❤29

1.5K 53 3
                                    

Sampai malam,Riki belum juga sadar.Vava juga masih disana berasama Umi.Vava sudah menelpon Mamanya dan menjelaskan semua yang terjadi.

*****
"Sudah malam,lebih baik kamu pulang saja.Pasti Mamamu khawatir." kata umi sambil mengelus puncak rambut Vava.

"Vava mau disini aja.Vava mau nungguin Riki sampai bangun." jawab Vava.

"Kan ada Umi,nanti kalo Riki sudah bangun,Umi pasti telpon kamu." kata Umi.

"Tapi Umi.." jawab Vava menggantung.

"Sudah,pulanglah.Besok kamu sekolah."

Akhirnya Vava pun pulang.

Sebelumnya Vava sudah mengirim chat ke Rehan untuk menjemputnya.Setelah itu ia menjelaskan apa yang sudah terjadi tadi di perjalanan.

Rehan agak terkejut mendengarnya.Rehan pun berencana menjenguk Riki sepulang sekolah bersama Vava besok.

*****
"Ayo naik." kata Rehan.

Vava hanya mengangguk.

Rehan pun menatapnya.

"Va,jangan sedih.Jangan salahin diri lo atas apa yang terjadi sama Riki dong."

"Itu udah takdir." kata Rehan menasehatinya.

"Diva yang gue kenal nggak kayak gini.Gue mau Diva yang dulu bikin orang ketawa dan periang.Bukan Diva yang selalu sedih dan patah semangat gini."

Vava menghembuskan nafasnya perlahan.

"Coba lo ada di posisi gue sekarang,pasti lo juga bakal sama kayak gue sekarang." jawab Vava.

"Gue paham,Va.Maksud gue,lo boleh sedih tapi jangan sampai lo hanyut dalam kesedihan itu." kata Rehan lagi.

"Gg..gue,cuma ngerasa kalo semua ini terjadi karna gue.Dan gue nggak bakal bisa maafin diri gue sendiri kalo sampai Riki kenapa napa."

Rehan pun memeluknya untuk memberikan ketenangan.

Vava hanya bisa pasrah.

Saat ini,Vava memang sangat membutuhkan pelukan yang bisa membuatnya sedikit tenang.

"Yaudah,sekarang kita ke rumah sakit aja liat keadaan Riki.Mungkin dia udah baikan sekarang." kata Rehan sambil melepaskan pelukannya.

"Aamiin.Semoga aja." jawab Vava.

Saat mereka hampir pergi,ada seorang siswi yang menghadang mereka.

"Tunggu." katanya menyetop dari arah depan.

Rehan pun sigap langsung mengerem laju motornya.

"Apa apaan sih.Untung lo nggak ketabrak motor gue!" bentak Rehan.

"Kalian mau jenguk Riki?"tanya siswi itu tidak peduli dengan Rehan yang tadi membentaknya.

Vava agak kaget mendengarnya.

Pasalnya,yang tau tentang keadaan Riki hanya dia,Rehan,dan Umi.Anak satu kelas pun tidak tau jika Riki kecelakaan dan belum sadar sampai sekarang.

Bagaimana dia bisa tau semuanya?Dia hanya siswi yang notabennya saja beda kelas dengan mereka.

"Lo tau dari mana Riki sakit?" tanya Vava langsung.

"Bahkan gue juga tau kalo Riki kecelakaan." jawab siswi itu.

Deg!

Kok bisa?

Itulah pertanyaan yang sama yang ada di dalam hati Rehan dan Vava.

"Tau dari mana lo?" tanya Rehan.

"Nggak penting."

"Gue cuma mau tau keadaannya sekarang gimana." jawabnya.

"Mending lo ikut kita aja jenguk Riki." jawab Vava.

"Boleh?" tanyanya.

"Bolehlah." jawab Vava sambil tersenyum.

"Tapi,lo nyari ojek atau yang lain.Motor gue nggak muat buat boncengin dua cewek." kata Rehan.

"Iya deh." jawabnya.

"Yaudah,kita tunggu di Rumah Sakit Husada."

Mereka pun berangkat.
Vava bersama Rehan naik motor sedangkan Citra naik taxi.

25 menit kemudian mereka sampai.Rumah sakitnya memang agak jauh dari lokasi sekolah mereka.Ditambah macetnya jalanan kota.

"Itu Citra." kata Rehan.

Citra pun mendekat ka arah mereka berdua.

"Yuk,langsung ke ruangan Riki aja." ajak Rehan.

"Kalian duluan aja,gue ada perlu sama Citra sebentar." kata Umar.

Umar memang sejak kemarin di rumah sakit bersama Uminya Riki.

Tadi saja Umar tidak berangkat sekolah.

Makanya,saat Vava dan Rehan sampai di rumah sakit,sudah ada Umar.

Awalnya Citra mau memberontak,tapi Umar lebih dulu menariknya pergi.

*****
"Assalamualaikum,Umi." kata Vava sambil membuka pintu kamar.

Umi menoleh sambil tersenyum.

"Walaikumsalam,sini masuk." jawabnya ramah.

Vava pun masuk.

"Vava bawa temen nggak papa kan Umi?" tanyanya.

"Nggak papa dong.Malahan Umi mau ngucapin makasih,kalian udah repot repot dateng njengukin Riki." kata Umi.

"Iya Tan,nggak repot kok." jawab Rehan seadanya.

Mereka semua mengobrol di samping ranjang Riki.

"Oiya Umi,Riki udah sempet bangun belum?" tanya Vava sambil melirik ke arah Riki yang sedang terbaring sekilas.

Raut wajah Umi terlihat sedih.

"Belum ya,Umi?" tanya Vava lagi.

"Mungkin Riki masih capek,jadi dia masih mau melanjutkan tidurnya." jawabnya sambil menahan air matanya.

"Kata dokter emang gimana,Tan?" tanya Rehan.

"Riki masih dalam keadaan koma dan dokter tidak bisa memprediksi kapan Riki akan bangun." jawab umi.

Tiba tiba pintu terbuka.

Umar langsung masuk dan menyalami Umi.Lalu duduk bergabung bersama mereka.

"Loh,Citra nggak jadi jenguk?" tanya Vava.

"Iya,kok lo sendirian?Citra kemana?" tanya Rehan ikut ikutan.

Umar mengindikkan bahunya.

"Katanya tadi tiba tiba ada urusan mendadak."

Oh...

"Umi,Umar sering main ke rumah Riki?" tanya Vava melanjutkan obrolan.

"Sering,hampir setiap hari malahan." jawab Umi.

"Mereka ngapain aja?Betah banget Umar main mulu." tanya Vava menyelidik.

"Ngabisin stok makanan yang ada di kulkas Umi." jawab umi sambil terkekeh.

"Hehe kan daripada mubazir." jawab Umar membela diri.

"Yee dasar." kata Vava.

"Sebenernya gue main ke rumah Riki bukan cuma mau ngabisin makanan aja,sih." kata Umar.

"Terus apa?" tanya Vava seadanya.

"Gue sama Riki sering gosipin lo."


Next part guys.Keep Reading.
Jangan lupa vote dan komennya ya ❤

Benci tapi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang