Jilid 19

1.8K 28 0
                                    

"Oe-tie locianpe namanya sudah terkenal di mana-mana dan murid Pak-bin Sin-po juga bukan orang sembarangan, bagaimana In-ya-hok berani membohongi. Di dalam Kun-lun-kiong ini, kecuali aku dan susiok Liong-yu Cin-jin, semua orang sudah pergi turun gunung!"

Oleh karena orang itu sudah berkata demikian, sudah tentu Hee Thian Siang tidak perlu menanya lagi. Terpaksa ia minta diri dari In-ya-hok, lalu turun gunung lagi bersama Oe-tie-Khao.

"Oe-tie locianpe, dalam perjalanan kita yang jauh ini, ternyata sangat mengecewakan, kita datang dengan gembira, tetapi sekarang harus kembali dengan tangan kosong." demikian He Thian-Siang berkata.

Oe-tie Khao hanya ketawa menyeringai. He Thian Siang berkata pula dengan nada uring-uringan, "Kupikir hendak menggunakan kesempatan ini, kita pergi ke gunung Kie-lian-san untuk mengobrak-abrik sarang mereka!"

Oe-tie Khao berpikir sejenak, lalu berkata perlahan, "Pergi ke gunung Kie-lian-san, jika hanya untuk menyelidiki keadaan saja tidak ada halangan, tetapi posisi dan kedudukan Kie-lian-pay agaknya jauh lebih kuat daripada Tiam-cong-pay, Pek thao Losat Pao Sam-kow sudah berhasil melatih ilmu kebalnya...."

"Oe-tie locianpe jangan kuatir, maksudku mengobrak-abrik itu bukanlah dengan kekerasan, tetapi dengan akal. Kita titik beratkan kepada usaha kita! Sebab satu kali mendapat pengalaman pahit, berarti bertambah suatu pengalaman berharga, bukan saja Pek-thao Losat Phao Sam-kow yang sudah memiliki ilmu kebal, walaupun ketuanya Kie-lian-pay dan senjata tongkat garuda kepala sembilannya itu, juga bagi kita merupakan lawan tangguh yang tidak sanggup menghadapinya!"

"Hee laote, kalau kau sudah mengetahui betapa hebat mereka itu, itulah paling baik. Kita benar-benar harus memikirkan caranya, bagaimana meyelidiki keadaan Kie-lian-pay dan Tiam-cong-pay yang sedang merencanakan muslihat jahat yang akan menimbulkan huru-hara di rimba persilatan. Sebab aku selalu merasa curiga......"

"Oe-tie locianpe , kau mencurigai apa?"

"Dengan kekuatan Kie-lian dan Tiam-cong dua partai itu, tidak mungkin dapat menghadapi enam partai besar lainnya, dan orang rimba persilatan golongan baik-baik yang selalu menegakkan keadilan dan kebenaran ! Aku selalu curiga apakah mereka masih mempunyai jago yang sangat kuat, yang di luar pengetahuan kita, dan orang itu berdiri di belakang layar, mendorong Khie Tay Cao dan Thiat Kwan Totiang untuk menjalankan tugas mengadu domba dalam rimba persilatan !"

Hee Thian-Siang merasa bahwa dugaan Oe-tie Khao ini memang masuk akal, maka lantas ia berkata sambil menganggukkan kepala.

"Oe-tie locianpe, dugaanmu ini meskipun besar kemungkinannya ada, tetapi aku tak dapat memikirkan, pada dewasa ini siapa orangnya yang cianpwe anggap orang yang paling kuat dan paling berbahaya ?"

"Ucapan laote ini tidak benar, ada orang yang kadang-kadang di luar dugaan kita. Umpamanya Pek-thao Losat Pao Sam-kow, adalah orang yang lama bertapa di goa salju dan kini muncul kembali secara tiba-tiba. Yang kumaksudkan adalah orang-orang yang pada sepuluh duapuluh tahun berselang namanya sudah menggemparkan rimba persilatan, dan kemudian menghilang secara tiba-tiba, bagaimana kalau mereka sekarang muncul lagi ?"

"Usiaku terlalu muda, orang-orang kuat dan ternama pada waktu itu aku masih belum tahu. Terhadap tokoh-tokoh kuat yang mengasingkan diri pada sepuluh duapuluh tahun yang lalu, sudah tentu asing bagiku. Cianpwe mempunyai pengetahuan sangat luas, coba ceritakan beberapa di antaranya kepadaku !"

Oe-tie Khao berpikir dahulu, kemudian berkata perlahan-lahan, "Apa yang kuketahui juga tidak terlalu banyak, aku hanya teringat pada tiga kaum pria dan dua kaum wanita. "

Hee Thian Siang terkejut, katanya , "Ha, ada demikian banyak ? Tolong locianpe lekas ceritakan supaya aku mendapat tambahan pengetahuan!"

"Kuberitahukan dahulu padamu tentang tiga kaum pria itu, tiga orang itu memiliki kepandaian dan kekuatan yang luar biasa sekali tingginya, hampir sudah mencapai taraf yang tiada taranya! Tetapi mereka satu sama lain merupakan musuh bebuyutan. Mereka pernah mengadakan pertempuran di atas gunung Ngo-gak sampai lima kali. Setiap kali selalu seri, belum ada ketentuan siapa yang lebih unggul dan siapa yang asor!

Makam Bunga MawarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang