❤14

2K 85 0
                                    


*****
Saat semua murid sudah keluar dari perpustakaan,di sana hanya dua orang.

Mereka sibuk menata buku.

"Sini,gue bantuin,tangan kecil gitu bawa buku banyak ntar patah."kata Riki meledek.

"Lo kalo mau bantu bisa nggak nggak usah bikin gue kesel dulu?"tanya Vava.

Riki terkekeh pelan.

"Udah sini biar gue aja yang bawa semua."kata Riki menawarkan.

"Emang lo kuat?Bawa segitu banyak?"tanya Vava meremehkan.

"Kuat kok." jawab Riki."Demi lo."lanjutnya lagi.

Seketika pipi Vava langsung memerah.

"Sekarang Pak Ketua udah bisa nge gombal."kata Vava sambil memberikan semua tumpukan buku ke tangan Riki

Vava lalu pergi menjauh dari Riki.

"Eh tunggu,jangan tinggalin gue kek."kata Riki sambil berlari pelan.

"Mana berat banget lagi bukunya!" gumam Riki pelan.

Sampai akhirnya mereka masuk ke kelas bersamaan.Setibanya di kelas.Semua murid aneh menatap mereka berdua.

*****
"Va,duluan ya."kata Rani sambil melambaikan tangannya.

"Iya hati hati ketangkep om om."goda Vava.

Rani?
Dia memiliki tubuh yang bisa dibilang agak sexy lah.Setengah gendut.Tapi dia tetep alim kok.Bukan kayak cabe cabean yang ngantri di pengkolan wkwk.Dia kerap digoda karena bentuk tubuh yang hampir sama dengan teddy bear (enak di peluk).

Saat Vava lagi menunggu mobil pribadinya (angkot),Vava melihat Rehan.Tapi Rehan tak sendiri.Dia bersama seorang perempuan.

Ke kepoan Vava mulai muncul.

Bagaimana tidak,selama ini Vava memang menyukai Rehan.Dia luluh karena perhatian dan sikap Rehan padanya begitu lembut dan manis.Walau terkadang Rehan itu menyebalkan!

Jadi jangan salahkan Vava kalo suka sama Rehan.Salahin aja sikapnya tuh, orang yang bikin baper.

Tapi kata orang cinta nggak pernah salah.Lantas siapa yang harus disalahakan?Tanya pengacara aja yuk.Bawa perkara ini ke meja hijau!

Pftt lo nulis apaan si Thor?Nggak nyambung sangad!

Iya sama sekali enggak nyambung.Kayak aku dan kamu.

Oke kembali ke dunia nyata.

Vavapun semakin mendekati kedua orang tersebut.Saat kedua bola mata yang tak bersalah itu berhasil menangkap objek yang dicarinya.Cairan bening itu lolos turun kebawah dengan derasnya.

Dadanya sesak.Lemas pun menggelayuti tubuh mungil itu.Dia butuh pundak untuk berasandar.Tanpa sepatah katapun,dia berlari.Berlari sekencang yang dia bisa.Jika bisa dia ingin pergi jauh dari tempat ini.

*****
Dear diary.

Mungkin gue yang selama ini salah.

Gue salah dalam mengartikan kepedulian lo ke gue!Peduli bukan berarti sayang.Tapi yang sayang udah pasti bakal peduli.Dan itu bukan lo,Han!

Mata Vavapun terpejam setelah menulis itu.Mungkin dia lelah.Lelah dengan semua beban yang ada dihidupnya.Lelah yang selalu bahagia di awal dan berakhir dengan kekecewaan.Mengapa hidupnya tak seberuntung yang lainnya.

Bonus epilog.

Rehan lebih memilih keluar dan berdua dengan ica.Rehan mengajak Ica duduk dibangku taman sekolah.

Sebenarnya Rehan begitu karena dia tidak ingin melihat Vava duduk berduaan dengan Riki.

Dia tidak suka!Ingin rasanya Rehan memukul wajah si Pak Ketua itu!

Apa dia cemburu?Ah,tidak mungkin!

Vava itu sahabatnya!Tidak mungkin jika ia menyukainya.

"Ca?Nggak papa kan kita duduk disini?"tanya Rehan mememecah kebisuan diantara mereka.

"Iya nggak papa."jawab Ica sambil tersenyum manis.

"Tumben lo ngajak gue kesini?Mau ngapain?"lanjut Ica.

"Ngapain ya?Nggak tau deh mau ngapain.Pingin aja ngajak lo kesini.Lo suka kan?"kata Rehan.

Ica mengangguk.

"Iya gue suka."jawab Ica masih tersenyum.

"Ca?"kata Rehan.

"Hm?Kenapa?"tanya Ica.

"Misalnya lo jadi cowok dan lo punya sahabat cewek.Si ceweknya itu pernah sakit hati gara gara pacarnya.Nah pacarnya itu sahabatnya si cowoknya itu.Dan si cowok nggak pingin ngeliat si cewek sedih mulu.Dia bakal ngelakuin apapun biar si cewek lupa sama pacar brengseknya itu."

"Sekarang pertanyaannya,lo bakal ngelakuin apa?Gimana kalo lo akhirnya malah suka ke dia.Dan dia juga suka ke elo?Tapi mereka nggak mau ngubah status mereka dari sahabatan ke pacaran?"

Diam.Ica hanya diam tak bicara sepatah kata pun

"Ca?Lo dengerin gue ngomong nggak,sih!"kata Rehan.

"Pasti cewek yang lo maksud itu Vava."kata Ica dalam hati.

"Denger kok."

"Lah terus kenapa lo diem?Gue nanya ke elo."kata Rehan.

"Lo ngomongnya cepeb banget.Gue jadi bingung.Cerita lo muter muter kayak obat nyamuk.Bingung mau jawab apaan gue."jawab Ica bercanda.

Rehan menghela nafas berat.

"Gue udah ngomong segitu banyak segitu lama dan lo nggak tau mau ngomong apaan?Paling enggak ngasih saran kek apaan gitu."kata Rehan dengan wajah monyong kedepan.

"Suruh siapa lo gitu?Kan gue nggak nyuruh."kata Ica tak mau disalahkan.

"Serah lo dah.Males gue."kata Rehan memalingkan muka.

Ica terkekeh pelan.

"Gimana gue nggak suka sama lo,Han?"batin Ica.

"Dih marah?Sabar gue lagi nyusun kata buat nyeramahin lo nih."kata Ica sambil mengehadapkan muka Rehan ke arahnya.

Rehan masih dalam posisi membelakangi Ica.Dia masih tak bergeming.

"Mau dengerin nggak?Kalo enggak gue nggak jadi ceramah nih."kata Ica sedikit mengancam.

Akhirnya Rehan menoleh.

"Apaan?"jawab Rehan.

Ica tersenyum.

"Kalo gue,sih sebenernya susah juga.Di satu sisi gue pingin liat sahabat gue bahagia.Tapi,kita nggak tau apa yang bisa bakal buat dia bahagia.Belum tentu dia bahagia dengan kita kan?"

"Dan masalah perasaan suka cowok ke sahabat ceweknya.Kalo emang suka,kalo gue jadi cowoknya,gue bakal nyatain itu.Sebelum terlambat.Masalah entar diterima apa enggak,nggak penting.Yang penting kita udah berusaha jujur sama perasaan kita sendiri."

"Toh hubungan persahabatan lebih indah dari pada pacaran."

Rehan menatap Ica tak percaya.Lalu ia menggenggam kedua tangannya.

"Udah cantik,pinter lagi!" kata Rehan sambik tersenyum."Makasih ya,ceramah singkatnya."sambungnya lagi.

Pipi Ica bersemu merah.Ia menundukkan kepalanya malu.

"Sama sama."




Yuk tekan bintang dan komen ya.Nggak susah kok.Nggak lama juga,paling 2 detik selesai.Cuma butuh satu jari.

Happy reading ❤

Benci tapi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang