Diary 2 - Bikini Pool Party

16K 35 0
                                    

Roxanne you don't have to put on the red light

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Roxanne you don't have to put on the red light

Those days are over you don't have to sell your body to the night...

Nada dering dari ponsel saya berbunyi seketika, mengalihkan perhatian sebelum saya beranjak pergi ke suatu tempat.

Malam itu, saya mendapati sebuah panggilan masuk ke ponsel saya, ngga lama kemudian saya pun langsung mengangkatnya,

"Good evening, ang (kak) Maddie," sapa suara seseorang yang berada di ujung sana. Mendahului saya ketika saya ingin berbicara.

"Halo, ya..." jawab saya ringan kepada orang yang sedang menelfon saya ini.

"Aku udah didepan rumah Ang Maddie, nih." jawabnya lagi.

"Cepet bener kamu nyampenya," jawab saya terheran - heran, padahal tadi dia bilang mungkin baru bakal sampai dirumah saya pukul 12 malam lebih, karena perjalanan yang ditempuhnya mungkin akan memakan waktu yang cukup lama.

"Pleasure doesn't takes time, Ang." jawabnya lagi, rada banyak gaya. Dan karena dia tahu bahwa bergaul dengan saya adalah salah satu hal yang menyenangkan dalam hidupnya. (Cailah, kegeeran banget.)

....

"Amboyy... Haha." ucap saya ketika merespons jawaban yang dia berikan kepada saya, kemudian saya pun melanjutkan berbicara.

"Ya sudah, sekarang kamu bicara lewat interkom, tekan saluran nomor enam, saluran itu punya Essa, biar nanti Essa yang bukain pintu buat kamu,—nggak perlu panggil² sekuriti, biar Essa yang langsung turun," ucap saya menerangkan mekanisme nya kepada dia.

"Understood, ang," jawabnya yang terdengar seperti robot.

"Ang sudah siap?" tanya dia lagi, masih terdengar seperti robot.

"Iya udah... Ini ang menuju kesana sekarang," ucap saya kemudian langsung mengantongi ponsel ini, lalu mulai memajukan motor saya.

Di hari yang berbeda, sekitar pukul sebelas malam, saya yang sudah mengenakan jaket kulit, jeans dan boots yang serba hitam, kini sudah berada diatas sepeda motor yang akan saya kendarai dan merasa siap untuk meluncur menuju ke Bandung bagian pusat.

Dan kira - kira... masihkah kalian ingat, siapa nama sepeda motor saya? Kalau tidak ingat, bagus, karena ngapain juga mengingat ingat nama motor orang, gak penting banget. Hahahaha.

• $ • $ • $ •

Dari rumah saya (rumah pelarian saya, sebetulnya, karena kalau saya lagi pusing kepala, saya suka pergi kesini.) yang berada di daerah Sersan Bajuri, orang Bandung yang tinggal di kawasan Bandung utara pasti hafal persis dengan daerah ini—sekarang, saya turun gunung (lebayy, bahasanya), menuju ke pusat kota.

Di tahun - tahun itu, walaupun sudah jam sebelas peuting alias jam sebelas malam, Bandung masih saja nampak ramai. Banyak toko yang masih buka, seperti kafe - kafe dengan menu makanan khas orang Sunda (surabi, bandrek, bajigur dan lain sebagainya), atau tempat karaoke dan pijat enak bersama embel² 'hiburan' lain yang terselip di belakangnya.

Diary Seorang Womanizer (PK) - On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang