I hope, no matter what, you can always enjoy the stories.
Saat malam hari tiba menyapa, Bandung memang memiliki kenikmatannya tersendiri, apalagi untuk orang yang tinggal di dataran tinggi di kota ini, mungkin sebuah nama yang cukup familiar akan membantu membayangkan atmosfir tempat tinggal saya di kota Bandung.
Well, bayangkan saja daerah Lembang di Bandung yang begitu luas ini, nama daerah itu sudah lama menjadi penyejuk untuk seseorang yang kurang akrab dengan kegaduhan seperti saya, kalau kalian menanyakan daerah Lembang tersebut kepada orang Bandung, mereka pasti akan mendeskripsikannya dengan sangat jelas dan sangat baik.
Lembang itu sangat dingin, itu, satu hal yang pasti—karena Lembang berada di dataran tinggi, jadi kalau saya pergi ke pusat kota, berarti sebutannya apa ya, turun gunung. Yes, betul, dari lembang, saya turun gunung.
Terkadang.... di waktu luang saya, saya menyempatkan diri untuk pergi bersama Jethro ke pusat kota. Sekedar menyembunyikan rindu dan bertemu dengan Laressa, duduk minum kopi toraja di sebuah gasoline station cafe yang berada di jalanan Doktor Djudjunan — Pasteur,
Atau pergi keluar sambil membawa briefcase klien saya dan mampir di beberapa venue kenamaan. Sebelum berkisah lebih jauh lagi... Kali ini saya ingin bercerita tentang latar belakang saya... Nama saya Maddie, saya adalah seorang yatim piatu, dan juga anak semata wayang dari kedua orang tua saya.
• $ • $ • $ •
Seperti yang telah kita ketahui, kedua orang tua saya sekarang telah tiada, mungkin karena sudah waktunya tuhan melepas kelelahan mereka atas perjuangannya di kehidupan ini... Inang atau Ibu saya meninggal di usia enam puluh empat tahun karena komplikasi yang diolamine.
Sedangkan Bapbap atau papih saya meninggal di usia tujuh puluh tahun karena sesuatu yang tidak bisa saya jelaskan. Kalaupun saya masih memaksa untuk menjelaskan nya, saya sendiri pun bahkan, tidak ingin memercayainya.
Memang, tidak mudah melepas kepergian mereka berdua dalam hidup saya... Saya tidak pernah bertanya mengapa tuhan mengambil mereka dari saya... Yang jelas, kematian itu memang pasti akan terjadi kepada setiap manusia atau pada setiap living organism.
Tetapi dulu saya pernah bertanya tanya, kenapa kehilangan orang yang benar benar menjadi bagian dari jiwa kita itu rasanya sakit sekali.. Apalagi jika maut yang memisahkan...
Ini bukanlah hal yang mudah.. Sampai kapanpun hal itu akan selalu saya ingat. Sedangkan saya, saya belum tahu kapan saya akan meninggal.
Yang jelas... sekarang saya sedang rindu kepada Bapbap, saya kangen Inang (Ibu saya)... saya kangen mereka berdua, suara Inang yang nge-bass... maklum, Ibu saya orang batak, maka oleh sebab itulah dia dipanggil Inang. Dan suara beratnya itulah, yang menjadi ciri khas nya sebagai seorang wanita batak.
Saya kangen Bapbap, terutama... tidak terbendung rasa kangen yang ada didalam diri ini, spesifiknya, saya kangen sesi berdiskusi dengan beliau... kangen dengan caranya mendidik sejak saya masih berusia dini, sikap tegasnya, dan momen demi momen yang saya lewati bersama dia.
Yang merupakan sebuah reward atas apa yang dulu sering Bapbap berikan untuk memancing saya dalam hal meraih target serta prestasi... meski pada awalnya Bapbap terlihat menyebalkan, Bapbap menyempatkan dirinya untuk berterus terang dengan saya yang masih kecil... bahwa ia menyayangi saya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Seorang Womanizer (PK) - On Going
Romance"Ahah, ahah, ayooo." "Ah! ah, Maddie....." "Ah........ ayoo.." "Bzzh, lanjut dong!" Lanjut disitu adalah kenangan saat Maddie sedang making love dengan seorang wanita yang janjinya nggak bakal making love sebelum dia menikmati malam pertama dengan s...