Side Story - Namanya adalah... Laressa.

1.9K 3 0
                                    

"Halo Maddie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Halo Maddie..." seseorang menyapa saya dari belakang.

"Lars?" ekspresi saya kaget, ketika melihat sosok Laressa hadir di hadapan saya.

"Surprise!" *diaciumpipisaya*

Sebentar lagi dia bakalan bertanya tumben, kayaknya.

"Maddie, tumben, kok ada disini?"

Tepat sekali, tumben terucap.

"Ah, kebetulan..." jawab saya seadanya.

"Ga ada yang kebetulan loh, hayo, kamu mampir ke Braga Art, padahal aku nggak ngajak lho!"

"Terserah kamu Lars, udah, pesan gih sana." jawab saya menanggapi ocehan Laressa.

"Maddie, aku kangen kamu..." ucapnya lagi, eh, yang bener aja?

"Bohong," jawab saya tidak sepenuhnya yakin.

"Kali ini beneran, Maddie." seriusnya lagi.

"Okay, then," ucap saya lega.

"Tapi bohonggg! Hahahahaha." tambahnya jahil.

"...." saya pun Cuma bisa terdiam, duh, ini anak.

Setelah itu Essa manggil pelayan dan memesan minuman kesukaan nya.

"Maddie..., kamu kok kalo belum nyambung dingin banget sih, sini aku pegang tanganmu, ih iya dingin, eh Maddie, kamu..." kemudian bla-bla-bla, Laressa masih terus mengoceh.

Malam itu, Laressa dan saya secara kebetulan (ini bohong) sedang bertemu bareng di Braga Art, sebuah Cafe, untuk kali ini saya memilih tempat yang biasanya Laressa kunjungi dengan teman temannya sepulang ia kerja, pada akhirnya saya hanya mendengarkan Laressa hingga larut, berbicara tentang hari - hari di tempat kerjanya.

Atau mendengarkan tentang buku buku anyar yang telah dia baca, atau kaset baru yang dia beli dari toko musik. Beberapa social affairs yang terjadi dengannya, di luar itu, pikiran saya melayang. The next thing i do is a nonsense thing that she'll adore me for doing this, "Dompet kamu hilang, coba cek tas-mu." ucap saya penuh dengan kejahilan.

"Ah, Maddie, yang bener..." kemudian Laressa mengubek ubek tas nya, semakin lama semakin kelihatan seperti orang yang sedang kebingungan, karena memang dia kehilangan dompetnya, sedetik kemudian, "Duh.... dompetku beneran hilang, duh, ini gimana ya...." keluhnya lemah nggak berdaya.

"Nih?" tunjuk saya kepada Laressa, setelah berhasil mencuri dompet dari tas miliknya itu.

"Maddie! Aaah...! balikin nggak!?" kesalnya manja, kepada saya.

....

"Hahaha." tawa saya ringan ketika melihat reaksi yang ditampilkan oleh Essa.

"Eh, Maddie, kita main personal confession yuk, kamu berani nggak?" tanya Essa kepada saya.

"Boleh." angguk saya singkat.

"Kita putar bareng yah... to make the spinning fair." ajaknya lembut.

"Alright." jawab saya mengkonfirmasi ajakannya itu.

"Giliran pertamamu, silahkan," ucap saya singkat karena ternyata botolnya mengarah kepada dia.

"Eh?" Essa kembali tersadar setelah melamun sepersekian detik lamanya.

"Ok, aku mau kamu mendeskripsikan dan menilai seperti apa penampilanku dalam confession pertamamu, sejujur jujurnya, nggak boleh bohong ya... c'mon, kamu kan pinter." ucap Essa menjelaskan peraturan permainan ini kepada saya..

"Alright." jawab saya kalem.

"Laressa, from my first word, are a good looking lady, pandangan pertama saya selalu tertuju pada rambutnya. Rambutnya yang panjang... bergelombang... warnanya yang hitam mengkilap, seperti... hahah.

Dan helai demi helai rambut yang berdansa saat do'i lagi jalan, adalah hal menyebalkan untuk saya pribadi, karena harus selalu terbius di saat melihat pemandangan itu.

Cara dia menggerainya.... Menariknya ke belakang... dan mengikatnya. Sedang ketika dia mengikatnya, jatuhnya sehelai rambut yang terbelah dua tepat di depan alis dan matanya itu... sulit dibayangkan.

Awalnya... saya kira dia itu Michelle Monaghan yang lagi liburan di kota ini.... Ternyata bukan... kenapa? Karena rupanya dia lebih menarik dari Monaghan itu sendiri... hahaha, gombal banget ya?

Menurut saya nih ya... menurut saya, dia itu mendekati kesempurnaan, titik. Anyway, Laressa itu siapa, sih?" jawab saya iseng, di akhir kalimat.

"Maddie... kamu kok tega sih... kenapa kamu sejahat ini muji aku." Saya kayak ngedenger Essa ngomong begitu.

"Hey, are you okay?" tanya saya lagi sama dia, saya mencoba nyadarin lamunan dia.

"Ahah, Maddie! Are you kidding me? Laressa itu siapa? Ahahahahaha, Laressa itu Her Majesty," jawab dia bercanda, saya ngga ngerti apa maksudnya.

"Well, I presume kamu begitu, tapi maaf saya nggak bisa lebih lama lagi nongkrong disini." Lalu saya beranjak berdiri dan Essa mengantarkan saya hingga depan pintu kafe untuk melihat saya, ketika berada di luar, saya sempet ngomong sama dia...

"Essa, maaf kalau malam ini saya agak kelewat bates, anyway thanks buat waktunya."

"Ah nggak kok, sip, sama - sama ya..."

Braga, 2009

Diary Seorang Womanizer (PK) - On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang