❤40

1.3K 53 23
                                    


Riki keluar dari ruang kontrol lalu duduk di samping Vava di kursi tunggu.

"Makasih ya Va,lo udah nemenin gue hari ini." kata Riki mengawali pembicaraan.

"Iyaa,sama sama." jawab Vava sambil tersenyum. "Kata dokter,tangan lo gimana?Udah sembuh?" tanyanya sambil menyentuh pelan tangan Riki.

"Alhamdulillah,tiga hari lagi gipsnya bisa dilepas." jawab Riki.

Vava ikut senang mendengarnya.

"Syukur,deh.Jadi lo bisa cepet cepet masuk sekolah lagi." kata Vava ikut senang.

Riki tersenyum mendengar perkataan Vava barusan.

"Lo seneng kalo gue sembuh?" tanya Riki.

"Ya..senenglah.Masa temen gue sembuh,gue nggak seneng." jawab Vava.

Teman.

Riki agak miris mendengarnya.

Selamanya hanya kata itu yang akan dia dengar.Tidak akan pernah berubah seperti yang ia harapkan.

"Lo kangen nggak ngeliat gue di sekolah?" tanya Riki lagi mencoba menggombal.

Ekspresi wajah Vava langsung berubah.

"Pertanyaan bodoh macam apa tadi." kata Riki menertawakan kebodohannya barusan. "Lo nggak mungkin kangen sama gue saat Rehan ada di samping lo." katanya lagi.

Dari perubahan ekspresi wajah Vava,Riki sudah bisa menebak apa jawaban yang akan Vava katakan.

Riki tahu,sampai kapan pun,seberapa gigih ia sudah berjuang,sebesar apa pun pengorbanannya,dia tetap tidak bisa menempati posisi sebagai seseorang yang ada di dalam hati Vava.

Meski sudah tahu begitu,tetap saja.Riki masih menyukai Vava.

"Rik," kata Vava. "Gue..." perkataan Vava terhenti.

Riki tersenyum pedih.

Hari ini dia sedang tidak mau merasakan sakit hati.Tangannya yang patah sudah cukup menyakitkan.Jangan ditambah lagi!

Riki tidak mau mendengar perkataan Vava yang nantinya akan membuatnya kecewa.

"Taxi onlinenya udah sampe di depan." Riki sengaja mengalihkan topik pembicaraan.

Vava menghela nafas pelan.

Riki selalu begini,mengalihkan topik pembicaraan.

*****
Di tengah perjalanan pulang,tiba tiba saja hujan deras.

Vava sampai di depan Rumah diantar Riki dengan mobil taxi online yang ditumpangi mereka.

"Gue duluan ya." kata Vava sambil membuka pintu mobil taxi. "Jangan lupa,obatnya diminum." katanya lagi.

Saat Vava hendak keluar,Riki menahan tangannya.

"Tunggu bentar." kata Riki melepas jaket yang di pakainya.

Lalu Riki keluar dari mobil.

"Eh,lo mau ngapain.Hujan,Rik.Kok..."

Riki sudah ada disamping pintu dekat Vava dengan satu tangannya menahan jaket di atas kepalanya sebagai payung.

"Gue anter sampe depan rumah."

Ya ampun,Riki.

"Lo nggak harus kayak gini.Nanti baju lo bisa basah." kata Vava sambil menatap Riki.

Sambil menyipit kecil matanya karena terkena tetesan air hujan yang deras,Riki tersenyum.

"Baju gue emang udah basah sekarang." katanya. "Buruan,keburu gue kedinginan." lanjutnya sambil terkekeh kecil.

Benci tapi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang