BAGIAN 18

896 79 18
                                    

PETUNJUK

Diandra POV

Aku berada di suatu tempat yang sangat asing. Aku tak berada dalam kegelapan, aku justru berada di tempat yang penuh dengan sinar dari berbagai penjuru.

Namun seterang apapun tempat ini, rasanya aku tak begitu nyaman untuk terus berada di sini.

Apa alasannya?

Karena tak ada satu orang pun yang bisa kujumpai di sini. Tidak ada Kareen yang biasanya mencibirku terang-terangan. Tidak ada Romeo yang hobi sekali mengomel setiap saat. Tidak ada DIA, pria yang aku pikirkan selama sebelas tahun terakhir.

Rasanya hampa, aku ingin kembali. Aku tak mampu sendiri seperti ini.

Tolong aku!!!

* * *

Tetesan air membasahi wajah Diandra sehingga membuatnya mengerejap pelan dan kembali membuka kedua matanya.

Pandangannya nanar, semua masih buram, dan tetesan air itu terasa semakin deras.

Seraut wajah pun mulai jelas dalam pandangannya. Kareen..., sahabatnya itu sedang menangis.

"Rin...? Lo kenapa?," tanya Diandra, lemah.

"Elo yang kenapa??? Udah setengah jam gue manggil-manggil supaya elo bangun Dhi!!! Gue takut!!!," jawab Kareen, histeris.

Diandra terkekeh pelan.

Dalam keadaan apapun, suara tawa riang khas Diandra tentu saja takkan pudar atau menghilang. Kareen membantunya bangun, Diandra melihat ke sekelilingnya dan menemukan sosok Demian yang terbaring dengan infuse di lengannya.

Diandra bangkit dari lantai dan menuju ke arah pria itu.

"Dia kenapa Rin? Kok jadi begini?," tanya Diandra, yang sudah lupa dengan rasa sakit di tubuhnya sendiri.

"Serangan jantung ringan Dhi..., ternyata dia punya masalah sama jantungnya," jawab Kareen.

"Kok bisa??? Bukannya tadi dia udah baik-baik aja???," Diandra kebingungan.

Kareen meremas pundak Diandra pelan.

"Dia kaget pas lihat kondisi elo Dhi..., kaya'nya, dia shock berat lihat elo hampir mati ketimbang lihat itu mayat yang digantung," jelas Kareen.

Diandra menatap pria itu dengan penuh rasa bersalah. Pria itu - pria-nya - yang ia impikan selama hampir sebelas tahun belakangan ini, sedang terbaring tak berdaya.

Jasad Mark Janus telah di turunkan dan dibawa oleh pihak Rumah Sakit untuk diautopsi. Marion mendekat pada Diandra yang masih berdiri di samping Demian.

"Tiga orang yang mukulin elo udah gue amankan. Saat ini, pembunuhan terhadap Mark Janus masih dalam tahap penyelidikan awal," jelas Marion.

"Pembunuhnya bukan salah satu dari tiga orang yang mukulin gue," ujar Diandra.

"Maksudnya? Elo tahu siapa pelakunya?," tanya Marion.

"Ya..., tapi gue butuh akses yang luas buat buktiin semuanya," pinta Diandra.

Marion terlihat berpikir sesaat. Ia tak pernah meragukan Diandra, namun bukan pilihan yang bijak pula jika dirinya membiarkan Diandra yang membuktikan sendiri. Terlalu beresiko.

"Begini, elo boleh dapat akses ke manapun, tapi dengan satu syarat. Seluruh anggota kepolisian harus bekerja sama untuk melindungi elo di manapun lo berada," saran Marion.

"Oke, gue setuju," jawab Diandra.

"Jadi, kita mau mulai dari mana?," tanya Kareen.

"SMA Generasi," usul Diandra.

My ROOMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang