9.0🌱

10.8K 1.4K 67
                                    

Kris menatap ponselnya dengan dahi berkerut dan alis yang menukik tajam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kris menatap ponselnya dengan dahi berkerut dan alis yang menukik tajam. Ia tidak sedang marah, hanya saja tatapan itu pertanda kalau ia benar−benar khawatir pada sosok lembut yang menjadi suaminya itu.

Berulang kali ia mencoba menelepon suaminya namun Yixing tak kunjung mengangkatnya dan berakhir dengan mailbox.

Suami manisnya itu jelas−jelas meminta ijin pulang kembali ke flat kecil mereka sekitar 4 jam yang lalu, namun hingga kini Yixing tak memberinya kabar sama sekali.

Tentu saja hal itu membuatnya khawatir setengah mati. Mengingat Yixing adalah orang yang terlalu polos dan baik, ia takut jika ada orang jahat yang memanfaatnya sifat suaminya itu untuk melakukan tindak kriminal.

Penculikan atau penculikan misalnya?





"Ah, shit!"

Kris melempar ponselnya kesal. Ia menggeram dengan wajah yang frustasi. Menjatuhkan dirinya diatas ranjang empuknya dan memijit pelipisnya perlahan.

Ia kesal, khawatir dan juga bingung.



Ia sudah berniat akan mencari Yixing diluar sebelum akhirnya terdengar pintu kamar yang terbuka, menampilkan sosok Yixing dengan wajah kusut yang tersenyum paksa kearahnya.

Kris tidak bodoh untuk menyadari senyuman aneh itu. Ia curiga, lalu bangkit menghampiri suaminya.




"Aku meneleponmu sejak tadi, sayang. Kau kemana saja?"

Yixing meletakkan tasnya perlahan. Helaan nafas begitu berat keluar dari bibir kissablenya. Seolah ada tumpukan beban disana.

"Ponselku hilang, maafkan aku." akunya. Bohong, sebenarnya Yixing tak pernah bisa membohongi Kris.

Ia hanya tak ingin suaminya khawatir karena nyatanya handphone itu diambil oleh ayahnya sebagai imbal balik kehidupan sengsara ayahnya di penjara tanpa mendapat perhatian darinya. Picik dan memuakkan.

Ayahnya tak pernah melepaskannya begitu saja. Bahkan lelaki paruh baya itu mengancam akan menyakiti Kris jika Yixing tidak mengiriminya uang setiap bulannya dengan jumlah yang sangat banyak.


"Bagaimana bisa?" Kedua tangan Kris menyentuh pundak Yixing yang kini tengah membelakanginya. "Apa seseorang merampokmu?"

Yixing terdiam, bingung ingin menjawab apa. Sementara ia tak mungkin mengatakan kalau ayahnya sendirilah yang merampoknya. Kris akan sangat terpukul mendengarnya.

"Sayang?"

Tiba−tiba bahu Yixing bergetar, menandakan kalau lelaki manis itu terisak dalam diam. Hingga detik berlalu, suara yang ditahan Yixing itupun keluar. Ia menangis tersedu tanpa sepatah kata yang terucap.


[☑]『 ᴊᴜɢʜᴇᴀᴅ ꜱᴘᴏᴜꜱᴇ 』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang