."

Mereka pun mengerti dan langsung mengikuti kemana Seokjin melangkah.

.
.
.

"Aku akan membawa Jimin berobat ke Amerika," ujarnya dengan terselip sedikit keraguan pada nada suaranya. Tak ada tanggapan dari adik-adiknya untuk beberapa saat. Mereka masih terkejut dengan apa yang barusan Seokjin katakan.

"Hyung, apa Jimin memburuk?" tanya Hoseok. Ia mengerti bahwa ada sesuatu yang membuat sang kakak mengambil keputusan ini.

"Kondisinya menurun sangat drastis selama sebulan ini. Aku hanya ingin mencegah hal paling buruk terjadi. Sudah cukup Jimin menderita."

"Apa kau yakin Jimin akan setuju dengan hal ini?"

"Oleh karena itu aku meminta bantuan kalian. Jimin tidak akan mau jika ada salah satu dari kita yang menolak. Juga, kumohon untuk membuat Taehyung dan Jungkook mengerti. Mereka pasti akan sedikit menimbulkan keributan. Jimin juga tidak boleh banyak pikiran."

Seokjin melirik ke arah Yoongi yang nampak tengah berpikir. Adiknya itu lagi-lagi pasti tengah menyalahkan dirinya sendiri. "Yoongi-ya," panggil Seokjin pelan yang berhasil merebut atensi Yoongi. "Bagaimana menurutmu?"

Pemuda pucat itu menghela napas sebelum menyuarakan pikirannya. "Aku tidak yakin bisa tenang sedangkan Jimin jauh di sana."

"Aku akan mengabari kalian tentang semua progresnya, setiap hari. Aku janji. Jimin harus mendapat penanganan segera. Aku bahkan sudah menghubungi rumah sakit terbaik di sana, bahkan mengirimkan rekam medis Jimin. Mereka menyanggupi dan akan menyambut kita kapan pun. Aku hanya butuh support kalian untuk meyakinkan Jimin."

FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang