LXVII. OUR JUNG

4K 569 469
                                    

Haaii!!💃

Happy Malam Jumat kesayangan~~👻👻

Hari ini, special chapter untuk Our Jung Hoseok~👱

Happy Reading~:)

"Ibu!!" Hoseok memanggil ibunya yang tengah memasak di dapur, tersenyum sumringah memeluk ibunya dari belakang. Kaki dan lengan kecil Hoseok pun bergelayut manja di kaki ibunya.

"Hoseok sayang, Ibu sedang memasak, mandi dulu sebelum makan, oke?" jawab Ibu Hoseok sembari menengok sekilas ke bawah, melihat mata besar putra semata wayangnya lalu lanjut menyelesaikan masak-memasaknya.

"Siap, Kapten!" ucap Hoseok, melepas pelukannya, memberi hormat ala tentara untuk sang ibu, Moon Geunyeong. Baru saja Hoseok hendak pergi ke kamar mandi, bocah berusia enam tahun itu menoleh lagi, bertanya dengan nada polosnya yang biasa, "Apa artinya anak haram, Ibu?"

Geunyeong tersentak, mematikan api kompor, mengelap tangan di apron kumal miliknya. Ia langsung berbalik dan menyentuh bahu putra kesayangannya. Geunyeong menatap kedua mata bersinar Hoseok, memasang senyum getir, "Siapa yang mengatakannya padamu, Nak?"

Hoseok mengejap lalu menjawab jujur, "Teman-teman yang bilang. Mereka bilang karena aku tidak punya ayah. Memangnya punya ayah itu penting ya, Bu? Padahal bagi Hoseok, Ibu adalah yang terbaik."

Geunyeong tersentuh mendengarkan ucapan polos malaikat tak bersayapnya. Air matanya mulai menggenang. Hoseok sungguh adalah hadiah yang dikirimkan Tuhan untuknya di tengah kekacauan hidupnya. Hoseok adalah hidupnya.

"Kau benar, Nak. Sudah ada Ibu. Ayah tidaklah penting. Asalkan kita bisa bersama, itu yang paling penting, Sayang," jeda sejenak, Geunyeong mengelus kepala Hoseok, "Benar, asalkan kita terus bersama," ulang Geunyeong berusaha berbicara senormal mungkin meski suaranya perlahan berubah serak. Ia menutupinya dengan langsung merengkuh malaikatnya itu ke pelukannya.

***

Hoseok sudah akan masuk ke sekolah menengah atas, ia menjadi remaja yang cerah dan ceria. Menulikan telinga kala anak-anak sok kaya pem-bully yang rasis mulai mengatainya sebagai 'anak haram'. Ia punya moto, buang segala yang bisa membuatmu menangis, nikmati segala hal yang bisa membuatmu tersenyum, dengan begitu Hoseok bisa merasakan apa itu bahagia.

Memangnya kenapa kalau Hoseok adalah anak tanpa ayah ataupun status pernikahan yang sah? Yang penting ia punya ibunya. Ibunya, dunianya.

Namun, belakangan ini, Hoseok mulai menyadari gelagat aneh sang ibu yang mendadak sering teleponan, berdandan lebih rapi dari biasanya, juga sering keluar rumah. Ia tidak mengerti, apakah ibunya punya kekasih?

Jadi Hoseok yang penasaran, berusaha mengikuti ibunya hari ini. Ia membuntuti sang ibu, tak lupa mengenakan jaket dan bucket hat, guna menutupi sebagian besar wajahnya.

Mata Hoseok mengikuti sosok sang Ibu yang sesekali membenarkan posisi tas selempangnya. Ternyata Geunyeong benar-benar memasuki sebuah cafe dengan jendela besar yang membuatnya mudah terlihat. Geunyeong duduk di sebuah kursi di hadapan seorang pria yang Hoseok kira seumuran ibunya. Pria itu masih nampak tampan dan gagah.

Hoseok bukan tipe orang yang akan diam saja, terlebih ketika ia melihat wajah ibunya yang jadi berseri-seri. Tiba-tiba muncul sebersit pikirannya. Mungkinkah pria itu ayahku yang selama ini tak pernah mau ibu ceritakan? Tidak bisa, aku harus menanyakannya langsung!

Hoseok keluar dari persembunyiannya di seberang jalan, membuka bucket hatnya. Ia berjalan masuk ke dalam cafe dengan wajah serius, hingga sampai di samping meja Geunyeong dengan seorang pria yang tak ia ketahui namanya.

JUST US [NAMJIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang