Chapter 2

2.7K 260 15
                                    

Happy Reading

.

.

.

Seorang remaja menatap kosong dijalan yang cukup sepi akan penduduk. Ini sudah pukul sembilan malam dan mungkin penduduk disana sudah berada dirumah masing-masing enggan untuk keluar rumah karena cuaca sangat dingin tidak seperti biasanya. Remaja itu Jeon Wonwoo tersadar dari lamunannya dan menggosok kedua telapak tangannya untuk menghilangkan rasa dingin yang menusuk ke permukaan kulitnya. Ia bodoh karena tidak memakai jaket dan membiarkan tubuhnya kedinginan seperti ini.

Sejak pertengkarannya tadi dengan ibunya, tidak ada tempat yang ia tuju. Ia hanya mengikuti kearah mana kakinya melangkah. Untuk sekarang ini ia hanya butuh sendiri dan menghilangkan kemarahannya yang menggebu didalam hatinya. Ia kesal dan kecewa dengan ibunya yang juga tak bisa sadar akan perbuatannya padanya. Kenapa ia harus memiliki seorang ibu yang hanya memanfaatkan anaknya ? Dan kenapa dirinya yang bodoh karena terus memberikan uang kepadanya ?

"Sampai kapanpun aku tidak akan memaafkanmu eomma. Kau sangat jahat padaku dan tidak pernah memikirkan aku." gumam Wonwoo dengan salah satu kaki menendang kerikil kecil yang berserak di trotoar.

Namun baru saja ia menendang kerikil itu tiba-tiba saja ia melihat seseorang yang tak jauh darinya berpijak hendak melompat dari jembatan. Seketika itu ia panik dan takut dengan apa yang dilihatnya. Tak jarang pula ia mengumpat pada dirinya karena hari ini tak berjalan dengan baik.

"YA ! APA YANG AKAN KAU LAKUKAN !" Teriak Wonwoo dengan berlari secepat kilat menuju sosok laki-laki yang hendak melompat dari jembatan itu.

"Lepaskan ! Siapa kau yang berani menghentikanku ?" ucap laki-laki itu yang sepertinya tidak jauh berbeda dari Wonwoo. Bisa dikatakan mereka itu seumuran.

Wonwoo dengan cepat langsung menarik lengan laki-laki itu hingga mereka berdua terjatuh tepat dipinggir jalan. Wonwoo meringis sakit saat sebelah lengannya terluka akibat benturan pada tembok itu, namun meskipun sedang meringis kesakitan tetap saja ia menatap tajam laki-laki yang hendak mengakhiri hidupnya ini.

"Apa kau sudah gila ?" tanya Wonwoo mencoba melupakan rasa sakit di lengannya dan memilih menatap laki-laki yang berada tepat disampingnya. Ia beruntung karena laki-laki itu tak terluka sedikitpun.

Tidak berbeda dengan Wonwoo laki-laki itu juga menatapnya tajam , "Kenapa kau menghentikanku eoh ?"

"Apa kau sungguh ingin mati ? Jika kau ingin mati melompatlah lagi, tapi setelah aku pergi karena aku tidak ingin menjadi seorang saksi atas perbuatan bodohmu itu." Jawab Wonwoo mengutarakan isi hatinya. Ia sungguh jengah melihat orang-orang yang hendak mengakhiri hidupnya dengan alasan konyol. Tapi sebenarnya ia juga pernah melakukannya dan itu sudah beberapa tahun yang lalu, namun ternyata ia sadar bahwa hidupnya tidak berakhir seperti itu. Ia bertekad sebelum mati , ia hanya ingin hidupnya merasa keadilan.

"Mati ? YA ! siapa yang akan mati ? Ah apakah kau menyangka aku hendak bunuh diri begitu ? Ck pikiranmu itu sangat sempit sekali." jawab laki-laki bermata sipit itu. Meskipun terlihat sangat kesal , tetap saja ia tersenyum kepada Wonwoo. Walau bagaimanapun Wonwoo sudah menyelamatkan dirinya yang tadi hendak terjatuh. Mungkin jika tidak ada Wonwoo ia sudah terjatuh ke dalam air yang cukup deras.

"Lalu jika bukan untuk mati apa ? Bagaimana mungkin ada orang normal hendak melakukan kebodohan seperti itu ?"

"Lagipula aku tidak berniat bunuh diri. Hanya saja aku ingin merasakan angin yang berhembus menerpa tubuhku. Tapi terima kasih karena sudah menolongku yang hendak terpeleset."

Different [SJ x SVT END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang