Hian-hian Sianlo tahu, bahwa Thiat-kwan Totiang berlaku pura-pura seperti orang baik, bahkan bicara soal pembalasan dari Tian juga, dalam amarahnya dia malah tertawa dingin dan berkata pula: "Aku pribadi, oleh karena dengan Tie-Hui-cu merupakan sahabat akrab yang telah terjalin banyak tahun, ketika mendengar kabar itu dengan sendirinya lantas terkejut dan lantaran itu pula sengaja aku berkunjung kemari untuk mencari keterangan apakah dia berada di sini ataukah barangkali kalau totiang bisa menberi keterangan dimana dia sekarang berada?"
Thiat-kwan totiang yang mendengar ucapan itu wajahnya lantas berubah, katanya: "Sianlo adalah seorang ketua dari salah satu partai, kalau berbicara seharusnya lebih hati-hati sedikit, dengan hak apa kau mencurigai Tie-hui-cu berada ditangan orang Tiam-cong?"
Hian-hian Sian-lo tertawa dingin, sebelum menjawab, Ca Bu Kao sudah mendahului berkata dengan alis berdiri: "Sebab ketua Kun-lun-pay itu lebih dulu diserang dengan duri berbisa thian-keng-cek dan kemudian ditotok jalan darah Ngo-im-hiatnya"
Thiat-kwan Totiang karena tidak menduga bahwa Hian-hian Sianlo dan lain-lainnya sudah mengetahui keadaan yang sebenarnya, semula wajahnya menunjukkan perasaan terkejutnya tetapi secepat kilat sudah pulih tenang seperti biasa. ia pura-pura terkejut dan bertanya: "Tie-hui-cu terkena serangan duri berbisa dan tertotok jalan darahnya, tetapi ada hubungan apa dengan partaiku Tiam-cong-pay?"
"Ca Bu Kao karena menyaksikan Thiat-kwan totiang menolak mentah-mentah lalu berkata pula sambil tertawa dingin: "Bagaimana tidak ada hubungannya? Didalam goa Siang-swat-tong, telah ditanam bibit pohon Thian-keng yang digunakan untuk memfitnah partai Kun-lun-pay! Sedangkan orang yang menotok jalan darah Ngo-im-hiat, jugalah ilmu totokan yang digunakan untuk mencelakakan diri Liong-hui Kiam-khek Su-to Wie! Berdasarkan fakta-fakta itu semua, barulah kita membagi orang-orang kita. Sebagian pergi ke gunung Kie-lian dan sebagian datang kemari!"
Sehabis mendengar ucapan itu, Thiat-kwan Totiang, Liu Hwa dan Su-to Keng serta lain-lainnya lantas mengetahui bahwa kelakuan mereka yang dianggap sebagai suatu rahasia besar, tidak diduga sudah diketahui semua oleh lawan-lawannya.
Hening sejenak, Thiat-kwan Totiang dengan sinar matanya yang buas dan dalam keadaan malu jadi berbalik menjadi marah, katanya sambil tertawa sinis: "Dugaan Ca lihiap ini keliru seluruhnya, Tie-hui-cu tidak berada didalam Pho-hie-to-kwan!"
Dengan jawaban kosong ini apakah sudah anggap supaya kita percaya begitu saja?" Berkata Bu Kao dingin.
Thiat-kwan Totiang kembali perdengarkan suara tertawa iblisnya, dengan sinar matanya yang menatap wajah Ca Bu Khao, setelah itu bertanya: "Bagaimana baru bisa dipercaya? Apakah kau hendak mengandalkan kepandaianmu dari golongan Lo-hu? Hendak melakukan pemeriksaan didalam kuil Pho-hie-to-kwanku ini?"
Ca Bu Kao melihat fihak Thiat-kwan Totian sudah mulai naik darah, maka diam-diam mengerahkan ilmu tenaga dalamnya untuk siap siaga dari serangan tiba-tiba. Selagi hendak balas mendamprat, Hian Sianlo sudah menggoyangkan kepalanya sambil berkata: "Ca lihiap jangan marah dulu, Thiat-kwan totiang juga berkedudukan sebagai ketua dari suatu partai besar, ucapan yang keluar darinya kiranya bukan omong kosong belaka! jadi kita tidak perlu bicarakan lagi, kita minta lain keterangan darinya saja!"
Thiat-kwan Totiang yang masih belum reda hawa amarahnya, kutanya dengan nada suara dingin: "Sian-lo masih ada urusan apa terhadap partai Tiam-congku?"
"Urusan kedua ini tak ada hubungannya denganku, dialah yang hendak minta keterangan kepada Totiang!" Berkata Hian hian Sianlo sambil tertawa.
Sehabis berkata demikian, ia menunjuk kepada Su-to Wie yang duduk disampingnya yang waktu itu mengenakan jubah warna kuning dan berkerudung kain hitam dimukanya.
Sepasang alis Thiat-kwan Totiang dikerutkan, ia mengamati Liong-hui Kiam-khek, tetapi oleh karena ia sedikitpun tak menduga bahwa sutenya itu demikian cepat sudah pulih kembali kepandaiannya, bahkan hendak membuat perhitungan dengannya, maka ia masih belum dapat menduga kalau itu adalah diri sutenya sendiri, ia balik bertanya kepada Hian-hian Sianlo: "Siapakah sebetulnya sahabat ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Makam Bunga Mawar
AdventureCerita Silat ini mengisahkan tentang Hee Thian Siang yang keblinger pada seorang gadis kangouw yang hanya pernah dilihatnya dari jarak jauh. Untuk itu ia pergi ke ke sebuah tempat keramat yang dinamakan "Makam Bunga Mawar" konon setiap waktu yang di...