THE FUNERAL & THE TRUTH
Kareen menatap Diandra yang baru saja selesai menggunakan dress selutut berwarna hitam. Di wajahnya masih tersisa beberapa luka dan memar akibat perkelahian dengan Sandy.
Namun Kareen tahu, bahwa di hati Diandra ada luka yang lebih menyakitkan ketimbang memar di wajahnya.
Seikat mawar putih digenggam oleh Diandra yang sedang berjalan ke arah Kareen.
"Dion suka warna putih, tapi gue nggak tahu dia suka mawar putih atau nggak," ujar Diandra.
"Mau diganti pakai bunga lain? Chrysant? Atau Lily?," tanya Kareen.
Diandra menggeleng seraya tersenyum manis.
"Gue rasa nggak perlu Rin, apapun yang gue bawa, Dion pasti senang. Intinya, gue harus melepas dia dengan ikhlas supaya dia tenang di sana," jawab Diandra.
Kareen merangkul Diandra dengan erat, ia sangat mengerti bagaimana perasaan sahabatnya saat itu meskipun dari luar terlihat tegar.
Mereka keluar dari apartement dan segera menuju ke mobil yang sudah disiapkan oleh Romeo. Syifa tak bisa ikut, karena masih dalam tahap pengawasan intensif oleh Dokter. Hanya Sammy yang bisa menghadiri acara pemakaman itu.
Darren dan Demian pun datang bersama kedua orang tua mereka. Darren diharuskan memakai kursi roda karena kondisinya yang masih lemah.
Kaffa dan Raiden hadir lebih awal ketimbang yang lain untuk menghormati mendiang Dion. Ziva yang ditemani oleh orang tuanya pun turut hadir. Beberapa teman-teman alumni dari SMP Wijaya pun juga ada di sana.
Diandra, Kareen, dan Romeo pun tiba tak lama kemudian. Acara pemakaman pun segera dimulai.
Perlahan-lahan, jenazah Dion sudah dishalatkan dan dikafani pun diturunkan. Jenazah yang hanya tinggal tulang-belulang itu pun dipegangi pelan-pelan hingga tiba di liang lahat.
Diandra yang sejak tadi berusaha tegar pun akhirnya tak mampu lagi menahan airmatanya. Kareen memeluknya erat-erat.
"Sabar ya Dhi..., ikhlasin kepergian Dion. Jangan biarkan dia terus merasa tidak tenang," ujar Kareen yang juga ikut menangis.
Sammy mendekat dan merangkul kedua wanita itu ke dalam pelukannya.
"Sabar Dhi..., semuanya udah takdir dari Allah. Ikhlasin, biar Dion nggak meninggalkan beban apapun di dunia ini," ujar Sammy.
Diandra tak mampu mengatakan apapun selain menangis. Romeo yang sedari tadi diam saja pun diam-diam menitikkan airmatanya. Namun, ia pria yang harga dirinya harus ia jaga.
Usai dengan acara pemakaman, semua pelayat yang hadir di rumah duka - rumah Almarhum kedua orang tua Diandra - pun duduk di tempat yang telah di atur oleh Romeo.
Diandra mengeluarkan setumpuk amplop yang sudah lusuh dari kotak penyimpanannya di kamar. Ia pun berdiri di hadapan semua pelayat yang hadir dengan kedua mata sembab akibat menangis.
"Terima kasih untuk kalian semua yang bersedia menghadiri pemakaman adik kembar saya yang bernama Dion Winara. Hari ini juga, saya ingin mengucapkan permintaan maaf pada kalian semua karena tak pernah jujur tentang siapa saya sebenarnya," ujar Diandra memulai.
Ia kembali menyeka airmatanya.
"Dua belas tahun yang lalu, Dion tiba-tiba berhenti mengirim surat pada saya. Saya bertanya pada pihak sekolah, namun pihak mereka juga bertanya balik pada saya tentang di mana keberadaan Dion. Setahun kemudian, dengan pegangan surat yang selalu Dion kirimkan, saya masuk ke SMP Wijaya untuk mencarinya," Diandra berhenti sesaat.

KAMU SEDANG MEMBACA
My ROOMATE
Roman pour Adolescents[COMPLETED] Seri Ke-1 PIECES OF HEART Sekali melihatnya aku sudah tahu. Itu adalah dia, gadis yang ramai-ramai dibicarakan oleh anak-anak satu sekolah waktu kelulusan bulan lalu. Gadis yang bicarakan karena dituduh merusak hubungan Sahabatnya sendir...