XVI. RESOLUTION

5K 731 161
                                    

So, sesuai jadwal, hari ini hari update 😁

Seperti biasa, makasih banyak buat semua jejak yang ditinggalkan buat eke, readers sayangkuhh 😉

Enjoy~😋

Happy Reading~:)

Berjanji pada diri sendiri. Seokjin ahlinya. Berjanji pada dirinya sendiri agar jangan sampai orientasi seksualnya diketahui siapapun setelah kejadian delapan tahun yang lalu. Janji itu masih tetap dipegangnya hingga kini.

Bahkan Yoongi pun tidak tahu soal itu. Kakaknya juga tidak. Seokjin berhasil menutupinya dengan rapi. Berkencan dengan wanita secara periodik adalah jalan keluarnya.

Meski sesungguhnya Seokjin sangat terpaksa untuk berkencan dengan wanita. Ia fine saja saat berciuman dengan wanita. Tapi jika partnernya sudah meminta lebih untuk urusan ranjang, maka Seokjin akan segera memutuskannya.

Begitu terus siklusnya selama ini. Karena itulah, di mata keluarganya, Seokjin dianggap sebagai seorang player.

Namun kepulangannya ke kampung halaman justru membangkitkan jiwa gaynya lebih daripada yang ia bayangkan. Pertama bertemu Jungkook, sedikit menggelitik rasa gaynya. Seokjin mulai suka memandangi senyum Jungkook.

Tapi bertemu Namjoon sungguh membangkitkan kembali perasaan cintanya yang bertahun-tahun Seokjin kubur. Cintanya untuk seorang lelaki. Seokjin berjanji pada dirinya untuk terus bertahan. Tidak boleh terjatuh lagi. Ia tidak boleh sebodoh itu.

Namun pernahkah kalian merasa mengingkari janji yang dibuat pada diri sendiri? Karena saat ini, itulah yang dirasakan oleh Seokjin. Tak berdaya melawan perasaannya sendiri. Logikanya seperti hilang ditelan Bumi jika itu menyangkut Namjoon.

He knows he will fall, but he still jumps in.

***

Seokjin dan Namjoon tak banyak bicara di dalam mobil. Hanya sesekali Namjoon mengarahkan jalan ke rumahnya. Tak lama kemudian, mereka sampai di depan rumah Namjoon. Mewah, batin Seokjin.

Seokjin menunggu Namjoon untuk turun, tapi Namjoon bergeming. Nature Seokjin yang ceriwis tiba-tiba mengambil alih. Omelan maut pun meluncur dari bibir tebalnya, "Ya! Kau! Kenapa tidak turun? Cepat pergi sana, hush hush!"

Namjoon menautkan alisnya, menatap Seokjin heran, bukannya tadi di karaokean Seokjin masih malu-malu hingga berpura-pura tak terjadi apa-apa? Apa pria ini punya tombol on dan off?

"Apa lihat-lihat? Sudah sana cepat turun, aku mau pulang!" Seokjin lanjut mengusir Namjoon dari mobilnya galak sambil mengibaskan telapak tangannya.

Namjoon menyeringai, akhirnya mengatakan sesuatu. "Kalau kau malu karena ciuman kita tadi, itu tidak perlu, Seokjin. I'm cool with it."

Seokjin melongo. What the-?! Kenapa jadi nyasar ke sana pembicaraan mereka? Merasa tidak terima Seokjin membalas semangat hingga wajahnya memerah, "Untuk apa aku malu? Aku sudah puas berciuman. Tidak ada yang istimewa dengan yang tadi. Sekarang cepat turun!"

Namjoon tersenyum mengejek sambil memperhatikan raut wajah Seokjin. "Sungguh? Karena sikapmu tadi dengan yang sekarang membuatku semakin yakin kalau kau sebenarnya hanya sedang menutupi rasa canggungmu karena menciumku."

Seokjin tak terima, ia balik tertawa mengejek, kesal sekali dengan perkataan Namjoon. "Hahaha! Yang benar saja! Yang tadi itu kau sebut ciuman? Akan kuberitahu apa itu ciuman!"

JUST US [NAMJIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang