❤6

2.5K 103 2
                                    

Paginya,saat pelajaran matematika berlangsung.

"Va?Gue mau ngomong sama lo." kata Rehan berbisik pelan. "Penting." lanjutnya.

"Hmm?Ngomong apaan?Masih pelajaran sekarang,ntar aja." jawab Vava masih sibuk mencatat rumus matematika di papan tulis.

"Gue mau nya sekarang,apa susahnya sih,lo nengok ke belakang?" kata Rehan.

"Jangan berisik!" kata Riki yang ada disamping kiri Vava.

"Pak Ketu,jangan ikut campur urusan orang,deh." jawab Rehan memperingatkan.

"Lagi pelajaran,diem." kata Riki lagi.

"Mulut mulut gue,terserah gue lah!" jawab Rehan tak mau kalah.

Meja mereka sangat berisik sampai suaranya terdengar ke meja guru.

"Rehan!Ngomongin apa kamu?Dari tadi berisik!" kata Pak Ahmad,guru matematika.

Rehan hanya cengengesan.

"Pak,jadi orang jangan kepo.Nanti kalo bapak kepoan,mirip kayak monyetnya dora,deh." kata Rehan.

Sontak semua murid pun tertawa.

"Sekarang,kamu maju ke depan!Kerjakan soal ini tanpa membawa buku." kata Pak Ahmad sambil menunjuk soal yang ada di papan tulis.

"Tapi Pak,say.." kata Rehan.

"Tidak ada tapi tapi an.Sekarang!" kata Pak Ahmad marah.

Rehan hanya memasang wajah malasnya.Rehan tidak bisa matematika.Bahkan dia lebih bodoh dari Vava dalam pelajaran ini.

Rehan hanya jago dalam pelajaran olahraga.

"Kebanyakan,bacot sih,lo!" kata Natan menimpali.

Rehan hanya mengepalkan tangannya ke arah Natan.

Rehan pun maju kedepan dengan muka penuh memelas.Dia hanya bisa diam di depan papan tulis.

10 menit berlalu.

Rehan masih saja berdiri di depan papan tulis.

"Pak,kaki saya pegel,saya udah boleh duduk belum?" tanya Rehan lirih.

Pak Ahmad hanya menatap Rehan sekilas.

"Itu akibat dari kamu bicara sendiri.Kalo kamu cerdas,saya tidak masalah." kata Pak Ahmad.

Lalu Pak Ahmad mengerjakan soal yang ada di papan tulis itu hanya dengan hitungan detik.

"Soal mudah seperti ini kok masih tidak bisa!Kalau begini,siapa yang rugi?" tanya Pak Ahmad.

"Bapaklah."jawab Rehan santai.

"Kok bisa saya?" tanya Pak Ahmad.

"Ya kan Bapak dari tadi buang buang waktu dan energi bapak gara gara saya.Kasianlah bapak,marahin murid kaya saya.Percumah pak mau diajarin gimana juga otak saya gini terus nggak bakal ningkat jadi anak pinter." jelas Rehan panjang.

"Lagian,kalo bapak emang udah tau jawabannya,kenapa malah nanya ke murid macam saya yang jelas jelas nggak bisa ngerjain soal itu?" tanya Rehan lagi.

Sontak semua murid di kelas tertawa.Dan bel istirahat pun terdengar.

Tettt tett tett.

"Rehan...Rehan..Saya kasihan sama orang tua kamu." kata Pak Ahmad.

"Kenapa,Pak?"

"Kok bisa ya punya anak macem kamu?Nyidam apa dulu Mamamu.."

"Nyidam nonton bola di staudion GBK,Pak." jawab Rehan.

"Oh...Pantes..."

"Pantes apaan,Pak?Pantes,sekarang gedenya jadi kapten tim futsal?"

"Terserah.Saya nggak ada waktu buat bicara nggak penting sama kamu." kata Pak Ahmad.

"Saya juga!" gumam Rehan pelan.

"Udah,kamu boleh duduk."

Lalu Rehan kembali ke tempat duduknya.

"Baiklah karena waktu sudah habis.Kalian selesai kan soal itu di rumah.Dikumpulkan dipertemuan selanjutnya.Selamat siang." kata Pak Ahmad mengakhiri pelajaran.

"Siang,Pak." jawab semua kompak.

*****
"Va,ntar pulang sekolah bareng gue ya,gue mau ngomong sesuatu sama lo." kata Rehan.

"Sekarang aja ngomongnya,Han." kata Vava.

"Enggak bisa.Pokoknya nanti lo pulang bareng gue.Nggak ada alesan." kata Rehan.

"Yaudah iya." jawab Vava mengalah.



Gimana ceritanya?Masih baca kan ya?Jangan lupa vote dan komen ya😊Kalo penasaran lanjut baca pokoknya.

Happy reading ❤

Benci tapi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang