BAGIAN 17

902 74 26
                                    

KEMATIAN MARK JANUS

Keluar dari dalam kamar Darren membuat Kareen merasa lega. Diandra berjalan di depan Kareen menuju pintu lain di rumah itu.

"Eh..., kalau ternyata itu kamar Demian gimana?," tanya Kareen.

"Ya tujuan kita kan memang untuk mencari bukti kalau di antara saudaranya Darren ada yang jadi anggota GFH atau nggak. Jadi mau nggak mau, ya kita harus ke kamarnya," jawab Diandra.

Kareen mengangguk paham. Mereka berdua berjalan mengendap-endap menuju pintu kamar itu. Mereka berdiri sesaat di depan kamar itu.

"Rin..., lo nyium bau aneh nggak sih?," tanya Diandra.

"Sebaiknya lo nggak usah nanya deh Dhi, udah jelas di rumah ini nggak ada yang lebih bau selain kamarnya si Darren," jawab Kareen.

Diandra tak bertanya lagi, ia pun membuka tuas pintu kamar itu dan membukanya lebar-lebar. Sesuatu yang menggantung di langit-langit kamar itu menjadi pemandangan pertama yang menyambut mereka berdua.

"Aaaarrrrggggggghhhhhhh!!!," jerit Kareen seketika.

* * *

Raiden menatap ke layar dengan perasaan tak menentu. Ia yakin saat itu bukan hanya dirinya yang merasa berdebar-debar ketika Diandra dan Kareen benar-benar masuk ke dalam rumah Darren.

"Mereka benar-benar udah gila ya??? Ngapain sih harus masuk ke rumah orang kaya' maling gitu???," Riana mengumpat karena gemas.

"Mereka cuma ngikutin naluri aja Na..., lagian..., pemikirannya Diandra benar-benar bersangkutan kan sama GFH??? Jadi..., kenapa kita nggak tanyain langsung sama pendirinya??? Mereka kan ada di sini!!!," ujar Siska tajam.

Ziva dan Raiden berbalik ke arah semua orang yang sedang menatap mereka sekarang. Bahkan Sammy dan Kaffa pun yang awalnya tak peduli menjadi ikut tertarik pada kedua orang itu.

Ketika sebuah pertanyaan baru saja akan di ajukan, sesuatu pun terjadi.

"Aaaarrrrggggggghhhhhhh!!!."

Jeritan Kareen membuat telinga siapapun yang mendenganya akan merinding seketika, sesuai dengan apa yang dilihat oleh wanita itu dan juga Diandra.

"Oh My God!!!," Ziva terjatuh ke lantai saat itu juga, lututnya terasa lemas.

Raiden tak mampu melihatnya. Ia menutup kedua matanya rapat-rapat.

* * *

Diandra memeluk Kareen erat-erat, berusaha menenangkan wanita itu sekuat tenaga. Seseorang beringsut dari sudut kamar bagian dalam. Diandra menatapnya, begitu juga dengan Kareen.

"Sumpah gue nggak bunuh dia. Gue nggak pernah sentuh dia satu kali pun. Gue baru aja bangun tidur waktu gue lihat mayatnya tergantung di atas tempat tidur gue," jelas pria yang tak lain adalah Demian.

Nafas Kareen masih terputus-putus, Diandra masih merangkulnya. Demian hendak mendekat, namun Diandra mencegahnya.

"Stop di sana!!! Jangan bergerak sedikitpun!!!," perintah Diandra.

"Lo harus percaya sama gue..., gue nggak bunuh dia...," jelas Demian sekali lagi dengan suara bergetar ketakutan.

"Kita percaya..., cuma lo tetap harus ada di sana sampai Polisi datang. Kita nggak boleh mencemarkan TKP dan barang bukti," ujar Kareen menjelaskan.

"Gue nggak tahan..., dari tadi pagi gue di sini dan nggak berani kemana-mana. Mayatnya ngelihat ke arah gue," Demian gemetar.

Diandra keluar dari kamar dan menghubungi Romeo. Kareen tetap berada di pintu dan duduk di lantai karena lututnya gemetar.

My ROOMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang