BAGIAN 21

978 85 16
                                    

GOOD LISTENER

"ROMEO!!!," Diandra merajuk.

Yang dipanggil diam saja dan hanya menaikkan sebelah alis matanya.

"Muka gue bonyok Rom...," keluh Diandra.

"Terus??? Mau gue tambahin???," tanya Romeo.

"Nggak...," jawab Diandra, skakmat.

"Yang nyuruh lo berantem siapa? Kalau muka lo bonyok, ya terima aja...," ejek Romeo

Kareen terkikik geli, ia bangun dari ranjangnya yang bersebelahan dengan Diandra di Rumah Sakit itu, untuk mengmbil air minum. Romeo memutuskan untuk keluar sebentar dan mengunjungi Syifa.

Sammy yang baru saja masuk ke ruangan itu pun segera mendekat pada Kareen untuk mengompres beberapa lebam di wajahnya akibat berkelahi.

"Duh..., gue berasa kipas angin di sini. Bikin adem..., bikin sejuk..., tapi nggak dianggap," sindir Diandra.

"Nggak usah didengerin...," saran Kareen pada Sammy.

Diandra melempar bantal pada Kareen dan menatap Sammy dengan sengit.

"Mas Sammy!!! Gue yang berantem gila-gilaan Mas!!! Gue yang guling-gulingan di lantai!!! Gue yang dibanting!!! Gue yang jatuh dari lantai dua ke lapangan!!! Kok Karin yang dikompres???," Diandra tak terima.

Sammy yang mendengar hal itu pun hendak bergegas untuk pindah ke ranjang Diandra.

"Eh..., mau kemana Mas???," tanya Kareen.

"Kompres mukanya Diandra...," jawab Sammy dengan santai.

"Oh..., sini..., biar aku aja yang kompres dia. Mas pergi aja jagain Syifa, dia pasti butuh teman ngobrol," usul Kareen.

Sammy pun mengangguk. Setelah menyerahkan alat kompres pada Kareen, Sammy pun keluar dari ruangan itu. Kareen pun berpindah duduk di sebelah Diandra.

"Lo udah jenguk Syifa?," tanya Diandra.

"Udah..., dia jadi bawel pas bangun. Dia kepengen banget ketemu sama elo, katanya dia mau lihat lagi koleksi novel lo, udah tambah banyak apa belum," jawab Kareen seraya tersenyum.

Diandra ikut tersenyum. Kareen mulai mengompresnya.

"Rin..., kalau gue cerita semuanya sama elo sekarang, lo masih mau nggak dengerin gue?," tanya Diandra lagi.

Kareen menggenggam kedua tangan Diandra dengan erat.

"Itu yang gue tunggu-tunggu Dhi..., gue pengen banget dengar semuanya," jawab Kareen dengan lembut.

* * *

Darren membuka kedua matanya, ia menatap kesekeliling ruangan tempatnya berbaring. Suara kedua orang tuanya terdengar di luar, sementara Demian duduk di tepi ranjangnya sendiri dan menatap ke arah Darren.

"Gimana perasaan lo? Udah enakan?," tanya Demian yang terlihat khawatir.

Darren ingin tertawa saat mendengar pertanyaan itu, namun yang ada dirinya malah meringis kesakitan.

Demian turun dari tempat tidurnya dan mengambilkan air minum untuk adiknya. Sebuah sedotan pun terulur ke mulut Darren.

"Diandra itu sohib lo juga? Kok gue baru tahu?," tanya Demian.

"Kalau gue kasih tahu elo bahwa Diandra itu sohib gue, pasti lo ngatain gue banci karena temenan sama cewek," jawab Darren.

"Emang gue pernah bertingkah rasis begitu? Nggak pernah kan?."

"Iya..., nggak pernah. Cuma nggak enak aja kalau gue curhat tentang Diandra sama elo. Masalahnya..., dia naksir sama lo, sejak pertama dia lihat elo waktu pertandingan basket SMA Generasi tahun 2007," jelas Darren agar Demian tidak salah paham.

My ROOMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang