Jilid 13

1.8K 23 0
                                    

Semakin dipikir, Hee Thian Siang semakin bingung, dan akhirnya mengambil keputusan hendak balik kembali ke kuil yang misterius itu, untuk mengadakan penyelidikan.

Ketika ia berlalu dari kuil itu, cuaca masih gelap, tetapi kini sudah mulai remang-remang. Baru saja tiba di depan kuil, pintu telah terbuka, dan Hian-ceng berdiri ditengah pintu dengan wajah masam.

"Hee siao sicu, apakah kedatanganmu kali ini juga tidak disengaja?" demikian tegur Imam itu.

Hee Thian Siang tidak menduga bahwa imam itu sudah berjaga-jaga, maka saat itu wajahnya lantas merah seketika. Terpaksa ia menjawab sambil memberi hormat: "Sebabnya Hee Thian Siang balik kembali, ialah... karena lupa untuk tanya sesuatu kepada totiang!"

"Siao sicu tidak usah berlagak, Pinto hanya hendak memberi nasehat kepadamu: Timbulnya pertikaian disebabkan karena banyak mulut; Kerisauan disebabkan karena sudi gawe. Pak-bin Sin-po meski merupakan seorang berkepandaian tinggi yang namanya terkenal di seluruh jagat, tetapi juga belum tentu mau melibatkan diri dalam urusan pribadi golongan lain."

Sejak turun gunung, Hee Thian Siang belum pernah mendapat hinaan sedemikian rupa, maka saat itu lantas berdiri terpaku di depan pintu!
Imam itu setelah berkata demikian, lantas menutup pintu meninggalkan Hee Thian Siang seorang diri.

Hee Thian Siang sebetulnya hendak menyerbu masuk, tetapi kemudian berpikir, karena menyerbu tempat orang tanpa sebab, itu adalah perbuatan yang melanggar aturan, apalagi kalau ia menggunakan kekerasan, malah tidak dapat membongkar rahasia yang mengenai diri imam tua rambut putih itu.
Akhirnya ia mengendalikan hawa amarahnya dan diam-diam meninggalkan kuil tersebut.

Karena mengetahui sudah ada penjagaan keras, maka hari pertama itu ia tidak mengambil tindakan apa-apa, hanya mondar-mandir di sekitar tempat itu, hingga pada hari kedua waktu malam, baru pergi menyatroni kuil Pho hie hee wan secara menggelap.

Penerangan dalam kuil remang-remang, ia lompat ke atas sebuah pohon besar yang terpisah kira-kira setombak lebih dengan kuil tua itu, hendak menggunakan pandangan matanya yang tajam untuk mengintai, kemudian masuk ke dalam.
Kamar sebelah kiri kediaman Hian-ceng Tojin, tampak gelap gulita, hanya ruangan tengah dan kamar tidur imam tua yang dikatakan bisu itu ada sedikit penerangan.
Hee Thian Siang baru saja pasang telinga, sudah terdengar suara Hian-ceng yang berkata kepada imam tua itu: "Koan susiok!"

Begitu mendengar sebutan Koan susiok, Hee THian Siang hampir menjerit, sungguh tidak diduganya bahwa imam tua yang dianiaya sedemikian rupa itu ternyata masih merupakan susiok dan paman guru Hian-ceng sendiri!

Apakah imam tua itu bukan jago tua golongan Tiam cong Koan Sam Pek yang mempunyai nama harum sebagai imam pengasih, yang pada tiga puluh tahun berselang namanya sangat kesohor itu?

Koan Sam Pek terkenal bukan saja karena dengan sebilah pedangnya Pek liong kiam, seorang diri dengan beruntun melawan tiga ketua golongan Lo-hu, Siaw-lim dan Kie-lian, tetapi tidak terkalahkan, tetapi juga karena orangnya yang hatinya jujur, tegas dan pengasih, hingga selalu dihormati oleh semua orang rimba persilatan?

Kabarnya jago tua tingkatan tua ini, sejak Thiat-kwan Totiang menjadi ketua, sudah menutup diri dan kemudian juga dikabarkan sudah meninggal dunia. Tetapi dengan cara bagaimana ia masih hidup? Bahkan dianiaya sedemikian rupa?

Karena penemuannya yang tidak terduga-duga, dia lantas pasang telinganya.

Sementara itu Hian-ceng sudah terdengar pula suaranya yang diucapkan dengan sikap tidak sopan terhadap paman gurunya sendiri: "Koan susiok, usiamu yang sudah demikian lanjut, berapa lama lagi bisa hidup di dunia? Mengapa ambisimu masih belum padam, selalu hendak merintangi dan merusak rencana besar ciangbun suheng. Tugas Hiang-ceng sangat berat, apabila kau membocorkan rahasia besar dalam kuil ini, jangan sesalkan kalau aku tidak pandang kau sebagai orang tingkatan tua lagi, jangan sesalkan kalau aku bertindak dengan tangan kejam."

Makam Bunga MawarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang