❤38

1.2K 46 8
                                    

"Makasih." kata Rehan sambil memberikan botol minum ke Ica.

Ica menerimanya sambil tersenyum manis.

"Sama sama." jawab Ica.

Vava menatap Rehan dan Ica bergantian.

Jika dilihat lihat,mereka terlihat cocok sebagai sepasang kekasih.

Rehan tampan.Ica manis.

Sedangkan Vava jika disandingkan dengan Rehan?

Jelas anjlok!

Tingginya saja beda jauh.Vava hanya sebahunya Rehan.

Vava juga tidak cantik,apalagi manis.

Apa Vava lebih baik mundur saja?

Apa lebih baik Vava mengubur dalam dalam perasaannya itu?

Apa lebih baik Vava merelakan Rehan untuk sahabatnya itu?

Apa lebih baik Vava membuka hati untuk Riki?

Dengan begitu,Ica tidak akan melakukan hal yang tidak tidak lagi.Ica akan kembali seperti dulu lagi.Hubungan persahabatannya juga akan baik baik saja.

Ah....tapi....

Tidak bisa!

Hatinya memaksanya untuk menampik keras semua itu.

Dasar hati,sukanya maksa maksa!

"Harus banget ya,Vava yang nganterin?" tanya Rehan dengan raut kesalnya.

Riki mengangguk.

"Vava udah janji sama gue." jawab Riki.

Rehan menatap Vava seperti meminta penjelasan.

"Iya,gue udah janji sama Riki bakal nememin dia setiap kontrol ke rumah sakit." kata Vava.

"Kenapa?Lo mau ngelarang Vava?" tanya Umar tak suka.

"Enggak.Gue juga nggak ada hak buat ngelarang ngelarang Vava." jawab Rehan.

"Kayaknya,Rehan memang nggak pernah suka sama gue."

"Buktinya,dia ngebolehin gue nemenin Riki ke rumah sakit."

"Kalo Rehan emang suka sama gue,harusnya dia ngelarang gue dong,karena Rehan pasti cemburu!" batin Vava.

Natan yang mendengar jawaban Rehan barusan melongo.

"Lah??Nih bocah gimana,sih?!Kok malah dibolehin?Katanya suka sama Vava!" batin Natan bingung.

"Tapi..." kata Rehan menggantung. "Nggak ada yang bisa ngelarang gue,buat ikut ke rumah sakit bareng mereka." sambungnya lagi dengan senyum penuh kemenangan.

"Itu baru sohib gue!" batin Natan bangga.

"Ngapain ngintilin mereka?Mau jadi obat nyamuk?!" tanya Umar tak suka.

Rehan terkekeh.

"Gue bukan mau jadi obat nyamuk." jawab Rehan sambil menepuk nepuk pelan bahu Umar sok akrab.

Benci tapi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang