Di suatu senja, yang sedang diselimuti oleh kelam dan kabut... matahari terbenam ke ufuk barat di bawah perkotaan, cahaya nya menjadi semakin gelap sehingga tidak ada yang tersisa dalam panorama kehidupan.
Seketika, hening, muncul menyapa...
Tak lama setelah itu, kegelapan muncul untuk menunjukkan kemegahannya. Saya dan salah satu teman yang setia menemani saya, akan pergi berkendara sejenak untuk meredakan kepenatan pikiran yang dirasakan oleh diri saya di saat saat itu.
Satu - satunya teman bagi saya, seekor kuda besi, sebuah sepeda motor yang sudah usang dan tua. Jethro, adalah nama yang saya sematkan pada sepeda motor ini, sebuah sepeda motor milik saya yang berasal dari negeri matahari terbit itu. - Sebuah sepeda motor yang diproduksi oleh Hond@, yang sudah tua dan usang. Jethro sebenarnya adalah nama dari sebuah motor yang awalnya hanya mendekam di dalam sebuah gudang motor bekas. - Hingga suatu hari, seseorang membuka gudang tersebut, Jethro akhirnya merdeka atas sebuah kesepakatan menarik diantara saya dan sang penjual nya.
Jethro, adalah sebuah motor tua yang saya bangun dan modifikasi menjadi sesuatu yang lebih bermoral. Seekor kuda besi berwarna kelabu, yang nampak menjadi lebih gelap dan begitu mengkilap, didesain secara eksklusif agar mengubah kesan yang ditampilkan. Jethro, seekor kuda besi modern bertampang dingin a'la café racer. Boom.
• $ • $ • $ •
Senja ini, Bandung nampak mendung dan gelap, Bandung, adalah kota dengan udara dingin, sejak dulu, begitu simpel saya mengenali nya, sehingga mantel tebal yang saya kenakan sekarang ini bukanlah hal yang mengherankan jika saya tinggal di kota Bandung.
Saat saya bercerita, waktu tepat menunjukkan pukul empat petang, sambil menatapi langit yang gelap, saya menghisap cerutu yang sanggup menghangatkan sekujur tubuh ini, "Ah.... cerutu Cuban Montecristo ini memang nggak pernah salah." kilah saya seorang diri.
Di sinilah, segumpal kenikmatan hadir dan timbul menyapa, memberikan kejelasan atas selera seorang serigala penyendiri. Terkadang, angin meniupi saya, membelai manja, menciumi memori di kepala yang mengundang perhatian jiwa.
Kini, saya hanya terdiam, sambil terduduk di atap rumah ini, sesekali saya tersenyum menyeringai... hanya mencoba menikmati kesendirian yang tersedia.
Nampak di kejauhan, temaram nya lampu perkotaan mulai menyala, lampu lampu itu kini saling bersahutan cahayanya. Di lain kata, letak rumah saya yang jauh dari pusat kota menjadi sebuah pengingat akan senyum kecil yang terkadang mengembang di saat ini, sebuah kisah, kisah panjang yang memiliki arti.
Nggak lama, Jethro pun bersuara..., "Brrm". Dia telah menyala, tentunya saya yang menyalakan dia, guys, rasa nya seolah dia memberikan isyarat untuk turun dan beranjak, mengajak saya pergi, tuannya yang sebatang Kara ini.
Jika berbicara tentang Jethro, kalimat yang bisa menggambarkan tentang motor ini adalah...., dia berperawakan besar, Karena motor tua ini memiliki kapasitas mesin sebesar 550cc, dia mendapatkan sengat / hornet sebagai akhir di bagian belakang jok nya, racing velg, kendali setir dengan poros menunduk untuk menunjukkan kerendahan hati di mata demokrasi, halah... kotoran banteng dengan demokrasi.
Tangki bensin yang bulat dan lampu yang telah dikustomisasi dengan proyektor mata iblis, buat saya, sungguh memukau.
Well you name it for Jethro. - Seluruh kerangka serta bagian mesin menampilkan warna hitam, kecuali warna pada bagian tangki dan sengatnya. Digantinya clutch, sprocket, akumulator, shock breaker dan double cyclinder baru yang berfungsi untuk memacu nya tetap dalam keadaan stabil. Komponen mechanical dan bukan electronical, merupakan perbedaan era yang tetap melekat pada kuda besi tua ini. Terdapat handwritten "Semper Fi" pada bagian tangki nya. Jethro menawarkan loyalitas terbaik kepada hidup saya dengan adanya kehadiran dirinya.
Dengan dua buah garis berwarna merah dan biru di bagian tangki nya, dia pun lahir menjadi sebuah sejarah. A monaco grid of Jethro, an adventure in the modern days. Ketika sedang menikmati keheningan, saya teringat akan sebuah suara yang muncul di ujung pikiran...
"Halo cinta..."
Suara itu.
Laressa.
Ada setitik kontemplasi saat saya mengingat Laressa. Senyumnya, mungkin? dan bayang - bayang kelabu yang remang menghiasi, segelintir momen yang berkumpul dalam waktu, tahun demi tahun. Laressa... adalah lantunan kontemplasi yang... a little bit' jazzy.
Laressa, seorang wanita karir berusia dua puluh lima tahun yang mengisi hening dalam dunia saya, sebuah ruang dengan seabreg privasi dalam kehidupan ini. Entahlah... Laressa memutuskan memilih saya dalam hidupnya, menurutnya, dia adalah pemberhentian dari sejuta perjalanan dalam hidup saya. Which part of it, Essa?
Laressa adalah suatu oposisi, sebuah opini & eksistensi dari sisi yang berbeda, dia adalah kasih sayang dan kebaikan (cailah). Dia yang menjadi cahaya tanpa pamrih menerangi kesepian yang saya nikmati, dan dia yang tak pernah jatuh menjadi fana, untuk tercipta menjadi kekosongan biasa.
Laressa adalah seorang yang hangat dan ramah, ialah seorang lawan, dari sesungguhnya karakteristik saya. - Laressa adalah bagian dari masa lalu saya yang occasionally muncul dan mengajak saya berbincang ringan di sebuah senja di pusat kota, menyenangkan atau nggak Laressa tetap having fun, fair and polite terhadap saya, mungkin sesekali enggak, tetapi kebanyakan dia memang seperti itu.
Mungkin kalau Laressa adalah sebuah filter foto, dia adalah earlybird atau amaro, you get it? Ngomong apa... ini, tsk.
Lebih uniknya... Laressa adalah sebuah drama kecil di dalam hidup saya. Meski dia bukanlah seorang ratu drama yang senang mendramatisir keadaan, rasa cinta nya lah kepada saya, yang menjadi drama murni sesungguhnya.
Well, she did, brighten my days. Profil nya yang murah kepedulian, penyayang, sangat periang, membuat saya nggak dapat melewatkan nya sedikit pun.
Tatapan matanya yang ringan dan renyah, gesture tubuhnya yang nyaman terlihat, caranya dalam memeluk saya, yang selalu membuat saya mencair, karena saya begitu dingin, dan dia begitu hangat, mungkin seperti itulah logika yang tuan dan nona pembaca bisa terima kali ini dalam awal cerita tentang kehidupan saya... yang baru saja, akan dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Seorang Womanizer (PK) - On Going
Romance"Ahah, ahah, ayooo." "Ah! ah, Maddie....." "Ah........ ayoo.." "Bzzh, lanjut dong!" Lanjut disitu adalah kenangan saat Maddie sedang making love dengan seorang wanita yang janjinya nggak bakal making love sebelum dia menikmati malam pertama dengan s...