Diary 6 - Meremas Dirimu

5K 6 0
                                    

Bandung, 2013

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bandung, 2013.

Malam itu, suara seseorang yang sedang menaiki anak tangga, terdengar jelas...

"I have a feeling, it's a feeling..

I'm concealing, I don't know why..." nyanyi Essa dengan suara lembutnya dari balik punggung saya... Setelah dia berhasil sampai keatas sini.

Dia ikut menyanyikan sebuah lagu, lagu Diana Krall—yang ke setel pada radio di mini bar kami.

"Hon..," sapa Essa kepada saya—sambil dia memijat lembut kedua bahu ini.

"Hm?" tanya saya lalu menoleh ke belakang, menatapnya ringan.

"Masih inget nggak sama lagu ini?" tanya dia singkat.

"Inget donngg. Ini... let's fall in love, khan?" jawab saya pede.

"Taun berapa..." kata Essa menguji saya.

"Batavia taun duaribu delapan, kamu yang beliin tiketnya, tapi saya yang dipaksa buat minta tanda tangan penyanyinya," terang saya ketika saya berhasil mengingat kenangan² konyol nan romantis milik kami berdua itu.

"Hon, memori kamu kok tajem banget sih..." puji Essa buat saya.

"Ya dong..." jawab saya kalem, sambil lirik² dikitlah..

"Iya tajem, kayak yang dibawah itutuh, hihih~" goda Essa genit, terus dia nunjuk² ke arah sang brigadir punya saya.

"Hahahah~ awas ya mancing²," canda saya pada Essa, lalu saya kembali ngobrol sama si Arang.

....

"Heheh, jadi begitu Rang... kisah ang Maddie waktu bareng ama bu Seira, sekarang juga masih, cuma uda jarang kontak—waktu itu ang Maddie belom nikah sama teh Essa..." sambung saya lagi, kembali menjelaskan kepada Arang yang gaya duduknya sih nyantai..., tapi ekspresi wajahnya kelewat serius!

"Hmm... fascinating, sekarang aku paham, ang." tandas Arang karena dia paham dengan apa yang lagi kami bicarain.

"Waktu itu Essa juga masih imut² gajelas Rang, belom ngerti apa² dia... Heh," kekeh saya singkat, dibales ama senggolan kecil dari Essa.

"Tapi jujur ya ang, you, you are a fucking evil. Gila jahat banget, brengsek banget main serongnya." timpal Arang kepada saya, terkejut² dia waktu ngedengerin kisah perkelaminan ala seorang saya ini...

"hahahahahahaha," ngedenger respon dari si Arang, tawa saya meledak pada pukul 1 dini hari itu.

"Emang situ ga brengsek?" bales saya lagi ke si Arang.

"Heee, ya brengsek juga sih... But i'm not like youu," jawab Arang dengan nada memelasnya—ngaku kalo dia juga ga beda jauh ama saya.

Terus saya lanjut bicara, "Ya itu belom seberapa, Rang. Kamu kudu tau, ada yang sampe mo bunuh diri, malah. Padahal cuma urusan cinta²an doang," tegas saya seolah sedang bergosip dengan para wanita.

Diary Seorang Womanizer (PK) - On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang