❤52

592 29 13
                                    


Vava mendorong Natan agak keras.

"Minggir!"

Natan jadi agak menjauh.

Vava baru ingin melanjutkan  langkahnya,tapi satu tangan menahan tangan kanannya.

Vava menoleh kebelakang.

"Lepasin!" katanya sambil mengibaskan tangannya.

Ia melanjutkan langkahnya lagi.

"Va." panggil Rehan pelan.

Vava menghentikan langkahnya sebentar.Lalu melangkah lagi tanpa memedulikan panggilan Rehan tadi.

Rehan menatap bayangan Vava yang semakin menjauh.Ia tersenyum samar.

Kenapa sekarang jadi seperti ini?

Tatapan Rehan kini beralih ke Natan.

"Tadi itu,gue ditolak nggak sih,Nat?" tanya Rehan yang masih bingung menyimpulkan jawaban Vava tadi. "Gue...tadi udah bilang kalo gue cinta sama dia." katanya lagi.

"Tapi...kenapa dia jawabnya kayak gitu?"

Natan menatap sahabatnya frustasi.

"Jadi orang kok goblok banget,sih." kata Natan jadi kesal sendiri.

"Elo tuh kalo mau nembak harus tau momen monyet."

"Lagi berantem malah nembak!Pas lagi uwu malah nggak nembak!"

Hadehhh.

Ganteng ganteng kok oon.Ngotak dikit lah Mas Rehan :)

Rehan diam sebentar.Lalu menatap Natan lagi.

"Lo belum jawab pertanyaan gue yang tadi,Nat." kata Rehan.

Natan menghela nafas malas.

"Ck.Pertanyaan yang mana lagi,ah elah?" tanya Natan sudah benar benar malas.

Rehan menatap Natan penuh harap.Semoga jawaban yang akan ia dengar nanti adalah jawaban yang tidak mematahkan hatinya.

Sedangkan yang lainnya sok sibuk dengan urusannya masing masing.

Pura pura tak tahu apa apa.

"Maksud jawaban Vava tadi itu apa?"

"Dia...nolak gue?"

Natan menghela nafas malas lagi.

Ia menggaruk rambutnya benar benar sudah frustasi dengan kebodohan sahabatnya ini.

Ia mendekat ke arah Rehan merangkul bahunya lalu menepuk nepuk pundaknya pelan.

"Lo mau tau jawabannya?" tanya Natan dengan nada pelan.

Rehan langsung mengangguk.

"Dengerin gue baik baik ya," kata Natan sok serius.

Rehan diam menurut.

"Ya mana ketehek!" jawab Natan dengan ekspresi muka menyebalkan.

Rehan menggertakkan giginya keras.

"Gue lagi nanya beneran ya,nggak main main." kata Rehan dengan senyum yang dipaksakan.

Natan mengangguk anggukan kepalanya mengerti.

"Gue juga jawabnya beneran kok,nggak main main beb." jawab Natan sama sama tersenyum paksa.

Kini gantian Rehan yang merangkul Natan.Tapi rangkulannya ini lebih erat.Seperti akan mencekik leher Natan dengan lengannya.

"Lo mau buat gue tambah emosi,ha?" tanya Rehan yang sudah habis kesabaran.

Pertanyaan tadi benar benar sangat penting baginya.Ia ingin segera mengetahui jawabannya apa.

Benci tapi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang