❤50

816 38 23
                                    

"Mana bisa gue ingkar janji sama orang yang gue sayang." jawab Riki mengulangi perkataannya tadi dengan nada lembut.

Vava diam mematung.Tak tahu harus bagaimana.

Sebelumnya,Vava sendiri kan sudah mengira jika memang Riki itu mempunyai perasaan kepadanya.

Harusnya kan Vava tidak perlu kaget sampai gugup seperti ini.

Kenapa sekarang giliran Riki sudah mengatakannya secara langsung,Vava malah kaget setengah mati?

Riki masih tersenyum sambil memandang wajah kaget Vava.

"Akhirnya,gue bisa ngomong ini sama lo." kata Riki dalam hati.

Ia sudah lama mengumpulkan keberaniannya untuk mengatakan semuanya.

Vava menatap Riki agak mendongak.

"Rik..."

"Apa?"

"In..ini...Mak..maksut perkataan lo...tadi...emmm...lo...emmm...lo..nem...nembak...gue?"

Riki sedikit tertawa melihat kegugupan Vava.Mukanya juga berubah agak memucat.

Segitu gugupnya ya cewek kalo ditembak?

Sayangnya,tadi ia sama sekali tidak berniat menembak Vava karena ia sudah tahu pasti apa jawaban yang akan ia dengar.Ia tak mau mendengar hal yang akan menyakiti hatinya.

Tadi,ia mengatakan semuanya, hanya ingin jujur dengan perasaannya sendiri.Tak mau lagi memendam semuanya.

Riki mencubit gemas kedua pipi Vava.

"Gue tadi nggak nembak lo." jawabnya sambil tersenyum tipis.

Terus,maksud lo tadi ngomong kayak gitu apa?!

Vava menyingkirkan tangan Riki dari pipinya.

"Gue cuma mau ngomong itu sama lo.Nggak ada maksud buat nembak lo."

Vava berdehem pelan.Lalu menunduk malu karena barusan dia sudah ke geeran.

"Ekhmm...Oh...hehe,kirain mau... nembak." jawab Vava malu.

Riki jadi ikut terkekeh.

"Kalaupun gue tadi nembak lo pasti juga bakal lo tolak kan?"

Vava dengan susah payah meneguk ludahnya lagi.

Ini kenapa orang hobi banget sih bikin gue susah nelen ludah sendiri?!

"Dari awal,waktu gue sadar kalo gue itu suka sama lo,prioritas gue bukan gimanapun caranya lo harus jadi pacar gue," kata Riki menggantung.

"Prioritas gue itu gimanapun caranya gue harus bisa buat lo bahagia.Gue ingin lihat lo bahagia."

Vava masih diam.Benar benar tidak tahu harus berkata apa.

"Tapi gue sadar,yang bisa buat lo bahagia bukan gue." katanya sambil tersenyum tipis lagi.

Riki sebisa mungkin harus tetap tersenyum di depan Vava meski hanya bisa tersenyum tipis.Ia harus bisa menyembunyikan rasa sesak yang ada di dadanya.

Riki menarik nafas dalam dalam.Kali ini ia harus mengatakannya.Agar perasaannya lega.

Dan ia bisa mengikhlaskan semuanya.Membiarkan orang yang ia sayang bahagia dengan orang lain.

"Gue sayang banget sama lo,Va.Gue akan bahagia kalo lo juga bahagia."

Mata Vava sudah mulai berair.

Benci tapi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang