AIE 1

13.4K 578 7
                                    

Clarissa Edelwiss Francesso. Gadis 16 tahun yang kerap disapa Riri itu merupakan putri satu satunya dari pasangan Aluna Bintang Serafina dan Barra Arthur Francesso.

Dari kedua kakak kembarnya, ia merupakan yang paling bungsu. Giovanno Robert Francesso, kembaran lelakinya yang memiliki rambut cokelat pasir. Dan Geraldino William Francesso yang juga kembarannya dengan rambut pirang kecoklatan.

Selain kedua saudara kembarnya, Riri juga mempunyai seorang kakak lelaki yang beda 2 tahun diatasnya. Bastian Peterson Francesso. Pria tampan berusia 18 tahun yang kini tengah duduk di kelas XII SMA.

Riri juga mempunyai adik kembar. Alverro Alexander Francesso dan Alfarinno Xander Francesso. Keduanya masih duduk dikelas IX di salah satu SMP favorit di Jakarta.

Keluarga mereka memang menetap di Jakarta. Lebih tepatnya disalah satu perumahan elit yang terletak di daerah Jakarta Pusat.

Ketiga kakak lelaki Riri juga bersekolah disalah satu SMA favorit yang masih satu yayasan dengan SMP adik kembarnya.

Namun sayangnya, Riri tidak bersekolah bersama dengan kakak kakaknya. Dengan sangat terpaksa, ia disekolahkan berbeda tempat dari ketiga kakaknya karena nilainya yang tidak mumpuni untuk masuk kesekolah kakaknya.

Bisa dibilang, Riri memiliki kemampuan akademik yang jauh berbeda dengan saudara-saudaranya. Kakak dan adiknya merupakan bintang sekolah yang dengan mudah mendapatkan nilai mendekati sempurna dengan otak cemerlang mereka.

Namun entah kenapa, Riri sama sekali tidak bisa mengimbangi saudara saudaranya.

Bahkan dalam kemampuan non akademik, Riri sama sekali tidak bisa apapun. Ketiga kakak lelakinya sangat mahir dengan beladiri yang mereka kuasai masing masing.

Bastian dengan karate yang dikuasainya. Gio dengan silat yang sudah menjadi temannya sejak kecil. Dan terakhir Gerald dengan wushu yang menjadi hobinya.

Selain beladiri, karier Bastian dalam bidang basket sangatlah cemerlang. Dengan tinggi kurang lebih 196 cm membuat tubuh jangkungnya menjulang dominan diantara orang orang pada umumnya.

Lain Bastian, lain pula Gio. Sejak sekolah dasar, lelaki itu sudah menunjukkan ketertarikannya pada bidang bola voli. Dan menyadari minat putranya membuat pasangan Barra - Luna mengikutsertakan Gio dalam klub voli yang sudah mereka survey sebelumnya.

Dan untuk Gerald. Sepertinya memainkan bola dengan kaki merupakan hobinya. Ya, Gerald memang pemain futsal yang handal. Tak salah bila saat SMP ia menjadi kapten futsal.

Tapi sepertinya semua yang melekat dalam diri ketiga saudara lelakinya itu cukup untuk membuat Riri minder.

Seringkali ia menjauhi kakak kakaknya hanya supaya teman teman kakaknya tidak mempermalukan kakaknya karena memiliki adik bodoh seperti dia.

Walau sebenarnya Riri tidak bodoh. Ia hanya susah untuk memahami apa yang orang orang katakan.

Meski ia tidak mempunyai otak cemerlang seperti saudara saudaranya, tapi ia pintar menempatkan dirinya.

Untuk kedua orangtuanya, Riri sangat bersyukur karena Mama dan Papanya masih memperhatikannya. Walaupun ia merasa karena ketidakpintarannya ini membuat orangtuanya seringkali malu.

{Am I Embarassing Chapter 1}

"Riri. Mulai minggu depan kamu akan Papa pindahkan ke sekolah yang sama dengan kakak kakakmu. Karena sejauh ini, disekolah barumu kamu sama sekali tidak mengalami peningkatan. Jadi Papa harap kamu bisa meningkatkan prestasimu untuk membuat Papa dan Mama bangga padamu." ujar Papa saat Riri tengah menyantap roti bakar keju buatan Mama.

"Tapi nanti kalau Riri tidak bisa bagaimana? Pasti hanya buat Papa malu saja." ujarnya tidak percaya diri.

Kak Bastian yang duduk disamping kanan Riri memeluk bahunya dan menepuk nepuknya. Dengan lembut Kak Bastian mengarahkanku agar menghadapnya. "Siapa bilang kamu buat Papa malu? Karena kamu tidak bisa itulah kamu disekolahkan. Lagipula untuk apa sekolah tapi sudah tahu segalanya? Membuang buang uang saja. Bukan begitu, Papa?"

Barra yang mendapat lemparan pertanyaan menyeringai pada Bastian. "Tentu saja. Orang akan menghargai sebuah usaha walau sekecil apapun itu."

Mendengar ucapan Papa dan Kakaknya membuat sedikit rasa percaya diri muncul dibenak Riri. Dengan ragu, gadis itu mengangguk menyetujui keputusan Papanya yang akan memindahkan sekolahnya.

"Tapi Riri kan bodoh sekali. Pasti gurunya akan susah. Apa itu tidak apa apa?"

"Siapa yang bilang putri Mama bodoh? Bawa kemari orangnya. Biar mulutnya Mama ajari sopan santun. Kamu itu anak Mama yang paling penurut. Paling penakut. Paling manis. Dan paling polos. Meskipun kamu tidak seperti kakak dan adikmu, tapi kamu spesial buat Mama. Kurang lebih sama seperti martabak yang biasanya Mama beli itu," ujar Luna panjang lebar. Ibu mana yang menerima dengan senang hati saat anaknya dikatakan bodoh oleh orang lain.

Orang orang hanya mengejek putrinya saja tanpa tahu bahwa putrinya itu merupakan keberuntungan bagi keluarga Francesso. Bahkan Barra sangat protektif pada Riri dan melarangnya dekat dengan pria karena takut kebaikan hati dan kepolosannya akan dimanfaatkan.

Mendengar perkataan sang Mama membuat Riri tersenyum kecil. Mamanya itu selalu tahu kalau dia sering krisis percaya diri. Dan Mamanya tahu benar bagaimana cara menyemangatinya.

"Tapi nanti kalau masuk, Riri jangan ditaruh di kelas yang sama seperti Kak Gi dan Kak Ge ya Pa," ujar Riri.

Mendengar adiknya bicara begitu membuat Gio dan Gerald menoleh tidak terima. "Bagaimana bisa begitu? Kamu harus satu kelas dengan kakak. Nanti kalau tidak, siapa yang menjagamu?" ujar Gio tak terima.

"Benar itu. Belum lagi nanti kalau ada pria jahat yang mendekatimu. Nanti kamu mau berlindung pada siapa?" timpal Gerald mengimbuhi argumen kakaknya.

"Eh? Nanti kalau Riri masuk kelas Kakak, pasti banyak tugasnya. Juga pasti sulit sulit. Kakak kan pintar pintar. Pasti teman teman satu kelas kakak juga pintar. Jadi mudah mengerjakannya. Kalau Riri kan bodoh, jadi nanti bisa membuat kakak malu satu kelas dengan Riri."

"Mama kan tadi sudah bilang, kalau ada yang bilang Riri bodoh suruh dia kemari. Biar Mama ajarkan mulutnya supaya bisa sopan pada orang. Dan mana mungkin kakak kamu malu punya adik se-menggemaskan kamu?" ujar Mama yang lagi lagi membuat kepercayaan diriku meningkat.

"Benar kakak tidak malu? Riri tidak sepintar kak Gio dan kak Gerald loh. Nanti daripada kakak tidak punya teman karena tahu Riri adik kakak, lebih baik Riri masuk kelas yang jauh dari kakak saja."

"Kalau ada yang mengejek Riri nanti, bilang saja pada kakak. Biar dia kakak hajar karena mengganggu adik kakak yang imut ini," ujar Gerald yang diangguki oleh Gio.

Berpaling dari Gerald, Riri kembali memandang Papanya. "Yasudah. Papa, Riri mau pindah sekolah sama kakak dan masuk kelas sama dengan kakak."

Barra tersenyum mendengar keputusan putrinya. "Oke, besok hari Senin kamu mulai masuk ya. Tapi tidak diantar Paman Felix lagi. Kamu berangkat dengan kakak saja, setuju?"

"Eh? Kenapa tidak dengan paman Felix? Dia kan tampan Papa, dan Riri juga suka sama paman Felix."

"Paman Felix akan menjaga Mama dan mobil mobil Papa dirumah. Kalau mengantar kamu sekolah, nanti siapa yang menjaga?"

"Oh iya ya. Baiklah Pa. Riri berangkat sama kakak saja."

{Am I Embarassing Chapter 1}

Am I Embarassing?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang