❤8

2.5K 90 0
                                    


Dear diary.

Kau tau?
Hari ini aku bahagia.

Mungkin Allah sedang berbaik hati padaku.

Tapi...jujur aku takut,
Aku takut salah memilih sosok dihati,
Aku takut salah memupuk rasa pada dirinya,
Dan aku takut..
Jika akhrinya,aku akan terluka lagi.

Menulis!

Vava suka sekali.Tak ada hari yang dilaluinya tanpa menulis.Karena menurutnya,menulis bisa menyampaikan semua keinginannya tanpa harus berkata.Lewat tulisan lah dia dapat menumpahkan segala isi hatinya.

"Han,makasih udah selalu ada buat gue,makasih lo udah peduli sama gue,buat gue bahagia.Udah bisa buat gue ngelupain masa lalu gue yang buruk."katanya dalam hati.

Flashback on

"Gue salah apa?Sampe lo giniin gue?Kalo lo udah bosen,tinggal bilang ke gue!!Tapi nggak gini caranya." kata Vava sambil mendorong tubuh Putra.

Putra?
Dia teman Rehan.Kapten tim basket.Jago taekwondo.Punya banyak prestasi.Tubuhnya tegap,tinggi.Giginya rapih.

Yes,he is perfect.

Dia juga salah satu most wanted di sekolahnya.

"Tunggu Va,gue jelasin dulu.Please dengerin dulu." kata Putra sambil memegang bahu Vava.

"Jelasin apa lagi?Nggak ada yang perlu dijelasin.Sumpah ya!!Lo itu brengsek!!!" kata Vava sambil menahan isak tangisnya.

"Enggak tunggu dulu Va,dengerin penjelasan gue.Setelah itu,terserah lo mau ngatain gue apaan,lo mau benci gue,emang gue pantes di gituin.Tapi denger dulu." kata Putra sambil memeluk Vava dari belakang.

"Bagus deh,kalo lo sadar diri.Sekarang lepasin gue!!Lo nggak pantes nyentuh gue!!" kata Vava melepas paksa pelukan Putra.

"Nggak bakal gue lepas sebelum lo mau dengerin penjelasan gue." jawab Putra sambil memohon.

"Lepas atau gue pukul muka lo!!" kata Vava marah.

"Lo boleh pukul gue. Pukul sepuas lo kalo itu semua bisa nebus kesalahan gue ke elo,pukul!" kata Putra.

Plakkkk!

Sebuah tamparan keras dan menukik mendarat di pipi Putra.

Setelah menampar Putra barusan,Vava langsung berlari pergi meninggalkan Putra sambil menangis sejadi jadinya.

Saat Vava berlari,ia tak sengaja menabrak Rehan.

"Lahhh,kenapa nangis?Cengeng banget jadi cewek." ledeknya.

Tapi Vava tak menghiraukan ocehan Rehan itu.Hatinya terlalu sakit hingga semua tubuh nya terasa sakit.Mulutnya pun tak kuat untuk bicara.Lemas,hanya itu yang bisa ia rasakan.

Putra adalah cinta pertamanya.Kenapa harus berakhir seperti ini?!

Rehan yang menyadari bahwa terjadi sesuatu dengan sahabatnya itu pun langsung berlari menyusul Vava dan menghentikan Vava.

"He,lo kenapa?Jangan nakut nakutin ah."

Vava masih diam,tidak menjawab.Air matanya masih jatuh bercucuran.

Rehan benar benar khawatir.Tidak biasanya Vava mudah menangis seperti ini.

"Lo kenapa?Cerita sama gue.Jangan nangis kayak gini." tanya Rehan pelan sambil memegang tangannya dari belakang.

Rehan sangat khawatir.

Pasalnya,Vava bukan tipe perempuan yang mudah meneteskan air mata.Jika Vava sampai menangis,itu tandanya dia sedang merasakan yang sangat sakit.

Entah sakit di hatinya atau sakit pada fisiknya.

"Sa..sakit,Han!!Sakit rasanya." jawab Vava sambil terisak.

Rehan langsung menatap tubuh Vava dengan rinci.

Tidak ada yang luka,tidak ada yang berdarah.

Apanya yang sakit?

"Apanya yang sakit?Ngomong sama gue,siapa yang bikin lo kayak gini?" tanya Rehan sambil mengusap lembut air mata Vava.

"Gg..gue lagi nangis...hiks hiks..belum bisa cerita sekarang." jawab Vava polos.

Rehan menghela nafas memakluminya.

Lagi nangis aja nih anak tetep lucu.Hadeuh.

Vava memang membutuhkan waktu untuk menceritakan semuanya.

Dan sepertinya,sekarang bukan waktu yang tepat.

Setidaknya,tunggu sampai Vava tenang.

"Yaudah,kapan pun lo siap cerita,gue bakal dengerin." jawab Rehan lalu membawa Vava ke dalam pelukannya.

Vava masih terisak.

Lama mereka duduk berdua di taman.Rehan dengan setia mendegarkan suara tangisan Vava.

Rehan hanya bisa menepuk nepuk pundak Vava untuk menenangkannya.

Di dalam hati,Rehan bertekad.Akan memberi pelajaran siapapun yang sudah membuat sahabatnya sampai menangis seperti ini.

Satu jam lebih Vava menangis ditemani Rehan.

"Lo nggak capek nangis terus dari tadi?Gue aja yang nungguin capek." kata Rehan meledek.

Vava agak menjauh,melepaskan pelukannya dari Rehan dan menatap ke arah Rehan.

"Yaudah kalo capek lo boleh pergi,gue juga nggak nyuruh lo buat nemenin gue!" jawab Vava sedikit emosi.

"Yeeuuw,lo nggak bisa di ajak bercanda,ish." kata Rehan mendesis. "Mata lo sampe kayak mata kucing di sengat lebah.Kecil nggak keliatan." kata Rehan lagi.

"Gue lagi ga mood buat bercanda." jawab Vava.

Rehan tersenyum kecut.

"Iya iyaa maaf." jawab Rehan.

Sepertinya saat ini memang Vava sedang tidak bisa diajak bercanda.

"Pulang yuk,udah sore.Ntar kalo setan disini muncul gimana?Lo nggak takut?" tanya Rehan menakut nakuti.

Vava menghela nafas pelan.

"Ayolah,gue juga males disini," kata Vava menggantung. "Males berduaan sama lo!" kata Vava sambil tersenyum jail.

Rehan ikut tersenyum tipis.

"Nggak papa lah,gue seneng dikatain gini,asal lo tetep senyum.Jangan nangis lagi ya?" kata Rehan sambil menatap mata Vava.

Akhirnya mereka berdua pun pulang.



Gimana?Penasaran sama apa yang terjadi sama Putra dan Vava?Baca di part selanjutnya ya kawan :)

Jangan lupa vote dan komennya ya.

Happy reading ❤

Benci tapi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang