Jilid 44

1.4K 21 1
                                    

Tetapi meskipun dengan susah payah ia dapat mengelakkan serangan hebat Hee Thian Siang itu, ia tidak berhasil melindungi senjata tongkatnya dari serangan bulu burung Hee Thian Siang, hingga senjata yang kasar dan berat itu tergores dan pecah tepat di bagian tengah-tengahnya.

"Dia terlalu keburu nafsu untuk maju menyerang sehingga kehilangan posisi, dan berbalik harus menghadapi serangan hebat dari lawannya. Aku benar-benar sangat kuatirkan dia dapat menghadapi serangan hebat dari senjata tongkat yang berat itu atau tidak?"

"Ayah tak usah kuatir, adik Siang bisa terbang, ilmu silatnya "Bunga Mawar Beterbangan" bisa menolong kepadanya buat lolos dari serangan maut Khie Tay cao itu! atau ia menggunakan ilmunya "Menolong Sesamanya Yang Susah" juga dapat memunahkan dengan mudah serangan lawannya yang hebat itu!" Menjawab Tiong-sun Hui Kheng sambil tertawa.

Baru saja menutup mulut, dalam lapangan dengan tiba-tiba terjadi perobahan! Ada batok kepala seseorang mengapung ketengah udara akibat terkena serangan senjata berat Khie Tay cao tadi, dengan separuh badannya hancur lebur dan bangkainya berserakan ditanah!"

Orang yang mati konyol itu, sudah tentu bukan Khie Tay Cao sendiri, juga bukanlah Hee Thian Siang! Melainkan adalah seorang anak buah partay Ceng-thian-pay yang melayang, yang tadi berdiri jauh ditepi lapangan.

Kiranya ketika tiga kali serangan Hee Thian Siang tadi tak berhasil mengenakan lawannya semua, dalam hati merasa mendongkol dan cemas, sebelum ia balik kembali ketempatnya, hembusan angin hebat sudah mengancam batok kepalanya.

Lawannya membalas serangan dengancepat, sesungguhnya diluar dugaannya, maka mau tak mau Hee Thian Siang diam-diam juga merasa terkejut. Semula hendak menggunakan ilmunya Bunga Mawar Beterbangan, untuk lebih dahulu lolos dari bahaya sebelum sempat mengambil tindakan akan tetapi baru saja hendak mengeluarkan ilmunya itu, hembusan angin hebat sudah dirasakan lagi diatas batok kepalanya.

Kiranya senjata berat yang digunakan oleh Khie Tay Cao itu meskipun beratnya 50 kati lebih, tetapi sebagian besar beratnya terletak dikedua sayap dibagian kepala tongkat kepala burung itu.

Oleh karena batang senjata itu sudah tergores oleh senjata bulu burung Hee Thian Siang, sudah tentu tidak dapat menahan berat seperti itu, apalagi Khie Tay Cao menggunakan sepenuh tenaga, maka ketika gagang senjata itu diputar, gagang tersebut lantas terputus ditengah-tengah, sepotong masih berada ditangan Khie Tay Cao, sedang sepotong yang lain, ialah dibagian kepala yang ada bulu garuda bersama sayapnya sudah melesat dan tepat telah mengenakan kepala salah seorang anak muridnya sendiri.

Hee Thian Siang untuk sesaat juga dikejutkan oleh kejadian itu, tetapi kemudian ia segera mengerti apa sebabnya, maka lantas tertawa terbahak-bahak dan berkata untuk mengejek Khie Tay Cao: "Khie Ciangbunjin! Anak buahmu ini, tidak usah disamakan dengan kuda tunganmu Cian-lie-hiok-wa-ceng yang sudah dikalahkan olehku. Mengapa kau pukul mampus juga dia yang tidak berdosa itu?"

Bagaimanapun tebal muka Khie Tay Cao, juga sudah merasa sangat malu. Oleh karenanya, maka ia tidak dapat menjawab, hanya tertawa sendiri, kemudian sepotong senjata tongkat yang berada ditangannya disambitkan kepada kepalanya sendiri.

Hee Thian Siang tertawa terbahak-bahak dan berkata: "Dikemudian hari apabila ada orang yang mengetahui hari ini, pasti akan membuat syair untukmu yang ditulis dengan kata-kata: 'Makam ketua partay Ceng Thian pay yang membunuh diri dengan senjatanya sendiri.'"

Belum habis ucapannya, hembusan angin yang sangat dingin, tiba-tiba menotok jalan darah bagian dadanya. Meskipun dilapisan dalam pakaiannya itu sudah memakai sisik naga pelindung jalan darah sehingga tidak terluka, tetapi oleh karena hembusan angin terlalu kuat itu, ia masih terdorong mundur beberapa langkah, sehingga akhirnya perlu disambut oleh tangan orang.

Makam Bunga MawarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang