Diary 9 - Beli Bubur, katanya.

1K 2 1
                                    

"Eh, Sha, rupanya elu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eh, Sha, rupanya elu..." jawab saya santai, rupanya si Tasha yang dateng kearah kami berdua di pagi ini.

"Ikut gabung ya," jawab dia terus narik kursi dan menutup mantel tidurnya—well good, saya ga perlu ngaceng keras di pagi² begini.

"Halo..." ucap dia lagi setelah dia duduk di sebelah Arang—direspon dengan tawa Arang sambil nutup mulutnya pake tangannya sendiri.

"Ih, kok ketawa?" tanya Tasha sewot ke si Arang, bibirnya manyun dan tangannya ngelipet di antara kedua gunung besarnya itu emoticon-Genit

"No, nothing," jawab Arang—masih sambil ketawa, anehnya, saya pingin ikutan ketawa ngeliat dia kayak begitu.

Saya ngerti maksud si Arang, tapi saya pilih diem aja daripada repot nantinya.

"Ah ngeselin! gue jadi bahan ketawaan dong pagi² begini," gerutu Tasha lagi, sambil nunjuk² ke si Arang, saya udah berenti ketawa sejak tadi sebetulnya—cuma si Arang aja yang ketawanya malah semakin menjadi jadi.

"Ada yang lucu?" tanya Tasha semakin penasaran kepada kami bedua.

"ang Maddie, get me that tissue," pinta Arang kepada saya—menunjuk ke arah tumpukan tisu yang ada diatas meja ini.

Setelah itu saya geser tisu itu ke dekat si Arang—sambil lanjut nahan ketawa. Hahah, anjis—gakuat pingin ketawa.

. . . .

"Come closer, please," kata Arang lembut ke si Tasha, kemudian dia nempelin tangannya di pipi si Tasha—terus...

si Tasha nurut aja lagi disuruh suruh kaya begitu, dasar—sama aja tololnya ini cewek.

"Aw, sakit, apaan sih itu." jawab Tasha ngeringis sakit setelah Arang nyabut sesuatu dari muka judesnya itu.

"Kotoran hidung, mbak, keluar dari zona nyaman nya." jawab Arang santai, kemudian dia ngeremes tisu yang ada korong Tasha nya lalu berdiri dari kursi dia dan melemparnya ke tempat sampah—lalu cuma berdiri setelah itu.

Saya liat dan peratiin—mendadak merah padem wajah itu orang. Tasha.... Astaga.... Hahahahaha.

"Diy—gue, gue," jawab dia terbata bata.

"Uda gausa ngomong. Nyantai aja, hehehe." jawab saya menyuruhnya untuk bawa santai aja, ga usah terlalu serius—cuma korong doang, untung bukan sperma.

Hahahahahahahaha.

. . . .

"Oh gila... hey, makasih yaa," Tasha ngomong makasih ke si Arang, terus dibales, "Relax,"

"Ang, let's go..." desah si Arang lagi ke arah saya, muka nya kayak yang gelisah gak karuan.

Ga lama kemudian si Tasha angkat bicara lagi, "Diy, kemarin denger² bokapnya Rama kena OTT pas lagi dines di Kupang loh,"

"Mbak, i'm sorry but we have to go," potong si Arang ke si Natasha.

"Duh... mau kemana sih ganteng..." goda Tasha ke si Arang.

Diary Seorang Womanizer (PK) - On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang