BAGIAN 2

1.7K 129 8
                                    

Diandra POV

Diandra Bellezia Jackqueline

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diandra Bellezia Jackqueline

Flashback On

Invisible girl!

Itu julukan yang Riana Maretta beri untuk gadis berwajah ayu nan pendiam, bernama Kareenina Oktaviani.

Mereka berada di kelas yang sama saat SMP, kelas 9a. Aku sendiri berasal dari kelas 9b, samping kelas mereka.

Tidak ada satu orang pun yang tahu apa masalah awalnya, sehingga Riana mem-bully Kareen terus-menerus sejak berada di kelas 7. Termasuk diriku, aku pun tak tahu menahu apapun, karena baru mengenal mereka di kelas 9.

Ya, aku anak baru pada waktu itu.

Suatu hari, aku yang tak tahu apapun masalah yang terjadi di antara mereka, melihat kenyataan yang dilakukan Riana terhadap Kareen.

Riana merenggut kerah kemeja seragam Kareen kuat-kuat. Kareen berekspresi seperti biasa. Datar. Tak menunjukkan kalau dia takut terhadap Riana, tapi tak juga menunjukkan kalau dirinya menantang.

Aku bersembunyi di balik pintu kantin dan tetap memperhatikan.

"Kalau sampai lo berani bilang sama guru tentang apa yang lo lihat tadi, maka riwayat lo akan berakhir sampai di sini!!!," ancam Riana.

Kareen mengukir senyum pahit.

"Dengan satu syarat, lo harus berhenti ganggu gue! Anggap gue nggak ada!," balas Kareen tegas.

Aku masih memperhatikan mereka berdua. Riana terlihat mempertimbangkan syarat yang Kareen ajukan.

"Oke! Mulai sekarang, gue nggak akan ganggu lo lagi, tapi jangan harap kalau lo bakal punya teman setelah lepas dari tangan gue! Lo akan tetap jadi anak paling dikucilkan di sekolah ini!!!," Riana tetap menjaga harga dirinya.

"Deal!."

Riana pun segera pergi dari kantin dan meninggalkan Kareen. Aku masih memperhatikannya, hingga sebutir airmata akhirnya jatuh di pipi gadis itu.

Dia menangis.

Dan aku tak mampu berbuat apapun.

Hari ini, aku bertemu lagi dengannya. Dalam satu ruangan kamar berukuran sedang di asrama SMA. Dia menatapku.

Canggung.

Aku memberanikan diri.

"Hai Karin!," sapaku.

Dia terpaku. Mungkin keheranan karena ternyata aku mengenalnya.

Ya, dia tak pernah tahu, bahwa mengenalnya. Sangat mengenalnya.

* * *

My ROOMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang