Side Note - Kei's Flashback

347 1 0
                                    

"Ogut rasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ogut rasa...." seseorang coba buat ngomong sama gue.

Senja hari itu, gue lagi duduk di buritan kapal bareng sama si Bap².

Kami lagi kabur, kabur dan meliburkan diri maksudnya. Meliburkan diri dari aktivitas rutin kami yang nggak begitu bisa bikin happy itu.

"Anda rasa saya lebih baik berenti aja, Bap?" sambung saya kepada Bap² saat kami bedua lagi ngobrol di sore hari itu.

"Ogut rasa iya, coba diturunkan dulu Kei, anda kan tahu sendiri resikonya
bagaimana," jawab Bap² lagi, mencoba bijak terhadap permasalahan yang lagi gue alami.

"Hahahaha, iya Bap, kalo itu saya pahamlah..." tela'ah gue merespon jawaban dari seorang Bap².

Nggak lama setelah itu, gue sadar ada sesuatu yang kurang, apa nih, coba gue teriak dulu deh.

"Diyyyy, bir nya habisss, ambilin lagi donggg," teriak gue memanggil keponakan gue.

"Ambil sendiri kang, itu di dek bawah kan masih banyak—Addiy masih mau
lanjutttt," teriaknya dari kokpit yacht nya. Maddie yang waktu itu lagi having fun sama pacarnya—yang gue nggak tau juga siapa namanya, pacarnya ganti² melulu soalnya.. bingung juga lama kelamaan.

Setelah gagal meminta tolong kepada Maddie buat ngambilin gue bir, gue lanjut ngobrol lagi sama Bap². "Anda ada betulnya Bap..., nanti saya coba praktekkan," jawab gue lagi ke si Bap².

Tiba², "Folks, you wanted some beer? here, grab some," datanglah sesosok pria yang membawakan kami beberapa botol Corona dingin.

"Ah, messiah kita akhirnya tiba juga Bap, thank you Rang, darimana lo,
keliatannya abis nge gele di dek belakang ya lo?" tebak gue iseng sama dia.

"Bah, om Kei, ngawurrr." balasnya dengan wajah abis nge gele nya itu, sambil nyengir² sendiri kan dia itu.

"Hahahahaha," gue pun cuma bisa ketawa.

"May I join?" tanya Arang singkat.

"Hahahah, sini Rang, duduk," ucap gue mengundangnya untuk duduk nyantai bertiga bareng sama kami.

"Bang, beer nya sambil diminum yes," izin Arang kepada abang sepupunya, si Bap² Riksanagara.

"Oya, silakan, silakan." jawab Bap² mempersilakan adik sepupunya itu.

"Biasanya mentos campur coc@ - col@ lo Rang, sekarang ganti corona, udah tobat gila nya?" timpal gue lagi ke si Arang.

"Nyaaaahahahaha, fuck off, om." jawab dia lagi lalu segera bergelayut di atas stanchion kapal.

***

Saat masing² dari kami sudah menenggak beberapa botol bir yang diberikan Arang, Bap² kembali buka suara, "Tapi kalau anda memutuskan untuk secepatnya berhenti, finansial atau hal² lainnya tidak jadi masalah, Kei?" tanya Bap² sama gue.

"Oh, enggak, bap, enggak," jawab gue tanpa rasa cemas.

"I got confused, walaupun sebenernya aku udah tau nih occupation nya om Kei..
but honestly, where's the sources of your money?" tanya Arang kepada gue.

"Hahahahahah bangke, udah tau rupanya dia, Bap. Dasar cenayang, ga ada abis² nya lo ngorek aib orang," tukas gue jail ke si Arang.

"Coba, emangnya apa okupasi gue, nyet?" tantang gue kepada dia.

"Om Kei itu masseur kan?" tebaknya cepat. Sialan, dikasih makan apa ini anak bisa tau okupasi (kata lain yang mirip² sama profesi) yang gue jalani.

"Bukan, salah lo..." jawab gue mencoba untuk nggak langsung buka kartu sama
dia.

"Gue akuntan begini kok dibilang masseur sih, Bap, cobak terangin dong sama anda, hahahahah." usil gue mengalihkan ke si bap².

"Mana ada," ledeknya halus, menepis anggapan gue.

"Eh... nggak percaya, tebakan lo salah tuh ah..," timpal gue lagi, mencoba membelokkan opininya.

"Akuntan itu biasanya kaku om... dia kalo hadir di event sosial nggak sekali nggandeng cewek, lima cewek sekaligus..."
"Akuntan itu nggak guitar god kayak om Kei..."
"Akuntan itu nggak setiap kali aku main ke setra duta, ada perempuan yang nanyain didepan pintu rumah om, "Hai, Kei nya ada, saya sudah ada janji sama dia," terus aku nanya kann, "Kei nya masih istirahat, ada perlu apa?" terus jawaban nya nggak jauh² om... "Ohh, enggak, saya mau jalan sama dia, nanti kalau dia sudah bangun, kasitau ya, barusan saya mampir," what the hell was that? I mean, how many ladies that my uncle did love?"

"How many?" jawab gue balik nanya sama Arang.

"Infinity," jawabnya cepat.

"Hahah, kacau lo ya..." tuduh gue lagi.

"Haahahahaha, you don't lie to a counselor, om.... gabisa.." oceh dia bener² dalem dan teliti.

"Hmm, hahaha," gue manggut² sambil menahan tawa ketika gue mendengar opini yang dia utarakan buat gue.

"Kena anda Kei sama dia... Tertangkap langsung, saat operasi tangkap tangan, hahahaha." sindir Bap² sama gue.

"Hahahahahaha," sahut gue ikut membalas dan tertawa bareng Bap².

"Sama satu lagi, om," ucap Arang lagi, "An accountant didn't have a sense of fashion, I know—they stick—within style, but not the fashion. Unlike you, you—are a self-loathing maniac of fashion, you, are every fashionista's dream of using the fashion itself."
"Lagian, mana ada akuntan yang ngerti gimana caranya memadu padankan busana, apalagi cara memijit wanita...."

"HAHAHAHAHAHAHAHA!" tawa si Arang meledak bebas, dengan pandangannya yang menghadap ke jantung laut Natuna di sore hari itu.

"Lo makan nih..." Ucap gue.

"Eh eh eh eh, NANTI AKU JATUH!!" teriaknya kaget ketika gue secara cekatan meraih punggung dia dan pura² mendorongnya biar dia jatuh dari atas kapal.

Bagi kalian yang masih belum paham tentang apa profesi yang gue jalani, sebenarnya, ini gue jelasin ya. Of all profession in this universe, gue adalah seorang maaf, pria penghibur. Of all profession in this universe, I choose to be a masseur, tanda kutip, gigolo.

Yes, gue memilih untuk menjadi seorang gigolo. Sebenernya masih banyak profesi lainnya di dunia ini, seperti firefighter, lawyer, businessman atau gynecologist sekalipun.

Namun mengapa gue lebih memilih untuk menjadi
seorang gigolo, kenapa, diluar semua profesi, gue lebih memilih untuk menjadi gigolo, a.k.a masseur a.k.a SPA therapist atau ahli pijat....plus plus. Hahahahaha.

Yah karena... Pekerjaan ini seksi, dan menyenangkan untuk dijalani. Apapun yang seksi dan menyenangkan untuk dijalani—gue pasti akan melakukannya, ya selain itu, pekerjaan ini pun mendatangkan keuntungan yang bisa gue katakan... tidak sedikit, alias banyak, hahahahaha.

Diary Seorang Womanizer (PK) - On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang