🌱22.0

11.6K 1.2K 52
                                    

Make up tipis terpoles manis di wajah Luhan, membuat wajah pucatnya tampak lebih segar dan bersinar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Make up tipis terpoles manis di wajah Luhan, membuat wajah pucatnya tampak lebih segar dan bersinar. Matanya bengkak dan sedikit membiru, bukan karena sebuah tonjokkan, melainkan tangis penyesalan yang terus dikeluarkannya semenjak kemarin.

Bukan perkara mudah untuk melupakan seseorang yang berarti dalam hidupnya. Juga bukan suatu hal yang enteng menjadi seorang antagonis dalam hubungan orang lain. Ia menyesal. Penyesalan yang datang setiap detiknya, menggerogoti hati rapuhnya, menimbulkan luka yang kesekian kalinya.

Sebuah kebodohan jika ia masih mempertahankan perasaannya. Oleh karena itu, ia benar−benar berniat untuk melupakan semuanya dan memulainya dari awal.

Sehun senantiasa berada di sampingnya semenjak ia pulang dari rumah sakit. Rutin mengunjunginya dan menjaganya disaat ia membutuhkan sandaran. Ia merasa benar−benar menjadi orang yang sangat jahat jika ia tetap tak mau melihat kebaikan dan ketulusan yang diberikan oleh Sehun.

Karena itulah, ia memutuskan untuk membuka hatinya untuk ditempati oleh orang lain. Membuka hatinya untuk cinta yang lain.





Air mata yang ia keluarkan kemarin malam sudah cukup untuk membuang perasaan bertepuk−sebelah−tangannya. Meskipun masih ada luka, tapi ia yakin, jika ia mencoba dan terus mencoba, usahanya takkan sia−sia.

Setidaknya, kali ini, ia akan melakukan hal yang benar dan bukan hal yang egois lagi.

"Terima kasih, Oh Sehun." ujarnya pada bayangan wajahnya di cermin. "Kau benar. Jika aku berusaha untuk hal yang benar, Tuhan pasti akan selalu membantuku."






.







Minseok tampak sibuk memasukkan baju−bajunya ke dalam koper serta menutup beberapa barangnya dengan kain berwarna putih polos. Sesekali ia memandangi ruang apartemennya kemudian berdecak saat melihat beberapa hiasan kecil di lemari kacanya masih begitu berantakan.

Sementara tangannya disibukkan dengan barang−barang, Luhan keluar dari kamarnya sembari menyeret koper biru tua besarnya.





"Oh, kau sudah siap?" tanyanya setelah menyadari keberadaan saudaranya.




"Ya, tentu saja."

Luhan berucap jenaka. Bibirnya tersenyum bangga akan hasil kerjanya yang begitu rapi. Semua telah dikemas ke dalam kopernya dan barang−barang yang harus ia rapikan pun sudah selesai. Ruang apartemen itu kini berwarna serba putih karena kain yang membungkusnya.

"Ada lagi yang belum?"





"Bagian dapur."

Anggukan menjadi jawaban Luhan dan ia segera menuju dapur untuk mengosongkan lemari es mereka. Ia berencana untuk membawa seluruh isi kulkas mereka ke panti asuhan yang biasa ibu angkatnya kunjungi.

[☑]『 ᴊᴜɢʜᴇᴀᴅ ꜱᴘᴏᴜꜱᴇ 』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang