20. Sunglasses Auntie
Junghyun POV
Entah harus bersyukur, atau bagaimana aku menyikapi semua kejadian yang baru saja kulalui. Jungkook selamat dari percobaan bunuh dirinya, walau sempat kritis akibat kehilangan banyak darah. Kedua orangtua kami juga tengah dalam usaha menurunkan ego masing-masing, dengan memperbaiki hubungan kekeluargaan kami.
Namun, semua itu harus dibayar dengan kondisi Jungkook pasca siuman yang tak kunjung membaik. Bukan, bukan tentang fisik Jungkook yang berangsur pulih. Bahkan dia sudah bisa mengomel dan merengek lagi sekarang. Melainkan, kondisi mentalnya yang membutuhkan banyak perhatian.
Terkadang ketika suasana terlampau hening, Jungkook akan histeris setelah beberapa saat terdiam dengan tatapan kosong. Seolah baru saja teringat akan kejadian buruk yang telah dia lupakan. Atau saat Jungkook tanpa sengaja mendengar seseorang berbicara dengan nada tinggi seakan marah, Jungkook kembali histeris. Bahkan nyaris melemparkan tubuhnya keluar jendela kamar rawat, kalau saja aku dan perawat terlambat mencegah.
Dokter berkata bahwa Jungkook mengalami sindrom pasca-trauma yang membuatnya melupakan beberapa hal dan sedikit mengubah perilakunya. Dokter juga menyarankan untuk diberikan terapi kepada Jungkook, setidaknya supaya Jungkook bisa kembali bersosialisasi dengan orang lain meskipun mental Jungkook tidak dapat dikembalikan seperti sedia kala.
Sebenarnya aku marah, ketika dokter dengan lancang mengatakan keadaan adikku begitu buruk. Jungkook hanya membutuhkan keluarganya kembali utuh, setelah itu semua akan baik-baik saja.
Tetapi, setelah aku berpikir dan merenung, aku menyadari satu hal.
Ketika kau terluka, walaupun luka itu telah diobati dan sembuh, luka itu masih akan menyisakan bekas yang tidak bisa begitu saja hilang meski waktu telah berlalu. Waktu mampu menyembuhkan luka, namun tidak dengan menghilangkan bekasnya.
Dengan banyak pertimbangan serta dorongan dari dokter yang merawat Jungkook, Appa dan Eomma memutuskan untuk menggunakan jasa psikolog untuk membantu adik kecilku. Bibi berkacamata yang masih muda dan cantik, menjadi pilihan kedua orangtuaku. Bibi yang datang menemui Jungkook seminggu sekali untuk mengobrol dan bertukar pikiran. Sesekali aku ikut bergabung ketika dibutuhkan. Bibi yang bahkan mengikuti keluarga kami yang memutuskan pindah dari Busan menuju Seoul, untuk memulai kehidupan kami dengan lebih baik. Bibi yang Jungkook panggil dengan sebutan "Bibi Kacamata".
Kkeut
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Yourself: My Own Way
FanfictionCerita ini merupakan ceceran ingatan yang terserak. Tidak lengkap dan janggal. Seperti halnya puzzle yang kehilangan beberapa bagiannya. (Dikemas secara abal oleh pemula yang sedang belajar merangkak. Merupakan proyek menulis yang diniatkan sebagai...