Chapter 13

7.2K 749 177
                                    

.
.
.

Kedua tangan itu tak berhenti menggenggam tangan seseorang yang kini tengah tidur tenang di atas ranjang rumah sakit. Jantungnya masih berpacu cepat, takut jika saudaranya itu tiba-tiba pergi

"Hey," seseorang mengejutkannya dari belakang. "Jimin baik-baik saja, kau tidak usah khawatir, Tae. Dia hanya kelelahan dan dehidrasi."

Namjoon berusaha menenangkan Taehyung dengan tepukan pelan di bahunya. Sebenarnya memang tidak terjadi hal serius pada Jimin, hanya saja dengan kondisinya, sedikit lelah dapat berdampak besar bagi tubuhnya.

"Tetap saja ia tidak bangun saat aku bangunkan tadi pagi, hyung,"  rajuk Taehyung yang sebenarnya ditujukan pada Jimin yang masih tertidur nyenyak.

"Iya aku mengerti kau pasti khawatir. Tapi Jimin tidak akan suka kau mengkhawatirkannya secara berlebihan. Mandi dan makanlah dulu, Tae! Kau bau!"

Taehyung semakin merenggut kesal. Dirinya bahkan masih memakai piyama biru kesayangannya karena tak ingin pulang dulu. Alhasil Namjoon meminta seorang pelayan untuk mengantarkan baju ganti Taehyung dan perlengkapan Jimin ke rumah sakit.

"Omong-omong, di mana Yoongi hyung dan Hoseok hyung?" tanya Taehyung saat dirinya berhasil beranjak dari sisi Jimin, walaupun sedikit tidak rela.

"Ada sesuatu yang harus diurus Yoongi hyung di studio. Hoseok, travel book nya akan segera release, dan dia harus ke studio tari-nya."

Taehyung mengangguk-angguk paham. Tapi baru saja melangkah, ia kembali berbalik pada Namjoon yang hendak menyiapkan obat Jimin, jika sewaktu-waktu anak itu bangun.

"Masih belum ada kabar dari Seokjin hyung?"

Namjoon menyadari emosi Taehyung kini sudah teredam dengan rasa khawatir. Ia pun tersenyum sebelum menjawab. "Tadi pagi sudah aku kirimi pesan, semoga saja Seokjin hyung membacanya."

.
.
.

Seokjin membacanya, walaupun terlambat. Tetapi ia masih saja enggan untuk pulang. Ia berpikir Jimin akan aman karena sudah ditangani oleh Dokter Im, sahabatnya. Walau begitu, beban itu semakin berat dirasakannya. Semakin ia berusaha untuk tak berlari dan menyelamatkan kedua adiknya, semakin besar rasa sesal yang timbul.

Ponselnya kembali berbunyi menandakan sebuah pesan masuk. Dengan ragu, Seokjin mengambil ponsel yang berada tak jauh dari jangkauannya itu. Senyum tiba-tiba saja tercipta di bibirnya kala mendapat pesan dari Jimin, yang ia yakini sudah baik-baik saja sekarang.


'Hyung kau di mana? Pulanglah, kumohon! Entah mengapa, tapi perasaanku tak enak tentang Jungkook. Pulang, ya?'


Senyum itu hilang setelah membaca pesan itu. Memangnya apa yang bisa terjadi pada adik bungsunya? 

"Ahh ... aku harus bagaimana ini, ayah?"

.
.
.

Jungkook tengah menunggu dengan diam di sebuah bangku rumah sakit yang dingin. Ia masih enggan untuk masuk ke dalam ruangan ketika sang ayah mengajaknya masuk beberapa menit yang lalu.

FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang