Jilid 45

1.3K 18 0
                                    

Sebelum menjawab pertanyaan Tham Eng mengenai delapan jenis rasa cinta itu, lebih dahulu Tiong-sun Seng menatap Hee THian Siang, baru melanjutkan, "Persahabatan sejati, hubungan itu yang disebutkan cinta dalam. Sahabat berfoya-foya merupakan cinta hambar. Perpisahan permaisuri zaman dahulu ialah Lo-sin dengan Cho Pa yang berarti cinta murni. Berada ditengah-tengah rumpun bunga seruni sambil memandang gunung-gunung sejauh pandangan mata, itulah merupakan suatu perasaan yang tenang. Perpisahan di tepi sungai Tian-kang yang dilakukan oleh sepasang suami-istri di jaman dahulu, itulah merupakan cinta mengharukan. Di waktu haus minum es, di waktu musim salju, di waktu lapar mengharap dapat makanan dari Utara, itulah yang dinamakan suatu perasaan yang memilukan. Sementara tentang cinta yang mengandung arti gagah, agaknya kita akan menengadahkan sajak Ceng-khie-ko yang dikarang oleh Bun Bun San jaman dahulu, rasanya dapat digunakan untuk mewakili cinta semacam ini!"

Jawaban itu telah membuat Tham Eng yang mendengarkan serentak menundukkan kepala diam saja, kemudian ia mengundurkan diri sambil memberi hormat, sementara dalam hatinya merasa sangat kagum terhadap orang tua itu.

Pek-kut Ie-su yang menyaksikan tiga pertanyaan Tham Eng sudah dijawab semua dengan baik oleh Tiong-sun Seng, maka lalu berkata kepada Hee Thian Siang sambil tersenyum:

"Hee laote, sekarang adalah giliranmu untuk menanyakan tiga pertanyaan kepadaku. Kau boleh putar otak sebaik-baiknya, pertanyaan itu semakin sulit semakin baik!"

"Totiang jangan kuatir, pertanyaan yang diajukan oleh nona Tham tadi kepada Tiong-sun Seng Cianpe tidak terhitung sulit, aku juga tidak akan berlaku keterlaluan yang menyulitkan kepada Totiang!" Menjawab Hee Thian Siang sambil tertawa.

Berkata sampai disitu, badannya bergerak, melakukan suatu serangan yang tadi pernah digunakan tiga kali dengan beruntun untuk menyerang Khi Tay Cao, gerak tipu itu adalah salah satu dari gerak tipu ilmu silat Bunga Mawar yang dinamakan Bun-kun mencuci pakaian.

Pek-kut Ie-su berkata dengan perasaan terheran-heran:

"Mengapa kau tidak mengajukan pertanyaan, sebaliknya menunjukkan gerak tipu yang kau gunakan tadi?"

"Tadi aku menggunakan gerak tipu ini, dengan beruntun tiga kali melancarkan serangan kepada Khi ciangbunjin, tetapi semuanya tidak berhasil. maka pertanyaanku yang kesatu itu, adalah ingin menanyakan kepada Totiang, apakah serangan dan gerak tipu ini kekurangannya?"

Pek-kut Ie-su benar-benar tidak menduga bahwa pertanyaan yang diajukan oleh Hee Thian Siang itu demikian sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Tetapi ia juga tidak boleh tidak menjawab, terpaksa sambil mengerutkan alisnya ia berkata:

"Gerak tipu yang kau gunakan tadi, sangat aneh sekali, sama sekali tidak ada kekurangannya. Lawanmu kalau bukan seorang yang memiliki kepandaian jauh lebih tinggi daripadamu dan mempunyai banyak pengalaman dalam medan pertempuran, pasti merasa sulit juga untuk mengelakkan seranganmu tadi. Tetapi menurut apa yang kulihat, kau rupa-rupanya belum lama mempelajari ilmu itu, maka didalam soal ketenangan dan kemantapan masih agak kurang. Perobahan gerakanmu juga kurang lincah! Jikalau tidak mungkin Khi Ciangbunjin siang-siang tadi sudah mendapat kesulitan dari seranganmu yang tadi."

Hee Thian Siang tahu bahwa jawaban Pek-kut Ie-su itu memang benar, maka ia menerimanya kemudian mengeluarkan lagi gerak tipu yang dari pelajaran ilmu silat yang ia dapat dari Thian Ie Sianjin, gerak tipu itu ialah yang dinamakan menolong sesama dalam kesulitan, kemudian bertanya kepada Pek-kut Ie su:

"Kedua Hee Thian Siang ingin bertanya kepada Totiang, gerak tipu penjagaanku ini, apakah kekurangannya? Umpama kata akan bertanding dengan Pek-kut Thian-kun dapatkah mengelakkan dengan baik serangan Pek-kut Thian kun yang dinamakan serangan geledek yang sangat hebat itu?"

Makam Bunga MawarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang